Pendapatan Lippo Karawaci Tembus Rp12,25 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) sepanjang tahun 2019 membukukan total pendapatan Rp12,25 triliun. Jumlah tersebut naik 16% dibandingkan pendapatan pada periode yang sama tahun 2018 sebesar Rp10,62 triliun.
Pendapatan tersebut disesuaikan dengan proses pasca penyesuaian penjualan tanah yang tidak berulang sebesar Rp65 miliar di tahun 2019 dan Rp838 miliar di tahun 2018. Maka sesuai laporan keuangan di tahun 2019, pendapatan LPKR mencapai Rp12,32 triliun, meningkat 7,6% dari Rp11,45 triliun yang tercatat di tahun 2018.
"Pendapatan terus didorong oleh pertumbuhan recurring revenue yang kuat terutama dari segmen healthcare," ujar CEO LPKR John Riady dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (29/5/2020).
John mengatakan, Siloam Hospitals mencatat pertumbuhan pendapatan yang kuat di tahun 2019 sebesar 17,7% menjadi Rp7,02 triliun dari Rp5,96 triliun di tahun sebelumnya. Jumlah tersebut berkontribusi terhadap 75,1% dari total pendapatan recurring di tahun 2019 dibandingkan dengan kontribusi sebesar 71,3% di tahun 2018.
"Pada kuartal keempat 2019, Siloam membuka rumah sakit baru, Siloam Paal Dua di Manado sehingga menambah total rumah sakit menjadi 37 rumah sakit," katanya. Lippo Karawaci Siapkan Buyback Saham Rp75 Miliar
Lebih lanjut dia menuturkan, pendapatan dari segmen bisnis LPKR Real Estate Management & Services meningkat 13,2% menjadi Rp9,2 triliun, yang merupakan 74,8% dari total pendapatan tahun 2019 dibanding dengan 71,1% di tahun 2018.
Sementara itu, pendapatan Real Estate Development di tahun 2019 turun 3,8% menjadi Rp2,98 triliun dari Rp3,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Bisnis ini memberikan kontribusi sebesar 24,1% dari total pendapatan di tahun 2019 dibandingkan dengan 27,0% di tahun 2018.
Penjualan sesekali di tahun 2018 dan tahun 2019 merupakan penjualan tanah Meikarta ke MSU di Lippo Cikarang, yang merupakan pendapatan tidak berulang masing-masing sebesar Rp838 miliar dan Rp65 miliar. "JIka kita menyesuaikan penjualan sesekali tersebut, pendapatan real estate development meningkat 29,0% di tahun 2019," jelas John.
Dia menuturkan, LPKR membukukan laba bruto yang lebih rendah, yaitu Rp4,60 triliun di tahun 2019 dibandingkan dengan Rp5,25 triliun di tahun 2018. Hal ini terutama karena laba bruto sektor Real Estate Development tahun 2019 yang lebih rendah sebesar Rp894 miliar, atau turun 51,8% dibandingkan Rp1,85 triliun pada periode 2018.
Sementara itu, laba bruto bisnis Real Estate Management & Services mencatat pertumbuhan yang sehat sebesar 12,3% menjadi Rp3,58 triliun di tahun 2019 dari Rp3,19 triliun di 2018.
Sedangkan untuk EBITDA LPKR di kuartal IV 2019 meningkat sebesar 7,9% menjadi Rp 397 miliar dari Rp368 miliar di kuartal III tahun 2019. Namun jika dibandingkan tahun 2018, EBITDA di tahun 2019 menurun 43,4% menjadi Rp1,30 triliun dari Rp2,30 triliiun di 2018.
Hal ini terutama disebabkan oleh biaya sesekali dan biaya konstruksi yang lebih tinggi untuk memulai kembali beberapa proyek konstruksi terintegrasi di bisnis real estate development di tahun 2018 serta penyesuaian biaya non tunai sesekali di Siloam pada tahun 2019. "Ini yang menyebabkan margin EBITDA tahun 2019 turun menjadi 11% dari 20% di tahun 2018," tegas John.
Dengan kondisi tersebut, John mengaku tahun 2019, perseroan mengalami rugi bersih sebesar Rp1,98 triliun, dibandingkan dengan tahun 2018 yang masih membukukan laba bersih sebesar Rp720 miliar.
Pendapatan tersebut disesuaikan dengan proses pasca penyesuaian penjualan tanah yang tidak berulang sebesar Rp65 miliar di tahun 2019 dan Rp838 miliar di tahun 2018. Maka sesuai laporan keuangan di tahun 2019, pendapatan LPKR mencapai Rp12,32 triliun, meningkat 7,6% dari Rp11,45 triliun yang tercatat di tahun 2018.
"Pendapatan terus didorong oleh pertumbuhan recurring revenue yang kuat terutama dari segmen healthcare," ujar CEO LPKR John Riady dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Jumat (29/5/2020).
John mengatakan, Siloam Hospitals mencatat pertumbuhan pendapatan yang kuat di tahun 2019 sebesar 17,7% menjadi Rp7,02 triliun dari Rp5,96 triliun di tahun sebelumnya. Jumlah tersebut berkontribusi terhadap 75,1% dari total pendapatan recurring di tahun 2019 dibandingkan dengan kontribusi sebesar 71,3% di tahun 2018.
"Pada kuartal keempat 2019, Siloam membuka rumah sakit baru, Siloam Paal Dua di Manado sehingga menambah total rumah sakit menjadi 37 rumah sakit," katanya. Lippo Karawaci Siapkan Buyback Saham Rp75 Miliar
Lebih lanjut dia menuturkan, pendapatan dari segmen bisnis LPKR Real Estate Management & Services meningkat 13,2% menjadi Rp9,2 triliun, yang merupakan 74,8% dari total pendapatan tahun 2019 dibanding dengan 71,1% di tahun 2018.
Sementara itu, pendapatan Real Estate Development di tahun 2019 turun 3,8% menjadi Rp2,98 triliun dari Rp3,09 triliun pada periode yang sama tahun lalu. Bisnis ini memberikan kontribusi sebesar 24,1% dari total pendapatan di tahun 2019 dibandingkan dengan 27,0% di tahun 2018.
Penjualan sesekali di tahun 2018 dan tahun 2019 merupakan penjualan tanah Meikarta ke MSU di Lippo Cikarang, yang merupakan pendapatan tidak berulang masing-masing sebesar Rp838 miliar dan Rp65 miliar. "JIka kita menyesuaikan penjualan sesekali tersebut, pendapatan real estate development meningkat 29,0% di tahun 2019," jelas John.
Dia menuturkan, LPKR membukukan laba bruto yang lebih rendah, yaitu Rp4,60 triliun di tahun 2019 dibandingkan dengan Rp5,25 triliun di tahun 2018. Hal ini terutama karena laba bruto sektor Real Estate Development tahun 2019 yang lebih rendah sebesar Rp894 miliar, atau turun 51,8% dibandingkan Rp1,85 triliun pada periode 2018.
Sementara itu, laba bruto bisnis Real Estate Management & Services mencatat pertumbuhan yang sehat sebesar 12,3% menjadi Rp3,58 triliun di tahun 2019 dari Rp3,19 triliun di 2018.
Sedangkan untuk EBITDA LPKR di kuartal IV 2019 meningkat sebesar 7,9% menjadi Rp 397 miliar dari Rp368 miliar di kuartal III tahun 2019. Namun jika dibandingkan tahun 2018, EBITDA di tahun 2019 menurun 43,4% menjadi Rp1,30 triliun dari Rp2,30 triliiun di 2018.
Hal ini terutama disebabkan oleh biaya sesekali dan biaya konstruksi yang lebih tinggi untuk memulai kembali beberapa proyek konstruksi terintegrasi di bisnis real estate development di tahun 2018 serta penyesuaian biaya non tunai sesekali di Siloam pada tahun 2019. "Ini yang menyebabkan margin EBITDA tahun 2019 turun menjadi 11% dari 20% di tahun 2018," tegas John.
Dengan kondisi tersebut, John mengaku tahun 2019, perseroan mengalami rugi bersih sebesar Rp1,98 triliun, dibandingkan dengan tahun 2018 yang masih membukukan laba bersih sebesar Rp720 miliar.
(bon)