Cara Baru Berasuransi: Terintegrasi dengan Ekosistem Teknologi dan Layanan Kesehatan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Start-up health insurtech berbasis aplikasi hadir di Indonesia. Rey berfokus pada asuransi kesehatan , jiwa dan penyakit kritis. Ide Rey dimotori oleh dua anak muda, yaitu Evan Tanotogono (CEO & Co-Founder) dan Bobby Siagian (CTO & Co-Founder).
Rey memiliki visi menghadirkan model baru berasuransi, yaitu pemaduan produk asuransi jiwa dan kesehatan yang dirancang khusus dengan ekosistem layanan kesehatan yang terintegrasi secara digital. Mulai dari pemeriksaan gejala mandiri berbasis AI, telekonsultasi dengan dokter, hingga pemesanan dan pengiriman obat sesuai resep dokter.
Berbeda dari asuransi konvensional, platform Rey menawarkan paduan produk asuransi dan layanan kesehatan yang dikemas dalam program Membership berbasis langganan (subscription). Pola ini serupa dengan layanan streaming film dan lagu online.
Sistem berlangganan bertujuan untuk menyederhanakan pengalaman berasuransi dengan harga yang lebih terjangkau, yaitu mulai dari Rp69 ribu/bulan. Setelah berlangganan, Member Rey dapat menikmati akses ke ekosistem layanan kesehatan kapan dan dimanapun tanpa dikenakan biaya tambahan.
Adapun kemunculan Rey berawal dari keinginan untuk turut berkontribusi meningkatkan penetrasi asuransi jiwa & kesehatan di Indonesia melalui pendekatan yang baru dan berbeda.
Rey memang hanya berfokus pada produk-produk asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis saja. Namun, dijalankan dengan inovasi secara end-to-end–mulai dari distribusi digital, integrasi dengan layanan kesehatan baik online maupun offline, serta pemanfaatan fitur-fitur wellness.
“Banyak pain points yang kami lihat di industri asuransi jiwa dan kesehatan di Indonesia yang sifatnya mengakar sehingga pendekatan yang Rey lakukan bukan sekadar mendigitalisasi bagian dari proses yang sudah lama ada melainkan mendesain ulang bagaimana seharusnya asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis ditawarkan di Indonesia,” tutur Evan.
Masalah lain yang menjadi peluang bagi perusahaan health insurtech seperti Rey untuk meningkatkan penetrasi asuransi digital di Indonesia adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat sejak pandemi COVID-19, yaitu cara menangani kesehatan. Masyarakat mulai sadar pentingnya memiliki perlindungan melalui asuransi, adanya upaya hidup lebih sehat, hingga kesadaran untuk memanfaatkan teknologi di bidang kesehatan.
Hadirnya Rey akan semakin memudahkan masyarakat yang peduli pada kesehatan dan masa depan karena Rey memberikan akses penuh bagi para Member untuk mengakses layanan kesehatan, seperti layanan pengecekan gejala mandiri (self-diagnostics) berbasis Artificial Intelligence, layanan telekonsultasi dokter, dan pemesanan dan pengiriman obat sesuai resep, hingga kunjungan ke dokter di klinik rekanan secara cashless berbekal aplikasi Rey.
Rey memiliki visi menghadirkan model baru berasuransi, yaitu pemaduan produk asuransi jiwa dan kesehatan yang dirancang khusus dengan ekosistem layanan kesehatan yang terintegrasi secara digital. Mulai dari pemeriksaan gejala mandiri berbasis AI, telekonsultasi dengan dokter, hingga pemesanan dan pengiriman obat sesuai resep dokter.
Berbeda dari asuransi konvensional, platform Rey menawarkan paduan produk asuransi dan layanan kesehatan yang dikemas dalam program Membership berbasis langganan (subscription). Pola ini serupa dengan layanan streaming film dan lagu online.
Sistem berlangganan bertujuan untuk menyederhanakan pengalaman berasuransi dengan harga yang lebih terjangkau, yaitu mulai dari Rp69 ribu/bulan. Setelah berlangganan, Member Rey dapat menikmati akses ke ekosistem layanan kesehatan kapan dan dimanapun tanpa dikenakan biaya tambahan.
Adapun kemunculan Rey berawal dari keinginan untuk turut berkontribusi meningkatkan penetrasi asuransi jiwa & kesehatan di Indonesia melalui pendekatan yang baru dan berbeda.
Rey memang hanya berfokus pada produk-produk asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis saja. Namun, dijalankan dengan inovasi secara end-to-end–mulai dari distribusi digital, integrasi dengan layanan kesehatan baik online maupun offline, serta pemanfaatan fitur-fitur wellness.
“Banyak pain points yang kami lihat di industri asuransi jiwa dan kesehatan di Indonesia yang sifatnya mengakar sehingga pendekatan yang Rey lakukan bukan sekadar mendigitalisasi bagian dari proses yang sudah lama ada melainkan mendesain ulang bagaimana seharusnya asuransi kesehatan, jiwa, dan penyakit kritis ditawarkan di Indonesia,” tutur Evan.
Masalah lain yang menjadi peluang bagi perusahaan health insurtech seperti Rey untuk meningkatkan penetrasi asuransi digital di Indonesia adalah perubahan yang terjadi dalam masyarakat sejak pandemi COVID-19, yaitu cara menangani kesehatan. Masyarakat mulai sadar pentingnya memiliki perlindungan melalui asuransi, adanya upaya hidup lebih sehat, hingga kesadaran untuk memanfaatkan teknologi di bidang kesehatan.
Hadirnya Rey akan semakin memudahkan masyarakat yang peduli pada kesehatan dan masa depan karena Rey memberikan akses penuh bagi para Member untuk mengakses layanan kesehatan, seperti layanan pengecekan gejala mandiri (self-diagnostics) berbasis Artificial Intelligence, layanan telekonsultasi dokter, dan pemesanan dan pengiriman obat sesuai resep, hingga kunjungan ke dokter di klinik rekanan secara cashless berbekal aplikasi Rey.