Program Sejuta Rumah Sulit Dibuktikan di Lapangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pengamat properti Panangian Simanungkalit menilai target pemerintah untuk menyediakan satu juta rumah mengalami sejumlah tekanan karena banyak rintangan terdampak faktor global dan pandemi. Alhasil, janji pemerintah itu sulit untuk dibuktikan.
"Janji pemerintah itu mustahil bisa dibuktikan di lapangan. Bisa dianalisa dari pengguna kredit KPR di BI dalam lima tahun terakhir. Lalu REI dan Apersi rata-rata hanya mampu membangun 150 ribu rumah. Sementara porsi mereka itu mayoritas selama ini. Bahkan kontribusi pemda juga minim, jadi tidak mungkin satu juta rumah dapat dibuktikan di lapangan," kata Panangian dalam live IDX Channel di Jakarta (11/11/2021).
Dia menjelaskan sektor properti membutuhkan kondisi yang kondusif karena menyangkut ekspektasi masyarakat. Saat ini tekanan daya beli masyarakat masih tinggi sehingga belanja rumah masih belum jadi prioritas.
Menurut Panangian, tahun depan barulah diharapkan akan terjadi kenaikan, khususnya untuk rumah di bawah Rp1 miliar. Kenaikannya diperkirakan bisa sebesar 15%.
"Tahun depan bisa ada kenaikan khususnya untuk rumah di bawah Rp1 miliar. Sedangkan untuk rumah subsidi diperkirakan akan bertambah jadi 180 ribu. Itu sudah bagus untuk pemerintah sekarang. Harapannya ada pada pemerintah akan datang sebab sekarang masa pemulihan ekonomi dan akan masuk pemilu," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran 3%, 3,5%, hingga 4% diproyeksikan akan lebih baik di tahun depan. Apalagi jika proyek ibu kota baru jadi, digelontorkan stimulus, maka pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa di atas 5%.
"Tahun depannya lagi properti akan lebih tinggi bangkitnya. Sehingga pemerintah jangan dulu beri tekanan pada perbaikan properti yang baru saja terjadi," katanya.
"Janji pemerintah itu mustahil bisa dibuktikan di lapangan. Bisa dianalisa dari pengguna kredit KPR di BI dalam lima tahun terakhir. Lalu REI dan Apersi rata-rata hanya mampu membangun 150 ribu rumah. Sementara porsi mereka itu mayoritas selama ini. Bahkan kontribusi pemda juga minim, jadi tidak mungkin satu juta rumah dapat dibuktikan di lapangan," kata Panangian dalam live IDX Channel di Jakarta (11/11/2021).
Dia menjelaskan sektor properti membutuhkan kondisi yang kondusif karena menyangkut ekspektasi masyarakat. Saat ini tekanan daya beli masyarakat masih tinggi sehingga belanja rumah masih belum jadi prioritas.
Menurut Panangian, tahun depan barulah diharapkan akan terjadi kenaikan, khususnya untuk rumah di bawah Rp1 miliar. Kenaikannya diperkirakan bisa sebesar 15%.
"Tahun depan bisa ada kenaikan khususnya untuk rumah di bawah Rp1 miliar. Sedangkan untuk rumah subsidi diperkirakan akan bertambah jadi 180 ribu. Itu sudah bagus untuk pemerintah sekarang. Harapannya ada pada pemerintah akan datang sebab sekarang masa pemulihan ekonomi dan akan masuk pemilu," katanya.
Lebih lanjut dia menjelaskan pertumbuhan ekonomi tahun ini di kisaran 3%, 3,5%, hingga 4% diproyeksikan akan lebih baik di tahun depan. Apalagi jika proyek ibu kota baru jadi, digelontorkan stimulus, maka pertumbuhan ekonomi tahun depan bisa di atas 5%.
"Tahun depannya lagi properti akan lebih tinggi bangkitnya. Sehingga pemerintah jangan dulu beri tekanan pada perbaikan properti yang baru saja terjadi," katanya.
(uka)