Pertumbuhan Fintech telah Mendorong Perubahan di Indonesia
loading...
A
A
A
Menurutnya, masyarakat Indonesia seringkali lupa memanfaatkan perbankan dalam kehidupan sehari-hari. “Pada tahun 2019, literasi keuangan masyarakat Indonesia meningkat 38% seiring dengan inklusi keuangan yang juga meningkat 76,19%,” jelas Ilya.
Sementara itu, Triyono memaparkan ekosistem keuangan fintech dan perubahan perilaku masyarakat terhadap pertumbuhan fintech yang identik dengan inovasi di masa yang akan datang. Ia mengilustrasikan fintech itu seperti sebuah ekosistem keuangan layaknya danau kecil yang ada di sebuah hutan.
(Baca juga:Awas! Grup WA Jadi Trik Penipuan yang Bawa-Bawa Fintech)
“Fintech perlu hidup dalam ekosistem yang cocok. Pohon-pohon (lembaga keuangan) adalah pasar modal, asuransi, dan perbankan. Terdapat juga ikan-ikan atau kura-kura (nasabah) yang mengelilingi. Maka, fintech berperan di tengah-tengah dan menjadi hidup dengan adanya lembaga keuangan dan penyedia teknologi guna memperkaya ekosistem ini,” jelas pria yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Group Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini.
Dalam melihat ekosistem fintech di Indonesia ini, Triyono membaginya ke dalam tiga bagian, yaitu banking, crowd funding, dan payments. Fintech ini, kata dia, sebenarnya spesies baru yang datang di ekosistem keuangan.
“Dengan berkolaborasi dengan super apps, big tech, artificial intelligence, dan blockchain, maka akan bisa berkembang lebih pesat dan memberi kontribusi lebih besar lagi,” kata Triyono.
Pada sesi terakhir, Dr. Mutamimah, memberikan apresiasi terhadap buku Ekosistem Fintech di Indonesia yang dituliskan oleh Ilya Avianti dan Triyono ini. Ia mengatakan sebelum adanya buku ini, informasi terkait fintech di internet itu banyak terpotong dan tidak lengkap. Ia menambahkan, isi dari buku ini sangat menarik dan komunikatif.
“Buku ini disajikan menggunakan bahasa yang ringan sehingga pembaca mampu mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Riset-riset yang dipaparkan dalam buku merupakan riset terbaru dan lengkap,” kata Mutamimah dalam membedah buku berdasarkan tampilan, substansi, serta simpulannya.
Adanya pandemi Covid-19 ini, kata Mutamimah, telah memaksa masyarakat Indonesia untuk mengubah pola pikir dan cara bertindak. Saat ini, sebagian besar kegiatan dilakukan dengan basis teknologi diiringi dengan pertumbuhan penggunaan internet yang semakin cepat. “Di sinilah terjadi dukungan yang sangat penting terhadap pengetahuan fintech untuk masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan bincang ekonomi bertajuk “The Power of FinTech Became Game Changer and New Hope For Financial Industry” ini sesungguhnya sebagai ikhtiar dari Unissula untuk memperingati Gebyar Muharram 1443 H.
Sementara itu, Triyono memaparkan ekosistem keuangan fintech dan perubahan perilaku masyarakat terhadap pertumbuhan fintech yang identik dengan inovasi di masa yang akan datang. Ia mengilustrasikan fintech itu seperti sebuah ekosistem keuangan layaknya danau kecil yang ada di sebuah hutan.
(Baca juga:Awas! Grup WA Jadi Trik Penipuan yang Bawa-Bawa Fintech)
“Fintech perlu hidup dalam ekosistem yang cocok. Pohon-pohon (lembaga keuangan) adalah pasar modal, asuransi, dan perbankan. Terdapat juga ikan-ikan atau kura-kura (nasabah) yang mengelilingi. Maka, fintech berperan di tengah-tengah dan menjadi hidup dengan adanya lembaga keuangan dan penyedia teknologi guna memperkaya ekosistem ini,” jelas pria yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Group Inovasi Keuangan Digital Otoritas Jasa Keuangan (OJK) ini.
Dalam melihat ekosistem fintech di Indonesia ini, Triyono membaginya ke dalam tiga bagian, yaitu banking, crowd funding, dan payments. Fintech ini, kata dia, sebenarnya spesies baru yang datang di ekosistem keuangan.
“Dengan berkolaborasi dengan super apps, big tech, artificial intelligence, dan blockchain, maka akan bisa berkembang lebih pesat dan memberi kontribusi lebih besar lagi,” kata Triyono.
Pada sesi terakhir, Dr. Mutamimah, memberikan apresiasi terhadap buku Ekosistem Fintech di Indonesia yang dituliskan oleh Ilya Avianti dan Triyono ini. Ia mengatakan sebelum adanya buku ini, informasi terkait fintech di internet itu banyak terpotong dan tidak lengkap. Ia menambahkan, isi dari buku ini sangat menarik dan komunikatif.
“Buku ini disajikan menggunakan bahasa yang ringan sehingga pembaca mampu mendapatkan pemahaman yang komprehensif. Riset-riset yang dipaparkan dalam buku merupakan riset terbaru dan lengkap,” kata Mutamimah dalam membedah buku berdasarkan tampilan, substansi, serta simpulannya.
Adanya pandemi Covid-19 ini, kata Mutamimah, telah memaksa masyarakat Indonesia untuk mengubah pola pikir dan cara bertindak. Saat ini, sebagian besar kegiatan dilakukan dengan basis teknologi diiringi dengan pertumbuhan penggunaan internet yang semakin cepat. “Di sinilah terjadi dukungan yang sangat penting terhadap pengetahuan fintech untuk masyarakat Indonesia,” ujarnya.
Kegiatan bincang ekonomi bertajuk “The Power of FinTech Became Game Changer and New Hope For Financial Industry” ini sesungguhnya sebagai ikhtiar dari Unissula untuk memperingati Gebyar Muharram 1443 H.