Hadapi Era Digital, BRI Beri Pembekalan Kehumasan
loading...
A
A
A
(Baca juga:Hari Pelanggan Nasional 2021, BRI Tegaskan Komitmen Berikan Kemudahan Layanan)
Sementara narasumber lainnya adalah Direktur Jaringan dan Layanan BRI Arga M. Nugraha. Ia mengimbau para pekerja untuk memahami, sosial media bukanlah diary kehidupan pribadi.
Sementara Corporate Secretary BRI sekaligus Ketua Umum Forum Humas BUMN Aestika Oryza Gunarto memaparkan potensi-potensi krisis yang datang dari media sosial. “Semua pegawai BRI berfungsi sebagai humas bagi perusahaannya, dalam hal ini BRI, baik dalam peran promosi, informasi, dan pencegahan krisis yang terjadi. Ini menjadi tanggungjawab bersama bagi semua Insan BRILian,” terang Aestika.
Kemudian, Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah (MAFINDO) Septiaji Eko Nugroho menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mitigasi krisis lembaga akibat hoaks.
Sedangkan Enda Nasution yang juga akrab disapa sebagai Bapak Blogger Indonesia, memaparkan strategi komunikasi digital yang harus dilakukan perusahaan.
Terakhir, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut, mengakhiri acara dengan penyampaian materi tentang kacamata media pers dalam melihat krisis yang terjadi terhadap sebuah perusahaan di sosial media.
Humas, menurutnya, juga harus memiliki wawasan tentang bahasa yang digunakan untuk memberi informasi. Bahasanya tidak kaku dan cenderung dekat ke masyarakat.
“Bahasa Humas itu harus popular dan disukai netizen. Banyak berita sekarang yang melabrak bahasa jurnalistik lama. Tidak ada pakem terhadap ini, maka Humas juga harus mengikuti perkembangan bahasa tersebut. Tidak hanya menulis, Humas juga harus punya kemampuan memotret, membuat video dan infografis sebagai tuntutan komunikasi zaman sekarang,” paparnya.
Humas zaman now harus memiliki kompetensi teknologi dan kaidah jurnalistik. “Personalisasi konten dan target pemirsa penting untuk dikuasai Humas. Begitu juga bahasa media sosial harus dipahami Humas,” katanya.
Di samping itu, katanya, Humas harus kreatif dan memahami global tren. Kemudian berintegritas dan tidak terjebak menyebar berita hoaks. Humas jangan terafialiasi dengan kelompok mana pun di luar lembaga.
Sementara narasumber lainnya adalah Direktur Jaringan dan Layanan BRI Arga M. Nugraha. Ia mengimbau para pekerja untuk memahami, sosial media bukanlah diary kehidupan pribadi.
Sementara Corporate Secretary BRI sekaligus Ketua Umum Forum Humas BUMN Aestika Oryza Gunarto memaparkan potensi-potensi krisis yang datang dari media sosial. “Semua pegawai BRI berfungsi sebagai humas bagi perusahaannya, dalam hal ini BRI, baik dalam peran promosi, informasi, dan pencegahan krisis yang terjadi. Ini menjadi tanggungjawab bersama bagi semua Insan BRILian,” terang Aestika.
Kemudian, Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah (MAFINDO) Septiaji Eko Nugroho menyampaikan langkah-langkah yang harus dilakukan dalam mitigasi krisis lembaga akibat hoaks.
Sedangkan Enda Nasution yang juga akrab disapa sebagai Bapak Blogger Indonesia, memaparkan strategi komunikasi digital yang harus dilakukan perusahaan.
Terakhir, Ketua Umum Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) Wenseslaus Manggut, mengakhiri acara dengan penyampaian materi tentang kacamata media pers dalam melihat krisis yang terjadi terhadap sebuah perusahaan di sosial media.
Humas, menurutnya, juga harus memiliki wawasan tentang bahasa yang digunakan untuk memberi informasi. Bahasanya tidak kaku dan cenderung dekat ke masyarakat.
“Bahasa Humas itu harus popular dan disukai netizen. Banyak berita sekarang yang melabrak bahasa jurnalistik lama. Tidak ada pakem terhadap ini, maka Humas juga harus mengikuti perkembangan bahasa tersebut. Tidak hanya menulis, Humas juga harus punya kemampuan memotret, membuat video dan infografis sebagai tuntutan komunikasi zaman sekarang,” paparnya.
Humas zaman now harus memiliki kompetensi teknologi dan kaidah jurnalistik. “Personalisasi konten dan target pemirsa penting untuk dikuasai Humas. Begitu juga bahasa media sosial harus dipahami Humas,” katanya.
Di samping itu, katanya, Humas harus kreatif dan memahami global tren. Kemudian berintegritas dan tidak terjebak menyebar berita hoaks. Humas jangan terafialiasi dengan kelompok mana pun di luar lembaga.