Rembang Fashion Parade Jadi Momentum Kebangkitan Ekonomi Kreatif
loading...
A
A
A
SEMARANG - Sebelas usaha mikro, kecil dan menengah ( UMKM ) batik dan tujuh desainer Jawa Tengah (Jateng) mempertunjukkan hasil desain baju Batik Lasem khas Rembang yang diolah menjadi beragam busana siap pakai dalam gelaran Rembang Fashion Parade 2021 di Gedung Catwalk BBPLK Semarang, Selasa (2/11).
Menurut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo , acara fashion show Batik Lasem Rembang yang juga disiarkan secara virtual itu bisa menjadi momentum baik bagi industri ekonomi kreatif untuk bangkit.
Dalam acara yang dihelat Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Tengah (Dekranasda Jateng) itu, ditampilkan aneka produk fashion dari Batik Lasem. Puluhan model bergaya di atas catwalk dengan indahnya, dengan balutan busana Batik Lasem beraneka rupa.
"Sebenarnya kawan panitia Kemenaker, desainer, pemda, dan sponsor bisa berkolaborasi. Kita bangkitkan lagi ekonomi, dengan prokes ketat. Dan hari ini sudah dilakukan, tidak terlalu ramai tapi mereka bisa kembali beraksi di atas catwalk dan menunjukkan produk terbaik" kata Ganjar.
Ia mengatakan, acara tersebut menjadikan batik tidak hanya dikenal sebagai tradisi dan menghasilkan produk kain batik lembaran, namun juga tentang bagaimana menjahit dan membuat model yang beraneka ragam.
"Tidak hanya jual batik lembaran, tapi jadi fashion. Dan ternyata kalau dikombinasi dengan yang lain, designer baru yang muda-muda muncul, ini jadi bagus," jelasnya.
Rembang Fashion Parade 2021 ini, lanjut Ganjar, harus dijadikan semangat untuk ekonomi kreatif bangkit. Dengan acara itu, maka produk-produk fashion di Jateng akan kembali laku.
"Saya usul agar tidak hanya dibuat di sini, tapi bisa di daerah. Misalnya dibuat di Lasem, di tempat heritage yang bagus. Buat saja fashion show di sana, undang pemangku kepentingan dan pecinta fashion, tentu lebih menarik," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Jateng Siti Atikoh Ganjar Pranowo mengatakan, tak hanya fashion show, namun acara itu juga digunakan untuk meluncurkan Batik Lasemku, sebuah brand produk fashion batik dari Lasem karya anak-anak muda di sana.
"Meskipun beberapa daerah punya batik, tapi ciri dan coraknya itu berbeda. Tanggung jawab kita untuk melestarikan batik dan mengembangkan tanpa menghilangkan ciri khasnya," katanya.
Atikoh mengatakan batik yang dijadikan produk fashion akan naik kelas dan memiliki nilai tambah.
"Tapi dengan dijadikan produk fashion, maka akan punya nilai tambah. Dan semangat kawan-kawan ini berhasil membuat koleksi fashion Batik Lasem yang dibuatkan brand Batik Lasemku. Mudah-mudahan bisa dikembangkan lagi, tidak hanya jadi baju, tapi sepatu, tas, aksesoris, dekorasidekorasi rumah dan lainnya," pungkasnya.
Sebagai informasi, sejak satu tahun terakhir Dekranasda Jateng bekerja sama dengan Dekranasda Kabupaten Rembang dan sejumlah institusi lainnya, berupaya meningkatkan nilai tambah batik Lasem dengan mengolahnya menjadiproduk fesyen.
Para pengrajin batik mendapatkan pendampingan dan pelatihan dari desainer, agar kemudian mampu mengolah kain batik menjadi busana bernilai ekonomi tinggi.
Rangkaian pendampingan yang diberikan oleh Dekranasda kepada pengrajin batik di Rembang meliputi sejumlah kegiatan seperti fasilitasi sertifikasi standar kompetensi kecakapan kerja nasional Indonesia untuk Batik Lasem, penguatan dan pendampingan kelembagaan koperasi, pelatihan usaha produktif bidang batik dan fesyen tingkat dasar dan tingkat lanjut serta batik geometris, dan pelatihan serta pendampingan fashion designer.
Menurut Gubernur Jateng Ganjar Pranowo , acara fashion show Batik Lasem Rembang yang juga disiarkan secara virtual itu bisa menjadi momentum baik bagi industri ekonomi kreatif untuk bangkit.
Dalam acara yang dihelat Dewan Kerajinan Nasional Daerah Jawa Tengah (Dekranasda Jateng) itu, ditampilkan aneka produk fashion dari Batik Lasem. Puluhan model bergaya di atas catwalk dengan indahnya, dengan balutan busana Batik Lasem beraneka rupa.
"Sebenarnya kawan panitia Kemenaker, desainer, pemda, dan sponsor bisa berkolaborasi. Kita bangkitkan lagi ekonomi, dengan prokes ketat. Dan hari ini sudah dilakukan, tidak terlalu ramai tapi mereka bisa kembali beraksi di atas catwalk dan menunjukkan produk terbaik" kata Ganjar.
Ia mengatakan, acara tersebut menjadikan batik tidak hanya dikenal sebagai tradisi dan menghasilkan produk kain batik lembaran, namun juga tentang bagaimana menjahit dan membuat model yang beraneka ragam.
"Tidak hanya jual batik lembaran, tapi jadi fashion. Dan ternyata kalau dikombinasi dengan yang lain, designer baru yang muda-muda muncul, ini jadi bagus," jelasnya.
Rembang Fashion Parade 2021 ini, lanjut Ganjar, harus dijadikan semangat untuk ekonomi kreatif bangkit. Dengan acara itu, maka produk-produk fashion di Jateng akan kembali laku.
"Saya usul agar tidak hanya dibuat di sini, tapi bisa di daerah. Misalnya dibuat di Lasem, di tempat heritage yang bagus. Buat saja fashion show di sana, undang pemangku kepentingan dan pecinta fashion, tentu lebih menarik," jelasnya.
Sementara itu, Ketua Dekranasda Jateng Siti Atikoh Ganjar Pranowo mengatakan, tak hanya fashion show, namun acara itu juga digunakan untuk meluncurkan Batik Lasemku, sebuah brand produk fashion batik dari Lasem karya anak-anak muda di sana.
"Meskipun beberapa daerah punya batik, tapi ciri dan coraknya itu berbeda. Tanggung jawab kita untuk melestarikan batik dan mengembangkan tanpa menghilangkan ciri khasnya," katanya.
Atikoh mengatakan batik yang dijadikan produk fashion akan naik kelas dan memiliki nilai tambah.
"Tapi dengan dijadikan produk fashion, maka akan punya nilai tambah. Dan semangat kawan-kawan ini berhasil membuat koleksi fashion Batik Lasem yang dibuatkan brand Batik Lasemku. Mudah-mudahan bisa dikembangkan lagi, tidak hanya jadi baju, tapi sepatu, tas, aksesoris, dekorasidekorasi rumah dan lainnya," pungkasnya.
Sebagai informasi, sejak satu tahun terakhir Dekranasda Jateng bekerja sama dengan Dekranasda Kabupaten Rembang dan sejumlah institusi lainnya, berupaya meningkatkan nilai tambah batik Lasem dengan mengolahnya menjadiproduk fesyen.
Para pengrajin batik mendapatkan pendampingan dan pelatihan dari desainer, agar kemudian mampu mengolah kain batik menjadi busana bernilai ekonomi tinggi.
Rangkaian pendampingan yang diberikan oleh Dekranasda kepada pengrajin batik di Rembang meliputi sejumlah kegiatan seperti fasilitasi sertifikasi standar kompetensi kecakapan kerja nasional Indonesia untuk Batik Lasem, penguatan dan pendampingan kelembagaan koperasi, pelatihan usaha produktif bidang batik dan fesyen tingkat dasar dan tingkat lanjut serta batik geometris, dan pelatihan serta pendampingan fashion designer.
(akr)