Kementan: Tingkat Konsumsi Susu di Indonesia Masih Rendah

Senin, 01 Juni 2020 - 12:50 WIB
loading...
Kementan: Tingkat Konsumsi Susu di Indonesia Masih Rendah
Konsumsi susu nasional pada 2019 tercatat masih berkisar 16,23 kg/kapita/tahun. Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Di tengah pandemi Covid-19 saat ini asupan makanan dan minuman yang bergizi tinggi sangat diperlukan untuk memperkuat daya tahan tubuh, salah satunya melalui konsumsi susu. Mengingat banyaknya manfaat yang diperoleh melalui susu, Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) sejak tahun 2001 menetapkan tanggal 1 Juni diperingati sebagai Hari Susu Dunia (World Milk Day).

Peringatan ini dimaknai untuk meningkatkan kesadaran tentang pentingnya mengonsumsi susu setiap hari. Kegiatan ini menjadi acara tahunan di banyak negara di dunia. Indonesia pun turut serta merayakan Hari Susu Dunia sejak tanggal 1 Juni 2009 melalui Keputusan Menteri Pertanian Nomor: 2182/KPTS/PD.420/5/2009, dengan tajuk Hari Susu Nusantara.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diarmita menyampaikan momentum Hari Susu Nusantara ini tentang pentingnya masyarakat untuk terus mengonsumsi susu namun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat konsumsi susu masyarakat Indonesia tahun 2019 masih berkisar 16,23 kg/kapita/tahun.

"Konsumsi susu di negara kita masih tergolong rendah jika dibandingkan dengan negara-negara lain," kata I Ketut di Jakarta, Senin (1/6/2020).

(Baca Juga: Menkop dan UKM Teten Masduki Sebut 3 Masalah Hambat Produksi Susu)

Ia mengatakan, secara umum susu banyak memiliki manfaat untuk pertumbuhan yaitu untuk regenerasi sel, menguatkan tulang dan gigi, menyokong pertumbuhan fisik, meningkatkan kecerdasan, mampu mencegah stunting pada anak-anak serta meningkatkan imunitas tubuh sehingga meminimalisir potensi terinfeksi agen penyakit.

"Di masa pandemi Covid-19 saat ini, konsumsi susu menjadi penting untuk peningkatan imunitas tubuh yang merupakan salah satu cara untuk meminimalisir potensi terinfeksi agen penyakit," ucap Ketut.

Selain Itu, Ketut juga menyoroti pentingnya peningkatan populasi sapi perah untuk meningkatkan produksi susu dan memenuhi kebutuhan susu nasional. Populasi sapi perah Nasional pada tahun 2019 sebanyak 561.061 ekor dengan produksi susu sebanyak 996.442 ton.

"Pertumbuhan populasi sapi perah dan pertumbuhan produksinya belum mampu mengimbangi pertumbuhan konsumsi, sehingga ketersediaan sebagian besar produk susu dan turunannya adalah melalui importasi yang semakin lama semakin meningkat," terangnya.

Dengan jumlah kebutuhan susu nasional tahun 2019 mencapai 4.332,88 ribu ton, produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) di atas, hanya mampu memenuhi 22% dari kebutuhan nasional, sehingga 78%nya berasal dari impor. Selain itu, produksi susu saat ini masih didominasi oleh susu sapi, padahal kita memiliki potensi ternak lain seperti kambing perah (Kambing Peranakan Ettawa, Kambing Saanen) dan kerbau perah yang pemanfaatannya belum optimal.

"Berbagai permasalahan dan tantangan dalam pengembangan industri susu nasional harus didorong bersama melalui peran aktif dari semua pihak, tidak hanya pemerintah namun juga akademisi, swasta, industri dan tentu saja para peternak itu sendiri," sambungnya.

Kementan sebagai instansi teknis yang menangani peternakan, terus berupaya keras dalam mengembangkan persusuan nasional untuk mencapai target pemenuhan kebutuhan susu nasional tahun 2025 sebanyak 60% sesuai dengan Cetak Biru Persusuan 2013-2025 yang dikeluarkan oleh Kemenko Perekonomian.

Selanjutnya, terkait upaya pemerintah untuk meningkatkan populasi sapi perah, dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya program SIKOMANDAN (Sapi Kerbau Komoditas Andalan Negeri), pemasukan bibit sapi perah untuk replacement induk dan dikembangkan di Balai Ternak Unggul Baturaden.

Selanjutnya, pengembangan rearing unit di Unit Pelaksana Teknis (UPT)/Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) dan melalui kemitraan dengan Industri Pengolahan Susu (IPS), penetapan kawasan pengembangan sapi perah nasional, perbaikan mutu genetik melalui pejantan unggul hasil uji zuriat dan produksi semen beku sexing, kemudahan dalam pengajuan rekomendasi pemasukan/pengeluaran ternak, produk ternak.

"Dapat melalui aplikasi Sistem Rekomendasi (SIMREK PKH) serta fasilitasi/kemudahan akses pembiayaan (Kredit Usaha Rakyat-KUR/Program Kemitraan Bina Lingkungan-PKBL) untuk peternak sapi perah," tuturya.

Selain itu, Kementan juga mengembangkan ternak perah lain seperti kambing perah dan kerbau perah serta mendorong pihak swasta untuk melakukan diversifikasi genetik sapi perah melalui pengembangan sapi perah non Frisian Holstein/FH (sapi perah jersey). Pengembangan sapi perah non FH saat ini masih bersifat closed breeding untuk mengetahui kemampuan adaptasi dan produksi ternak di Indonesia.

"Dalam rangka meningkatkan mutu dan kualitas susu peternak, pemerintah terus berupaya meningkatkan kapasitas SDM peternak melalui bimbingan teknis dan pelatihan, serta melakukan pendampingan kepada peternak seperti untuk penerapan Good Farming Practices (GFP)," ucapnya.

Kementan juga berupaya meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk peternak melalui diversifikasi produk, fasilitasi sarana prasarana pengolahan susu, pengurusan ijin edar produk susu serta fasilitasi/pendampingan sertifikasi organik untuk kelompok peternak, serta fasilitasi pemasaran melalui akses market online bekerja sama dengan marketplace.

"Untuk peningkatan konsumsi susu, pemerintah terus berupaya mendorong meningkatkan kesadaran masyarakat untuk mengkonsumsi susu melalui sosialisasi dan promosi, baik melalui media sosial maupun sarana promosi," imbuh Ketut.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2565 seconds (0.1#10.140)