Kemendag Potong Rantai Distibusi, Harga Bapok Diyakini Terkendali
loading...
A
A
A
JAKARTA - Langkah Kementerian Perdagangan (Kemendag) melakukan kebijakan pengendalian harga dengan memotong rantai distribusi diyakini membuat harga beras terjangkau. Dengan tidak menaikkan harga eceran tertinggi (HET) bagi konsumen akhir, tetapi menaikkan harga pembelian pemerintah di tingkat petani dinilai akan menjaga harga bahan pokok menjelang Ramadhan dan Idul Fitri tetap stabil.
Ekonom yang juga dosen Perbanas Institute Piter Abdullah menjelaskan, pada Ramadhan dan Lebaran tahun ini kondisi juga sangat berbeda dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) dan juga larangan mudik. Hal ini diprediksi membuat permintaan tidak akan melonjak.
Terlebih, kata Piter, daya beli saat ini juga cenderung melemah akibat dampak wabah Covid-19. Menurut dia, kelompok masyarakat bawah yang saat ini banyak menjadi korban PHK atau pekerja sektor informal yang pendapatan menurun di tengah wabah Covid-19 adalah pendorong utama peningkatan konsumsi di saat Ramadhan dan Lebaran. Namun, adanya wabah Covid-19 membuat daya beli kelompok yang biasanya memacu pertumbuhan konsumsi ini ini turun. Apalagi dengan adanya pelarangan mudik, diyakini lonjakan permintaan tidak akan terjadi tahun ini.
"Di sisi lain pemerintah juga sudah berkomitmen menjaga pasokan supply selama wabah dan terutama lagi menyambut Ramadhan dan Lebaran. Keran impor untuk produk pangan dibuka," ujar Piter kepada wartawan, Rabu (22/4/2020).
Piter optimis, didorong kebijakan pemerintah juga sinergi dengan kalangan industri, maka berbagai kebutuhan masyarakat akan mampu dipenuhi. Ia juga yakin, pada masa Ramadhan, beras dan gula tidak akan langka, pasokan cukup, karena permintaan tidak mengalami lonjakan.
"Harga akan cukup stabil. Demikian juga produk-produk hasil pertanian lokal. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga Lebih rendah," ucapnya.
Yang paling dikhawatirkan terganggu pasokannya menurut dia adalah daging karena produksi dalam negeri tidak mencukupi, sementara impor tidak mudah dilakukan di tengah kondisi lockdown negara-negara asal impor. Namun ia optimis, pemerintah akan tetap mampu memenuhi kebutuhan daging menjelang Ramadhan dengan harga terjangkau.
"Semua faktor terkait supply dan demand barang-barang pangan terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran ini saya kira sangat dipahami oleh pemerintah. Tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadi lonjakan inflasi," tegasnya.
Di bagian lain, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan pemerintah terus menjaga pasokan sekaligus menyetabilkan harga bahan pokok. Untuk memenuhi stok bawang misalnya, telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Melalui beleid izin impor komoditas bawang putih dan bawang bombai dipermudah. Kemendag juga bekerja sama dengan Satgas Pangan juga dinas-dinas terkait di seluruh kota Indonesia untuk memastikan pasokan maupun stabilisasi harga.
Agus memastikan, stok beras secara nasional menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2020 dipastikan aman dan tidak akan mempengaruhi inflasi nasional. Stok beras nasional untuk menghadapi puasa dan Lebaran saat ini tersedia sebanyak 3,38 juta ton. Beras di Perum Bulog tersedia stoknya sebesar 1,42 juta ton, stok di penggilingan 1,2 juta ton, stok di pedagang 728 ribu ton, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebesar 28.431 ton, dan stok di Lumbung Pangan Masyarakat binaan BKP sebesar 2.939 ton.
Ditambah lagi dengan memasuki musim panen secara berkesinambungan hingga Agustus 2020, stok beras nasional akan mendapat tambahan sebesar 19,8 juta ton. Kebijakan relaksasi impor Agus juga mampu menstabilkan harga bawang di Rp32.000/kg.
"Saat ini di seluruh sentra produksi beras memasuki masa panen raya sehingga diperkirakan ada tambahan produksi pada mulai bulan Maret hingga Agustus 2020, sebesar 19,8 juta ton. Dengan demikian, kebutuhan beras diperkirakan sebesar kurang lebih 2,5 juta ton/bulan dan sebagai antisipasi panjangnya masa penanganan Covid-19, saya optimis stok dan produksi beras mencukupi kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2020," ujar Mendag.
Mendag menambahkan, melalui pemantauan pasar yang rutin dilaksanakan Kemendag, diharapkan harga bahan pokok akan terus terkendali di seluruh Indonesia.
Ekonom yang juga dosen Perbanas Institute Piter Abdullah menjelaskan, pada Ramadhan dan Lebaran tahun ini kondisi juga sangat berbeda dengan adanya kebijakan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB) dan juga larangan mudik. Hal ini diprediksi membuat permintaan tidak akan melonjak.
Terlebih, kata Piter, daya beli saat ini juga cenderung melemah akibat dampak wabah Covid-19. Menurut dia, kelompok masyarakat bawah yang saat ini banyak menjadi korban PHK atau pekerja sektor informal yang pendapatan menurun di tengah wabah Covid-19 adalah pendorong utama peningkatan konsumsi di saat Ramadhan dan Lebaran. Namun, adanya wabah Covid-19 membuat daya beli kelompok yang biasanya memacu pertumbuhan konsumsi ini ini turun. Apalagi dengan adanya pelarangan mudik, diyakini lonjakan permintaan tidak akan terjadi tahun ini.
"Di sisi lain pemerintah juga sudah berkomitmen menjaga pasokan supply selama wabah dan terutama lagi menyambut Ramadhan dan Lebaran. Keran impor untuk produk pangan dibuka," ujar Piter kepada wartawan, Rabu (22/4/2020).
Piter optimis, didorong kebijakan pemerintah juga sinergi dengan kalangan industri, maka berbagai kebutuhan masyarakat akan mampu dipenuhi. Ia juga yakin, pada masa Ramadhan, beras dan gula tidak akan langka, pasokan cukup, karena permintaan tidak mengalami lonjakan.
"Harga akan cukup stabil. Demikian juga produk-produk hasil pertanian lokal. Dengan pemanfaatan jaringan online, rantai distribusi justru relatif terpangkas dan mendorong harga Lebih rendah," ucapnya.
Yang paling dikhawatirkan terganggu pasokannya menurut dia adalah daging karena produksi dalam negeri tidak mencukupi, sementara impor tidak mudah dilakukan di tengah kondisi lockdown negara-negara asal impor. Namun ia optimis, pemerintah akan tetap mampu memenuhi kebutuhan daging menjelang Ramadhan dengan harga terjangkau.
"Semua faktor terkait supply dan demand barang-barang pangan terutama menjelang Ramadhan dan Lebaran ini saya kira sangat dipahami oleh pemerintah. Tidak perlu ada kekhawatiran akan terjadi lonjakan inflasi," tegasnya.
Di bagian lain, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto memastikan pemerintah terus menjaga pasokan sekaligus menyetabilkan harga bahan pokok. Untuk memenuhi stok bawang misalnya, telah diterbitkan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 27 Tahun 2020 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura. Melalui beleid izin impor komoditas bawang putih dan bawang bombai dipermudah. Kemendag juga bekerja sama dengan Satgas Pangan juga dinas-dinas terkait di seluruh kota Indonesia untuk memastikan pasokan maupun stabilisasi harga.
Agus memastikan, stok beras secara nasional menjelang Ramadhan dan Idul Fitri 2020 dipastikan aman dan tidak akan mempengaruhi inflasi nasional. Stok beras nasional untuk menghadapi puasa dan Lebaran saat ini tersedia sebanyak 3,38 juta ton. Beras di Perum Bulog tersedia stoknya sebesar 1,42 juta ton, stok di penggilingan 1,2 juta ton, stok di pedagang 728 ribu ton, stok di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) sebesar 28.431 ton, dan stok di Lumbung Pangan Masyarakat binaan BKP sebesar 2.939 ton.
Ditambah lagi dengan memasuki musim panen secara berkesinambungan hingga Agustus 2020, stok beras nasional akan mendapat tambahan sebesar 19,8 juta ton. Kebijakan relaksasi impor Agus juga mampu menstabilkan harga bawang di Rp32.000/kg.
"Saat ini di seluruh sentra produksi beras memasuki masa panen raya sehingga diperkirakan ada tambahan produksi pada mulai bulan Maret hingga Agustus 2020, sebesar 19,8 juta ton. Dengan demikian, kebutuhan beras diperkirakan sebesar kurang lebih 2,5 juta ton/bulan dan sebagai antisipasi panjangnya masa penanganan Covid-19, saya optimis stok dan produksi beras mencukupi kebutuhan nasional hingga akhir Desember 2020," ujar Mendag.
Mendag menambahkan, melalui pemantauan pasar yang rutin dilaksanakan Kemendag, diharapkan harga bahan pokok akan terus terkendali di seluruh Indonesia.
(fai)