China Mulai Berubah: Bagaimana Regulasi Ketat Beijing Berdampak ke Bisnis

Kamis, 30 September 2021 - 16:31 WIB
loading...
China Mulai Berubah: Bagaimana Regulasi Ketat Beijing Berdampak ke Bisnis
Dalam beberapa bulan terakhir, pemberitaan kerap dihiasi tentang regulasi ketat China terhadap beberapa sektor ekonomi. Foto/Dok
A A A
BEIJING - Dalam beberapa bulan terakhir, pemberitaan kerap dihiasi tentang regulasi ketat China terhadap beberapa sektor ekonomi. Munculnya banyak peraturan baru yang semakin proteksi dan pengetatan telah menargetkan beberapa perusahaan terbesar di Negeri Tirai Bambu -julukan China-

Seperti dikutip dari BBC, wajah baru ekonomi China merupakan inisiatif kebijakan pemerintah yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping atau yang dikenal dengan sebutan "kemakmuran bersama". Ungkapan ini bukan hal baru di China, melainkan sudah ada sejak 1950-an saat digunakan oleh pemimpin pendiri Republik Rakyat China, Mao Zedong.



Eskalasi tajam penggunaan istilah tersebut saat Partai Komunis Tiongkok (PKT) merayakan ulang tahun yang ke-100 telah dilihat sebagai sinyal bahwa sekarang kebijakan di China menjadi sangat terpusat. Kunci kebijakan 'kemakmuran bersama' adalah upaya Beijing untuk mempersempit kesenjangan antara si kaya dan miskin di negara itu.

Masalah ini menurut beberapa orang bisa membahayakan kebangkitan ekonomi terbesar kedua di dunia dan menimbulkan ancaman eksistensial bagi PKT. Langkah-langkah terbaru ini dinilai sebagai cara untuk mengendalikan miliarder dari beberapa perusahaan terbesar China. Serta membuka ruang bagi pekerja untuk lebih bersuara tentang bagaimana perusahaan mengoperasikan dan mendistribusikan pendapatannya.

Pergerakan Lokal dengan Dampak Global

Peningkatan pengawasan dari Beijing dalam beberapa bulan terhadap beberapa kepentingan bisnis membuat pusing. Mulai dari agen asuransi, perusahaan pelatihan, pengembang real estat dan bahkan perusahaan yang berencana menjual saham di AS telah berada di bawah pengawasan ketat.

Khususnya industri teknologi yang merasakan kebijakan pengetatan China, termasuk kepada e-commerce, layanan keuangan online, platform media sosial, perusahaan game, penyedia komputasi cloud, aplikasi ride-hailing dan penambang serta pertukaran cryptocurrency.

Langkah-langkah ini, tentu saja memiliki dampak besar pada ekonomi dan masyarakat China, dan efeknya juga dirasakan di seluruh dunia. China sendiri telah lama dipandang sebagai pabrik dunia, serta mesin utama pertumbuhan ekonomi global. Sekarang, ketidakpastian seputar regulasi bisnis di China membuat sulit bagi perusahaan dari luar negeri untuk membuat keputusan tentang investasi potensial.

Meski begitu ada angle lain untuk melihat pergolakan jangka pendek karena aturan baru, dimana kerangka peraturan yang diracik ulang bakal menghilangkan ketidakpastian jangka panjang. Agaknya, inilah cara pemerintah China memandangnya.

Menghancurkan Kerajaan Bisnis Jack Ma

Bahkan sebelum langkah penuh Xi Jinping membentuk kembali ekonomi China bergulir dengan kebijakan kemakmuran bersama. Beijing sudah melepaskan kejutan. Kurang dari setahun yang lalu, Jack Ma, pendiri multi-miliarder Alibaba yang dikenal karena penampilan flamboyan di acara-acara perusahaan yang mempesona sempat menghilang.



Ant Group sedang menyiapkan IPO, afiliasi keuangan Alibaba dan pemilik platform pembayaran digital terbesar di China Alipay, diyakini bakal meraup USD34,4 miliar. Jika berjalan lancar, hal itu bakal membuat Jack Ma menjadi orang terkaya di Asia. Tetapi kemudian dia membuat pidato kontroversial yang mengkritik sistem keuangan China.

Dalam beberapa hari setelahnya, rencana penjualan saham dibatalkan dan Jack Mal tidak terlihat lagi di depan umum sampai Januari tahun berikutnya. Sejak itu Alibaba dihukum denda USD2,8 miliar setelah penyelidikan menemukan bahwa mereka telah menyalahgunakan posisinya di dalam pasar selama bertahun-tahun. Ant juga telah mengumumkan rencana restrukturisasi drastis untuk bisnisnya.

Bantahan China

Dalam pertemuan dengan para eksekutif Wall Street, regulator China membantah tindakan keras yang dilakukannya terhadap perusahaan teknologi atau sektor swasta ditujukan untuk melumpuhkan mereka. Seperti diketahui, beberapa tindakan keras yang dilakukan pemerintah China belakangan telah mengguncang pasar.

Mengutip Bloomberg, Wakil Ketua Komisi Pengaturan Sekuritas China Fang Xinghai mengatakan, tindakan tersebut ini bertujuan untuk memperkuat peraturan bagi perusahaan dengan platform yang berhadapan langsung dengan konsumen, dan meningkatkan privasi data serta keamanan nasional.

Dalam kesempatan itu, Fang juga membela langkah-langkah seperti yang ditujukan pada industri pendidikan dan games, yang dimaksudkan untuk mengurangi kecemasan sosial. “Pengawasan yang meningkat terhadap perusahaan-perusahaan China tidak boleh ditafsirkan sebagai pemisahan dari pasar keuangan Amerika Serikat (AS) atau internasional. Beijing tetap berkomitmen pada teknologi,” kata Fang.

Investor global dibuat kaget oleh serangan regulasi dari Beijing yang menargetkan perusahaan teknologi terbesar dan industri lainnya serta dorongan oleh Presiden Xi Jinping untuk menciptakan “kemakmuran bersama". Beberapa regulasi tersebut telah mengikis sekitar USD1,5 triliun dari saham-saham perusahaan China di tengah aksi jual yang lebih luas pada titik paling ekstrem.

Pekan lalu, konglomerat game yang terdaftar di Hong Kong, Tencent Holdings Ltd. akhirnya keluar dari 10 perusahaan terbesar di dunia, yang berdasarkan nilai pasar. Dan untuk pertama kalinya, sejak 2017, tidak ada saham perusahaan China yang masuk dalam daftar tersebut.

Saham Alibaba Group Holding Ltd, perusahaan yang paling berharga kedua di China setelah Tencent, juga telah turun lebih dari 30% di tahun ini. Pembuat kebijakan China juga mempertimbangkan pengawasan yang lebih ketat atas struktur perusahaan yang abu-abu secara hukum yang biasanya digunakan oleh perusahaan teknologi China untuk mencari listing di luar negeri, dengan beberapa penyesuaian kebijakan yang sudah berjalan .

Semua itu telah menambah kekhawatiran investor tentang pemisahan keuangan yang lebih dalam antara dua ekonomi terbesar dunia.
(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 1.6008 seconds (0.1#10.140)