Dolar Ngamuk, Harga Emas Bakal Makin Remuk?

Kamis, 12 Agustus 2021 - 11:52 WIB
loading...
Dolar Ngamuk, Harga Emas Bakal Makin Remuk?
Harga emas ke depan diramal akan semakin turun seiring dengan menguatnya nilai tukar dolar AS. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Harga emas di pasar global sedikit pulih dari penurunan tajam awal pekan ini. Akan tetapi, analis masih pesimistis terhadap prospek logam mulia ini ke depan.

Pada Minggu malam, harga emas sempat turun ke level terendah dalam empat bulan di USD1.677,9 per ounce. Harga logam mulia ini lantas merangkak naik ke sekitar USD1.740 per ounce pada perdagangan pagi ini di Asia. Namun, harga emas masih jauh dari level tertinggi awal tahun ini di sekitar USD1.900.



Para analis menilai penurunan harga emas terkait dengan laporan pekerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan, yang mendorong pasar membeli dolar sebagai tanggapan.

Harga emas dan dolar memiliki hubungan terbalik. Seiring penguatan dolar terhadap mata uang lain, harga emas cenderung akan turun karena menjadi lebih mahal sehingga menurunkan permintaan.

"Awal aksi jual emas pada hari Senin kemungkinan dipicu oleh pasar Asia yang membeli dolar AS dan menjual emas sebagai respons terhadap naiknya tingkat pekerjaan di AS untuk bulan Juli dari Jumat lalu," ungkap Vivek Dhar, analis komoditas di Commonwealth Bank of Australia, seperti dilansir CNBC, Kamis (12/8/2021).

Kendati harga emas telah pulih sebagian, Dhar memperkirakan sulit bagi logam mulia untuk tetap bullish mengingat prospek kebijakan moneter AS yang cenderung hawkish.

Federal Reserve (the Fed) diperkirakan akan menghentikan pelonggaran moneter dan memperlambat upaya stimulusnya saat ekonomi pulih dari pandemi. Bank sentral AS telah mempertahankan suku bunga mendekati nol, tetapi para pejabatnya telah mengisyaratkan bahwa kenaikan bisa segera terjadi, terutama dengan inflasi yang semakin tinggi.

Tetapi Dominic Schnider, kepala investasi di UBS Global Wealth Management, memperkirakan bahwa imbal hasil riil akan "berkurang negatif" dan itu berarti lebih banyak penurunan untuk emas. Dia pun memperkirakan ada arus keluar dari dana yang diperdagangkan di bursa emas dan pasar berjangka.

Ketika imbal hasil riil naik, maka harga emas turun, dan sebaliknya. Dalam skenario seperti itu, kata dia, biaya peluang memegang emas, aset yang tidak memberikan imbal hasil, lebih tinggi karena investor melepaskan bunga yang seharusnya diperoleh dari aset yang menghasilkan.



"Saya pikir Anda akan melihat sedikit lebih banyak arus keluar. Saya tidak akan terkejut jika kita melihat yang lain, di beberapa titik, 20 juta ounce meninggalkan ETF dan pasar berjangka," kata Schnider. "Itu berarti lebih banyak kerugian, saat itulah - kami memberi tahu orang-orang untuk melindungi posisi Anda secara taktis, atau setidaknya menjual di harga atas dan mendapatkan hasil," imbuhnya.

Hal senada dikatakan oleh Dhar. "Dolar AS yang lebih kuat dikombinasikan dengan peningkatan bertahap dalam imbal hasil riil 10 (tahun) AS menunjukkan bahwa harga emas akan cenderung lebih rendah," tulisnya.

Dia memperkirakan bahwa harga emas akan turun menjadi USD1.700 per ounce pada kuartal pertama tahun 2022. Sementara Schnider memperkirakan bahwa emas bisa turun menjadi USD1.600 per ounce atau lebih rendah lagi.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2559 seconds (0.1#10.140)