Belva Mundur dari Stafsus Presiden, Ekonom: Bentuk Tanggung Jawab Milenial
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira memberikan apresiasi atas pengunduran diri Belva Devara dari posisi staff khusus Presiden. Menurutnya apa yang dilakukan Belva sebagai bentuk pertanggungjawaban milenial untuk lebih profesional.
"Saya mengapresiasi mundurnya kawan Belva Devara dari posisi Staff Khusus Presiden sebagai bentuk pertanggungjawaban milenial untuk lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya. Belva telah menunjukkan bahwa milenial harus memiliki integritas dan bisa menghindari konflik kepentingan yang muncul ketika berada dalam posisi di pemerintahan," ungkap Belva di Jakarta, Selasa(21/4/2020).
Namun, ia menyampaikan bahwa permasalahan terkait Kartu Prakerja tidak serta merta tuntas dengan mundurnya Belva. Pertama, terang dia masih perlu dilakukan penyidikan terkait MoU mitra pelaksana Kartu Prakerja yang dilakukan sebelum peraturan teknis dikeluarkan pemerintah.
"Kedua, Kartu Prakerja tidak menjawab persoalan krisis yang dihadapi, bahwa korban PHK lebih membutuhkan bantuan berupa cash transfer/ BLT dibandingkan dengan pelatihan online," ungkap Bhima.
Untuk mencegah pemborosan anggaran, ia menyarankan sebaiknya pemerintah membatalkan pendaftaran gelombang kedua, dan mengalihkan seluruh anggaran Kartu Prakerja agar berdampak langsung pada daya beli masyarakat yang terkena Covid-19.
"Ketiga, dibandingkan memberikan pelatihan online, lebih baik pemerintah memberikan subsidi internet selama 3-5 bulan kepada seluruh rakyat Indonesia sehingga masyarakat bisa mengakses konten pelatihan serupa di Youtube dan platform gratis lainnya," papar Bhima.
Ia berharap Staff Khusus milenial lainnya yang memiliki konflik kepentingan antara bisnis dan jabatan publik untuk mengikuti jejak Belva, yakni memilih salah satunya tetap menjadi Staffsus atau profesional melanjutkan bisnis startupnya.
"Perjalanan karier kawan-kawan millenial masih cukup panjang, dan generasi milenial yang jumlahnya 90 juta orang di republik ini akan mengawasi setiap langkah kawan-kawan. Maka jagalah amanah ini dengan sebaik-baiknya. Kalian adalah harapan sekaligus contoh bagi rakyat Indonesia," tutur Bhima.
Karena posisi Belva sudah tidak lagi menjadi Staff Khusus, maka berakhirlah undangan debat yang diajukan oleh Bhima. "Saya tidak memiliki masalah dengan Belva secara personal, melainkan hanya ingin mengajak bertukar pandangan terkait posisinya sebagai Staff Khusus Presiden," tutupnya.
Lihat Juga: Curi Perhatian Ratusan Investor, 4 Startup Finalis Grab Ventures Velocity Ikuti Coaching Intensif
"Saya mengapresiasi mundurnya kawan Belva Devara dari posisi Staff Khusus Presiden sebagai bentuk pertanggungjawaban milenial untuk lebih profesional dalam menjalankan bisnisnya. Belva telah menunjukkan bahwa milenial harus memiliki integritas dan bisa menghindari konflik kepentingan yang muncul ketika berada dalam posisi di pemerintahan," ungkap Belva di Jakarta, Selasa(21/4/2020).
Namun, ia menyampaikan bahwa permasalahan terkait Kartu Prakerja tidak serta merta tuntas dengan mundurnya Belva. Pertama, terang dia masih perlu dilakukan penyidikan terkait MoU mitra pelaksana Kartu Prakerja yang dilakukan sebelum peraturan teknis dikeluarkan pemerintah.
"Kedua, Kartu Prakerja tidak menjawab persoalan krisis yang dihadapi, bahwa korban PHK lebih membutuhkan bantuan berupa cash transfer/ BLT dibandingkan dengan pelatihan online," ungkap Bhima.
Untuk mencegah pemborosan anggaran, ia menyarankan sebaiknya pemerintah membatalkan pendaftaran gelombang kedua, dan mengalihkan seluruh anggaran Kartu Prakerja agar berdampak langsung pada daya beli masyarakat yang terkena Covid-19.
"Ketiga, dibandingkan memberikan pelatihan online, lebih baik pemerintah memberikan subsidi internet selama 3-5 bulan kepada seluruh rakyat Indonesia sehingga masyarakat bisa mengakses konten pelatihan serupa di Youtube dan platform gratis lainnya," papar Bhima.
Ia berharap Staff Khusus milenial lainnya yang memiliki konflik kepentingan antara bisnis dan jabatan publik untuk mengikuti jejak Belva, yakni memilih salah satunya tetap menjadi Staffsus atau profesional melanjutkan bisnis startupnya.
"Perjalanan karier kawan-kawan millenial masih cukup panjang, dan generasi milenial yang jumlahnya 90 juta orang di republik ini akan mengawasi setiap langkah kawan-kawan. Maka jagalah amanah ini dengan sebaik-baiknya. Kalian adalah harapan sekaligus contoh bagi rakyat Indonesia," tutur Bhima.
Karena posisi Belva sudah tidak lagi menjadi Staff Khusus, maka berakhirlah undangan debat yang diajukan oleh Bhima. "Saya tidak memiliki masalah dengan Belva secara personal, melainkan hanya ingin mengajak bertukar pandangan terkait posisinya sebagai Staff Khusus Presiden," tutupnya.
Lihat Juga: Curi Perhatian Ratusan Investor, 4 Startup Finalis Grab Ventures Velocity Ikuti Coaching Intensif
(akr)