Pengguna Internet Terus Meningkat Jadi Peluang Besar Bagi Pengusaha Kuliner
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meningkatnya pengguna internet di Indonesia selama pandemi Covid-19 membuka peluang yang besar bagi pengusaha kuliner di berbagai daerah. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman mengatakan, pada akhir 2020 lalu, Indonesia tercatat sebagai negara dengan pengguna internet terbesar ke empat di dunia, jumlahnya mencapai 160 juta orang.
Ia kemudian mengutip data survei yang dilakukan perusahaan peneliti pasar atau market research global, Ipsos, yang menyatakan, dua layanan daring yang paling banyak digunakan oleh pengguna internet pemula di Indonesia adalah jasa transportasi sebesar 40% dan layanan pesan antar makanan sebesar 32%.
"Literasi digital masyarakat di bidang kuliner sudah baik dan ini jadi peluang yang besar bagi pengusaha makanan," kata Adhi dalam webinar Katadata Literasi Digital Talk's, kemarin.
Menurut Adhi, kuliner online yang trennya meningkat selama pandemi adalah jenis makanan beku, atau frozen food. Ini juga dipicu kebijakan pemerintah yang mengharuskan masyarakat lebih banyak beraktifitas di rumah ketika pandemi.
Selain itu masyarakat juga menggemari kuliner dengan manfaat kesehatan yang tinggi, diantaranya makanan organik atau makanan yang berbasiskan herbal.
Hal tersebut diamini salah satu pengusaha kuliner online, Diah Ayu Satiarini. Diah adalah pemilik usaha kuliner Pawon Kanjeng Mommy yang sudah menjajal pasar online sejak 5 tahun lalu.
Menurut Diah, omzet penjualan produknya di marketplace atau lokapasar meningkat selama pandemi. Menurut dia, pandemi membuat orang tidak bisa sering keluar rumah, sehingga aktivitas memasak berkurang, hingga akhirnya makanan beku menjadi pilihan.
"Dalam sebulan omzet kami bisa mencapai ratusan juta rupiah," ujar Diah.
Menurut dia, banyak keuntungan yang bisa didapat dengan berjualan secara online. Di antaranya lebih mudah karena tidak memerlukan toko yang besar sehingga bisa memotong biaya produksi.
Tambah Diah, berjualan secara online juga lebih aman, baik itu melalui lokapasar atau media sosial. Ia berbagi tips bagi masyarakat yang ingin menjajal bisnis secara online, di antaranya memilih jenis makanan yang sedang menjadi tren agar diminati masyarakat.
Selanjutnya pengemasan juga harus baik agar tahan lama, dan terakhir lebih sering berpromosi di media sosial, agar masyarakat ingat terus dengan produk yang dijual.
Berkembangnya dunia digital juga membuka peluang untuk pengusaha kuliner yang belum banyak diketahui orang, terutama di daerah. Culinary Storyteller, Ade Putri Paramadita mengatakan, Indonesia memiliki banyak sekali jenis. Di antara makanan-makanan tersebut masih banyak yang belum diketahui orang, baik dari dalam maupun luar negeri.
Namun dengan berkembangnya dunia digital, makanan-makanan "tersembunyi" tersebut kini bisa terekspos dan dikenal, melalui banyak platform media sosial. Menurut Ade ini adalah keuntungan tersendiri yang bisa didapat pengusaha kuliner di berbagai daerah.
Ini kemudian sejalan dengan upaya untuk melestarikan kuliner nusantara. "Kalau dulu promosi hanya dilakukan dari mulut ke mulut. Sekarang semua informasi kuliner bisa kita dapat di Internet," kata Ade.
Ia kemudian mengutip data survei yang dilakukan perusahaan peneliti pasar atau market research global, Ipsos, yang menyatakan, dua layanan daring yang paling banyak digunakan oleh pengguna internet pemula di Indonesia adalah jasa transportasi sebesar 40% dan layanan pesan antar makanan sebesar 32%.
"Literasi digital masyarakat di bidang kuliner sudah baik dan ini jadi peluang yang besar bagi pengusaha makanan," kata Adhi dalam webinar Katadata Literasi Digital Talk's, kemarin.
Menurut Adhi, kuliner online yang trennya meningkat selama pandemi adalah jenis makanan beku, atau frozen food. Ini juga dipicu kebijakan pemerintah yang mengharuskan masyarakat lebih banyak beraktifitas di rumah ketika pandemi.
Selain itu masyarakat juga menggemari kuliner dengan manfaat kesehatan yang tinggi, diantaranya makanan organik atau makanan yang berbasiskan herbal.
Hal tersebut diamini salah satu pengusaha kuliner online, Diah Ayu Satiarini. Diah adalah pemilik usaha kuliner Pawon Kanjeng Mommy yang sudah menjajal pasar online sejak 5 tahun lalu.
Menurut Diah, omzet penjualan produknya di marketplace atau lokapasar meningkat selama pandemi. Menurut dia, pandemi membuat orang tidak bisa sering keluar rumah, sehingga aktivitas memasak berkurang, hingga akhirnya makanan beku menjadi pilihan.
"Dalam sebulan omzet kami bisa mencapai ratusan juta rupiah," ujar Diah.
Menurut dia, banyak keuntungan yang bisa didapat dengan berjualan secara online. Di antaranya lebih mudah karena tidak memerlukan toko yang besar sehingga bisa memotong biaya produksi.
Tambah Diah, berjualan secara online juga lebih aman, baik itu melalui lokapasar atau media sosial. Ia berbagi tips bagi masyarakat yang ingin menjajal bisnis secara online, di antaranya memilih jenis makanan yang sedang menjadi tren agar diminati masyarakat.
Selanjutnya pengemasan juga harus baik agar tahan lama, dan terakhir lebih sering berpromosi di media sosial, agar masyarakat ingat terus dengan produk yang dijual.
Berkembangnya dunia digital juga membuka peluang untuk pengusaha kuliner yang belum banyak diketahui orang, terutama di daerah. Culinary Storyteller, Ade Putri Paramadita mengatakan, Indonesia memiliki banyak sekali jenis. Di antara makanan-makanan tersebut masih banyak yang belum diketahui orang, baik dari dalam maupun luar negeri.
Namun dengan berkembangnya dunia digital, makanan-makanan "tersembunyi" tersebut kini bisa terekspos dan dikenal, melalui banyak platform media sosial. Menurut Ade ini adalah keuntungan tersendiri yang bisa didapat pengusaha kuliner di berbagai daerah.
Ini kemudian sejalan dengan upaya untuk melestarikan kuliner nusantara. "Kalau dulu promosi hanya dilakukan dari mulut ke mulut. Sekarang semua informasi kuliner bisa kita dapat di Internet," kata Ade.
(akr)