Jaring 3.900 Peserta, Kemkominfo Ajari UMKM di Jatim Pacu Penjualan lewat Digital
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah terus mendorong digitalisasi bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) , salah satunya melalui program Active Selling yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) di berbagai wilayah di Indonesia.
Program yang digulirkan Ditjen Aplikasi Informatika Kemkominfo kali ini menyambangi provinsi Jawa Timur (Jatim), di mana peserta yang mendaftar membludak dari target awal yang hanya 2.600 menjadi 3.900 peserta UMKM.
Tingginya animo peserta dikarenakan pada program ini UMKM berkesempatan untuk mendapatkan pendampingan dan praktek tentang tips dan trik pemasaran di dunia digital. Para peserta juga mempelajari tentang pemanfaatan aplikasi-aplikasi digital dengan baik dan maksimal dalam rangka meningkatkan omzet penjualan.
Adapun program ini khusus diperuntukan bagi UMKM produsen sektor pengolahan dengan tujuan agar setelah memproduksi produk dengan baik, selanjutnya UMKM dapat memasarkan secara lebih luas.
Salah satu peserta dari Kota Malang, Alfiani, mengaku paham bahwa media sosial dan lokapasar atau marketplace mampu mendukung pemasaran hasil olahan UMKM secara online. Namun, banyak di antara mereka yang sekedar tahu saja, tanpa mengerti tips dan trik agar jualannya lebih laris.
Melalui program pendampingan Active Selling, dia berharap mendapatkan ilmu pemasaran digital untuk mendongkrak omzet. “Jualan online sudah saya jalankan lewat media sosial. Kalau melalui marketplace rasanya belum maksimal karena waktu saya habis untuk produksi. Kalau belajarnya bisa langsung praktek ya semoga bisa langsung mendatangkan efek," tuturnya, dikutip Senin (18/10/2021).
Ibu rumah tangga pemilik usaha empon-empon "Sarimpon" itu mengaku baru saja membeli mesin untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya. Dengan seperangkat mesin tersebut, saat mengolah rempah, aroma dan mineralnya tidak banyak terbuang.
Dia pun ingin memasarkan empon-empon instan ke berbagai kota. Dengan pendampingan untuk menerapkan aplikasi agregator dan kasir, Alfiani berharap dapat memaksimalkan waktunya untuk menggenjot produksi.
“Untuk produk jamu siap minum dipasarkan lewat offline tapi yang berbentuk ekstrak saya jual lewat online. Aplikasi agregator agaknya bagus, bisa mempersingkat waktu untuk mengunggah produk langsung ke berbagai marketplace. Kalau yang aplikasi kasir kebetulan banget saya juga butuh, karena pencatatan ini kan repot ya. Kami juga kan harus menghitung harga pokok produksi, jadi aplikasinya sangat membantu," bebernya seraya menambahkan, keberadaan konsultan bisnis dibutuhkan agar bisnis UMKM bisa terencana dengan baik dan lebih terukur.
Hal senada disampaikan peserta lainnya, Dwi Ekowati Aprilia A Lahal atau yang biasa dipanggil Dea. Pemilik usaha produk olahan makanan ringan berupa kacang coklat, cheese chips dan manisan mangga, ini kerap mengikuti pelatihan dan juga bergabung dengan berbagai komunitas UMKM.
Alhasil, produk Dea sudah siap terjun ke pasar yang lebih luas dan ancang-ancang untuk ekspor. Dia pun tidak menampik bahwa UMKM produsen sering kehabisan waktu untuk urusan administrasi. Jadi, kata dia, aplikasi agregator dan kasir yang mempermudah pembukuan memang sebaiknya segera diterapkan.
“Program Pendampingan Active Selling ini bagus. Banyak teman-teman UMKM yang sangat mebutuhkan pendampingan secara langsung. Saya suka ini ada aplikasi agregator dan pembukuan, kita sebagai produsen pengolahan butuh banget," tukasnya.
Dea berpesan kepada UMKM lain agar tak bosan-bosan mencari ilmu dan mencari kawan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman dan pemasaran. “Menjadi UMKM harus sering-sering berkumpul untuk mencari ilmu dan siap menerima masukan untuk menyempurnakan produk kita dan mendapatkan jaringan pemasaran yang lebih luas," tandasnya.
Direktur Ekonomi Digital Kemkominfo I Nyoman Adhiarna mengapresiasi animo para pelaku usaha yang ingin belajar tentang pemasaran digital lewat Program Active Selling. Dia menyadari bahwa kuota peserta yang hanya 2.600 setiap wilayah tidak akan mencakup semua UMKM produsen sektor pengolahan di seluruh Jawa Timur.
“Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa menjangkau seluruh UMKM (di Jawa Timur). Kami berharap agar para peserta nanti dapat berbagi ilmu dengan UMKM lainnya. Harapan dan masukan dari peserta-peserta akan kami dalami karena kami sedang menyiapkan kegiatan kelanjutan Active Selling ini," bebernya.
Program pelatihan dan pendampingan yang menyasar UMKM produsen sektor pengolahan ini digelar selama bulan Juli hingga Desember 2021 dengan tujuan agar UMKM mampu meaksimalkan pemanfaatan aplikasi-aplikasi digital untuk menunjang proses bisnis yang efektif dan efisien.
Program yang digulirkan Ditjen Aplikasi Informatika Kemkominfo kali ini menyambangi provinsi Jawa Timur (Jatim), di mana peserta yang mendaftar membludak dari target awal yang hanya 2.600 menjadi 3.900 peserta UMKM.
Tingginya animo peserta dikarenakan pada program ini UMKM berkesempatan untuk mendapatkan pendampingan dan praktek tentang tips dan trik pemasaran di dunia digital. Para peserta juga mempelajari tentang pemanfaatan aplikasi-aplikasi digital dengan baik dan maksimal dalam rangka meningkatkan omzet penjualan.
Adapun program ini khusus diperuntukan bagi UMKM produsen sektor pengolahan dengan tujuan agar setelah memproduksi produk dengan baik, selanjutnya UMKM dapat memasarkan secara lebih luas.
Salah satu peserta dari Kota Malang, Alfiani, mengaku paham bahwa media sosial dan lokapasar atau marketplace mampu mendukung pemasaran hasil olahan UMKM secara online. Namun, banyak di antara mereka yang sekedar tahu saja, tanpa mengerti tips dan trik agar jualannya lebih laris.
Melalui program pendampingan Active Selling, dia berharap mendapatkan ilmu pemasaran digital untuk mendongkrak omzet. “Jualan online sudah saya jalankan lewat media sosial. Kalau melalui marketplace rasanya belum maksimal karena waktu saya habis untuk produksi. Kalau belajarnya bisa langsung praktek ya semoga bisa langsung mendatangkan efek," tuturnya, dikutip Senin (18/10/2021).
Ibu rumah tangga pemilik usaha empon-empon "Sarimpon" itu mengaku baru saja membeli mesin untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas produksinya. Dengan seperangkat mesin tersebut, saat mengolah rempah, aroma dan mineralnya tidak banyak terbuang.
Dia pun ingin memasarkan empon-empon instan ke berbagai kota. Dengan pendampingan untuk menerapkan aplikasi agregator dan kasir, Alfiani berharap dapat memaksimalkan waktunya untuk menggenjot produksi.
“Untuk produk jamu siap minum dipasarkan lewat offline tapi yang berbentuk ekstrak saya jual lewat online. Aplikasi agregator agaknya bagus, bisa mempersingkat waktu untuk mengunggah produk langsung ke berbagai marketplace. Kalau yang aplikasi kasir kebetulan banget saya juga butuh, karena pencatatan ini kan repot ya. Kami juga kan harus menghitung harga pokok produksi, jadi aplikasinya sangat membantu," bebernya seraya menambahkan, keberadaan konsultan bisnis dibutuhkan agar bisnis UMKM bisa terencana dengan baik dan lebih terukur.
Hal senada disampaikan peserta lainnya, Dwi Ekowati Aprilia A Lahal atau yang biasa dipanggil Dea. Pemilik usaha produk olahan makanan ringan berupa kacang coklat, cheese chips dan manisan mangga, ini kerap mengikuti pelatihan dan juga bergabung dengan berbagai komunitas UMKM.
Alhasil, produk Dea sudah siap terjun ke pasar yang lebih luas dan ancang-ancang untuk ekspor. Dia pun tidak menampik bahwa UMKM produsen sering kehabisan waktu untuk urusan administrasi. Jadi, kata dia, aplikasi agregator dan kasir yang mempermudah pembukuan memang sebaiknya segera diterapkan.
“Program Pendampingan Active Selling ini bagus. Banyak teman-teman UMKM yang sangat mebutuhkan pendampingan secara langsung. Saya suka ini ada aplikasi agregator dan pembukuan, kita sebagai produsen pengolahan butuh banget," tukasnya.
Dea berpesan kepada UMKM lain agar tak bosan-bosan mencari ilmu dan mencari kawan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman dan pemasaran. “Menjadi UMKM harus sering-sering berkumpul untuk mencari ilmu dan siap menerima masukan untuk menyempurnakan produk kita dan mendapatkan jaringan pemasaran yang lebih luas," tandasnya.
Direktur Ekonomi Digital Kemkominfo I Nyoman Adhiarna mengapresiasi animo para pelaku usaha yang ingin belajar tentang pemasaran digital lewat Program Active Selling. Dia menyadari bahwa kuota peserta yang hanya 2.600 setiap wilayah tidak akan mencakup semua UMKM produsen sektor pengolahan di seluruh Jawa Timur.
“Kami meminta maaf yang sebesar-besarnya karena tidak bisa menjangkau seluruh UMKM (di Jawa Timur). Kami berharap agar para peserta nanti dapat berbagi ilmu dengan UMKM lainnya. Harapan dan masukan dari peserta-peserta akan kami dalami karena kami sedang menyiapkan kegiatan kelanjutan Active Selling ini," bebernya.
Program pelatihan dan pendampingan yang menyasar UMKM produsen sektor pengolahan ini digelar selama bulan Juli hingga Desember 2021 dengan tujuan agar UMKM mampu meaksimalkan pemanfaatan aplikasi-aplikasi digital untuk menunjang proses bisnis yang efektif dan efisien.
(ind)