Mau Jadi Pengusaha Sukses, Intip Kiat-kiat Tiga Srikandi Pelaku UMKM Ini
loading...
A
A
A
JAKARTA - Perempuan adalah sosok kreator yang andal. Ini pun terbukti lewat kisah ketiga srikandi pelaku UMKM masa kini yang berani membuat gebrakan dan mengembangkan usahanya di tengah situasi pandemi.
Mengambil momentum Hari Kemerdekaan Indonesia, Diplomat Success Challenge (DSC) 12, kompetisi dan ekosistem persembahan Wismilak Foundation, membagikan cerita inspiratif dari tiga srikandi pelaku UMKM masa kini.
Mereka adalah Arlin Chondro dengan bisnis produk kesehatan dan skin care berbahan alami dengan label Peek. Me Naturals, Lidya Angelina Rinaldi dengan bisnis food & beverages berbahan baku vanilla yaitu La Dame in Vanilla, serta Anisa Azizah yang merintis bisnis inovasi beton berpori bernama Tech Prom Lab.
Mereka adalah sosok entrepreneur perempuan masa kini yang terbukti tangguh, resilient, dan bahkan berinovasi mengembangkan usaha di tengah pandemi lewat strategi adaptif dan pemanfaatan jejaring sebagai support system dalam mengembangkan bisnis.
Ketiganya adalah sama-sama pemenang DSC XI dan berhak mendapatkan hibah modal usaha sebesar Rp300 juta untuk masing-masing pemenang dari total keseluruhan hibah modal usaha Rp2 miliar.
Mulanya Arlin merintis bisnisnya berangkat dari niatnya sebagai Ibu yang mencari alternatif lebih alami untuk anaknya yang mengalami asma dan alergi. Singkat cerita, lahirlah Peek.
Me Natural sebagai bentuk terapi alternatif dalam bentuk aromaterapi dengan memanfaatkan khasiat essential oils. Namun saat pandemi menerjang, performa bisnisnya sempat turun.
Hal ini tidak membuat Arlin berhenti dan mendorong Best of The Best Challenger DSC XI ini untuk cepat beradaptasi dengan buat gebrakan pengembangan produk baru.
Melalui Peek. Me Naturals, brand yang melansir produk kesehatan hingga skincare berbahan alami, meluncurkan produk baru yaitu terapi anosmia yaitu produk aromaterapi yang membantu mengembalikan indera penciuman yang hilang.
Produk berupa satu set in healer ini diciptakan untuk menstimulasi saraf olfaktori supaya dapat membantu indera berfungsi kembali. “Inovasi di tengah PPKM ini mendapat respon positif dan telah membantu banyak konsumen di tengah situasi pandemi," kata Arlin di Jakarta, Jumat (20/8/2021).
Lalu ada Lydia Angelina Rinaldi, Fokus Bidik Market Yang Potensial. Srikandi muda lainnya, Lydia Angelina Rinaldi, menyisir jejak kebangkitan yang sama dengan Arlin.
Lydia, founder La Dame In Vanilla, melakukan manuver perubahan strategi yaitu fokus pada spesifik market yang punya potensi besar di tengah situasi pandemi. Setelah melalui riset perilaku konsumen di tengah pandemi dan berbekal insight yang didapatkan saat ikuti mentoring Diplomat Entrepreneur Network, Lydia melahirkan produk baru bernama Vanilla Pound Cake Mist.
Produk vanila yang diklaim sehat dan bebas gluten yang dirancang membantu masyarakat urban yang akhir-akhir ini gemar baking saat menghabiskan di rumah saja.
“Dengan cara penggunaan yang mudah, produk ini membantu masyarakat menyalurkan hobi ‘baking’ di rumah. Tidak saja di Indonesia, produk ini pun meraih respon positif dari luar negeri.” ujarnya.
Bisnis yang merupakan cerminan akan passion-nya membuat kue dengan bahan vanilla terbaik dari Indonesia. Langkah jitu Lydia ini pun menegaskan, pentingnya pelaku bisnis untuk tidak takut bikin gebrakan dengan fokus pada inovasi produk yang lebih relevan sesuai kebutuhan masyarakat.
Anisa Azizah, ubah strategi penjualan bahan baku bangunan ke online. Apabila bisnis konstruksi banyak didominasi pria, Anisa Azizah tak ragu bermain di sektor ini. Co-founder & CEO Tech Prom Lab yang merupakan bisnis rintisan berfokus pada inovasi material bangunan, langsung cepat beradaptasi hadapi ketidakpastian pandemi.
Setelah fokus pengembangan hasil riset di lab, bersama timnya Anisa merilis produk beton berpori untuk dikomersilkan. Namun di tahun kedua bisnis berjalan, pandemi memaksa kami untuk memutar otak dalam memasarkan beton berpori pada masyarakat umum. Anisa pun mengubah channel pemasaran dari sebagian besar melalui offline ke online.
“Memang awalnya sulit. Tidak familiar menjual bahan baku bangunan melalui online. Namun dengan riset mengetahui lebih jauh siapa target marketnya, menganalisa perilaku mereka mencari sumber informasi, akhirnya kami bisa ketahui platform digital apa yang cocok menjual bahan bangunan. Bahkan terbukti penjualan terdongkrak naik melalui lead dari digital,” ungkapnya.
Lebih lanjut alumni Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung ini pun optimis, lewat gebrakan Tech Prom Lab memasarkan material konstruksi seperti beton berpori melalui online, bisnisnya menjadi pionir bahwa industri konstruksi pun bisa agile memasarkan produk lewat kanal digital.
Walau belakangan banyak entrepreneur baru yang bermunculan, tapi tak jarang mereka mengalami kegagalan karena tidak sanggup menghadapi tantangan dan rencana tidak berjalan sesuai rencana. Hal tersebut merupakan risiko yang tidak terelakkan di dalam dunia bisnis.
Disinilah peran mentor dan juga jejaring sebagai support system, hadir untuk membantu kelangsungan bisnis. Anisa berpendapat, setelah mengikuti DSC XI dan bergabung dengan Diplomat Entrepreneur Network (DEN), ia merasakan jejaring DEN sebagai wadah yang membuka akses informasi relevan yang dibutuhkan pengusaha, khususnya pengusaha bisnis rintisan.
Lewat wadah DEN, terbuka lebar akses informasi seperti sertifikasi bisnis hingga industry update dari pemerintah. Manfaat inipun diaminkan oleh Arlin.
Usai ikuti DSC XI, usahanya terbantukan melalui dedikasi mentor yang terus mengupdate perkembangan bisnis. Bahkan para mentor melakukan kunjungan ke lokasi pabrik dan tak segan memberikan pendampingan diskusi.
Edric Chandra, Program Inisiator Diplomat Success Challenge, menambahkan menjadi jaringan usaha yang nyata yang dapat membantu setiap peserta kompetisi DSC mengembangkan bisnis.
"Apalagi di tengah pandemi, setiap pengusaha membutuhkan jejaring berkoneksi dan berkolaborasi, serta support system agar bisnis menjadi resilient,” tukasnya.
Lihat Juga: Aturan Penghapusan Utang UMKM Sudah Diteken! Pelajari Syarat dan Besarannya di PP 47/2024
Mengambil momentum Hari Kemerdekaan Indonesia, Diplomat Success Challenge (DSC) 12, kompetisi dan ekosistem persembahan Wismilak Foundation, membagikan cerita inspiratif dari tiga srikandi pelaku UMKM masa kini.
Mereka adalah Arlin Chondro dengan bisnis produk kesehatan dan skin care berbahan alami dengan label Peek. Me Naturals, Lidya Angelina Rinaldi dengan bisnis food & beverages berbahan baku vanilla yaitu La Dame in Vanilla, serta Anisa Azizah yang merintis bisnis inovasi beton berpori bernama Tech Prom Lab.
Mereka adalah sosok entrepreneur perempuan masa kini yang terbukti tangguh, resilient, dan bahkan berinovasi mengembangkan usaha di tengah pandemi lewat strategi adaptif dan pemanfaatan jejaring sebagai support system dalam mengembangkan bisnis.
Ketiganya adalah sama-sama pemenang DSC XI dan berhak mendapatkan hibah modal usaha sebesar Rp300 juta untuk masing-masing pemenang dari total keseluruhan hibah modal usaha Rp2 miliar.
Mulanya Arlin merintis bisnisnya berangkat dari niatnya sebagai Ibu yang mencari alternatif lebih alami untuk anaknya yang mengalami asma dan alergi. Singkat cerita, lahirlah Peek.
Me Natural sebagai bentuk terapi alternatif dalam bentuk aromaterapi dengan memanfaatkan khasiat essential oils. Namun saat pandemi menerjang, performa bisnisnya sempat turun.
Hal ini tidak membuat Arlin berhenti dan mendorong Best of The Best Challenger DSC XI ini untuk cepat beradaptasi dengan buat gebrakan pengembangan produk baru.
Melalui Peek. Me Naturals, brand yang melansir produk kesehatan hingga skincare berbahan alami, meluncurkan produk baru yaitu terapi anosmia yaitu produk aromaterapi yang membantu mengembalikan indera penciuman yang hilang.
Produk berupa satu set in healer ini diciptakan untuk menstimulasi saraf olfaktori supaya dapat membantu indera berfungsi kembali. “Inovasi di tengah PPKM ini mendapat respon positif dan telah membantu banyak konsumen di tengah situasi pandemi," kata Arlin di Jakarta, Jumat (20/8/2021).
Lalu ada Lydia Angelina Rinaldi, Fokus Bidik Market Yang Potensial. Srikandi muda lainnya, Lydia Angelina Rinaldi, menyisir jejak kebangkitan yang sama dengan Arlin.
Lydia, founder La Dame In Vanilla, melakukan manuver perubahan strategi yaitu fokus pada spesifik market yang punya potensi besar di tengah situasi pandemi. Setelah melalui riset perilaku konsumen di tengah pandemi dan berbekal insight yang didapatkan saat ikuti mentoring Diplomat Entrepreneur Network, Lydia melahirkan produk baru bernama Vanilla Pound Cake Mist.
Produk vanila yang diklaim sehat dan bebas gluten yang dirancang membantu masyarakat urban yang akhir-akhir ini gemar baking saat menghabiskan di rumah saja.
“Dengan cara penggunaan yang mudah, produk ini membantu masyarakat menyalurkan hobi ‘baking’ di rumah. Tidak saja di Indonesia, produk ini pun meraih respon positif dari luar negeri.” ujarnya.
Bisnis yang merupakan cerminan akan passion-nya membuat kue dengan bahan vanilla terbaik dari Indonesia. Langkah jitu Lydia ini pun menegaskan, pentingnya pelaku bisnis untuk tidak takut bikin gebrakan dengan fokus pada inovasi produk yang lebih relevan sesuai kebutuhan masyarakat.
Anisa Azizah, ubah strategi penjualan bahan baku bangunan ke online. Apabila bisnis konstruksi banyak didominasi pria, Anisa Azizah tak ragu bermain di sektor ini. Co-founder & CEO Tech Prom Lab yang merupakan bisnis rintisan berfokus pada inovasi material bangunan, langsung cepat beradaptasi hadapi ketidakpastian pandemi.
Setelah fokus pengembangan hasil riset di lab, bersama timnya Anisa merilis produk beton berpori untuk dikomersilkan. Namun di tahun kedua bisnis berjalan, pandemi memaksa kami untuk memutar otak dalam memasarkan beton berpori pada masyarakat umum. Anisa pun mengubah channel pemasaran dari sebagian besar melalui offline ke online.
“Memang awalnya sulit. Tidak familiar menjual bahan baku bangunan melalui online. Namun dengan riset mengetahui lebih jauh siapa target marketnya, menganalisa perilaku mereka mencari sumber informasi, akhirnya kami bisa ketahui platform digital apa yang cocok menjual bahan bangunan. Bahkan terbukti penjualan terdongkrak naik melalui lead dari digital,” ungkapnya.
Lebih lanjut alumni Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung ini pun optimis, lewat gebrakan Tech Prom Lab memasarkan material konstruksi seperti beton berpori melalui online, bisnisnya menjadi pionir bahwa industri konstruksi pun bisa agile memasarkan produk lewat kanal digital.
Walau belakangan banyak entrepreneur baru yang bermunculan, tapi tak jarang mereka mengalami kegagalan karena tidak sanggup menghadapi tantangan dan rencana tidak berjalan sesuai rencana. Hal tersebut merupakan risiko yang tidak terelakkan di dalam dunia bisnis.
Disinilah peran mentor dan juga jejaring sebagai support system, hadir untuk membantu kelangsungan bisnis. Anisa berpendapat, setelah mengikuti DSC XI dan bergabung dengan Diplomat Entrepreneur Network (DEN), ia merasakan jejaring DEN sebagai wadah yang membuka akses informasi relevan yang dibutuhkan pengusaha, khususnya pengusaha bisnis rintisan.
Lewat wadah DEN, terbuka lebar akses informasi seperti sertifikasi bisnis hingga industry update dari pemerintah. Manfaat inipun diaminkan oleh Arlin.
Usai ikuti DSC XI, usahanya terbantukan melalui dedikasi mentor yang terus mengupdate perkembangan bisnis. Bahkan para mentor melakukan kunjungan ke lokasi pabrik dan tak segan memberikan pendampingan diskusi.
Edric Chandra, Program Inisiator Diplomat Success Challenge, menambahkan menjadi jaringan usaha yang nyata yang dapat membantu setiap peserta kompetisi DSC mengembangkan bisnis.
"Apalagi di tengah pandemi, setiap pengusaha membutuhkan jejaring berkoneksi dan berkolaborasi, serta support system agar bisnis menjadi resilient,” tukasnya.
Lihat Juga: Aturan Penghapusan Utang UMKM Sudah Diteken! Pelajari Syarat dan Besarannya di PP 47/2024
(akr)