Mulai dari LRT hingga Bandara Kertajati, Pengamat: Studi Awalnya Kurang Tepat
loading...
A
A
A
JAKARTA - Agus Pambagio, pengamat kebijakan publik, dan Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia Pusat Djoko Setijowarno menyoroti pembangunan infrastruktur yang digencarkan oleh pemerintah. Khususnya, proyek-proyek infrastruktur yang pemanfaatannya belum maksimal, alias bermasalah.
Beberapa di antaranya Agus menyebut pembangunan Bandara Kertajati, LRT di Jakarta, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, hingga pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga. Semua proyek itu dinilainya belum bermanfaat atau terancam bermasalah.
"Penyebabnya sama, seperti minimnya feasibility study (FS) dalam pembangunannya, orang mau bangun infrastruktur itu harus ada analisa," ujar Agus Pambagio kepada MNC Portal (25/10/2021).
Sedangkan untuk pembangunan bandara, terutama Bandara Jenderal Soedirman, Agus mengatakan seharusnya pemerintah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan, seperti jarak antara bandara yang akan didirikan.
"Di selatan itu ada bandara Bandung, Tasikmalaya, Cilacap, kemudian JB Soedirman terus ada YIA (Yogyakarta International Airport). Itu bandara dekat-dekat, emang ada berapa orang di Purbalingga yang menggunakan bandara," sambungnya.
Permasalahan studi kelayakan tersebut, diduga Agus, hampir sama dengan Bandara Kertajati, yang minim aktivitas penumpang disebabkan oleh sulitnya akses integrasi ke bandara tersebut.
"Sama di Kertajati, itu kuntilanak saja malas ke sana. Di sana sudah tidak ada apa-apa, orang ke situ mau ngapain, sekarang dari Bandung ke situ bisa dua jam. Dari Jakarta ke situ bisa kurang lebih dua jam," lanjutnya.
Sementara itu, Djoko Setijowarno menambahkan, saat ini akses di Bandara Kertajati sangatlah buruk, baik dari jalan nasional maupun akses melalui jalan TOL.
"Lewat jalan Pantura masuk ke dalamnya jauh. Lewat jalan tol belum ada aksesnya, tentu orang dari Bandung lebih memilih ke Jakarta, karena kalau ke situ (Kertajati) bisa muter hingga 4-5 jam, sedangkan ke Jakarta cuma tiga jam," ujar Djoko.
Beberapa di antaranya Agus menyebut pembangunan Bandara Kertajati, LRT di Jakarta, Kereta Cepat Jakarta-Bandung, hingga pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman di Purbalingga. Semua proyek itu dinilainya belum bermanfaat atau terancam bermasalah.
"Penyebabnya sama, seperti minimnya feasibility study (FS) dalam pembangunannya, orang mau bangun infrastruktur itu harus ada analisa," ujar Agus Pambagio kepada MNC Portal (25/10/2021).
Sedangkan untuk pembangunan bandara, terutama Bandara Jenderal Soedirman, Agus mengatakan seharusnya pemerintah mengikuti aturan yang sudah ditetapkan, seperti jarak antara bandara yang akan didirikan.
"Di selatan itu ada bandara Bandung, Tasikmalaya, Cilacap, kemudian JB Soedirman terus ada YIA (Yogyakarta International Airport). Itu bandara dekat-dekat, emang ada berapa orang di Purbalingga yang menggunakan bandara," sambungnya.
Permasalahan studi kelayakan tersebut, diduga Agus, hampir sama dengan Bandara Kertajati, yang minim aktivitas penumpang disebabkan oleh sulitnya akses integrasi ke bandara tersebut.
"Sama di Kertajati, itu kuntilanak saja malas ke sana. Di sana sudah tidak ada apa-apa, orang ke situ mau ngapain, sekarang dari Bandung ke situ bisa dua jam. Dari Jakarta ke situ bisa kurang lebih dua jam," lanjutnya.
Sementara itu, Djoko Setijowarno menambahkan, saat ini akses di Bandara Kertajati sangatlah buruk, baik dari jalan nasional maupun akses melalui jalan TOL.
"Lewat jalan Pantura masuk ke dalamnya jauh. Lewat jalan tol belum ada aksesnya, tentu orang dari Bandung lebih memilih ke Jakarta, karena kalau ke situ (Kertajati) bisa muter hingga 4-5 jam, sedangkan ke Jakarta cuma tiga jam," ujar Djoko.