RSPO Serukan Penyerapan Lebih Banyak Kelapa Sawit Berkelanjutan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Dalam rangka perayaan Hari Sawit Nasional, Sekretariat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) menyelenggarakan kunjungan virtual ke perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan kawasan konservasi orangutan yang dikelola oleh anggotanya.
Acara tersebut bertujuan untuk menjelaskan dampak positif kelapa sawit bagi manusia, planet, dan kesejahteraan, bila ditanam menurut standar RSPO. Kegiatan ini digelar RSPO bersama Interchurch Organization for Development Cooperation (ICCO), PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA), PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Tbk dan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).
Acara tersebut juga digunakan sebagai platform untuk mengajak semua pihak dalam rantai pasokan minyak sawit untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam mendorong transformasi pasar minyak sawit berkelanjutan.
"Kami ingin menunjukkan kepada para pemangku kepentingan bahwa budidaya kelapa sawit berkelanjutan bersertifikat adalah solusi praktis dan realistis untuk tantangan dan kekhawatiran yang dihadapi industri kelapa sawit," ujar Outreach & Engagement Manager RSPO Indonesia, Margareth Naulie Panggabean dalam siaran pers, Jumat (19/11/2021).
Namun, imbuh dia, ada dua sisi dari solusi ini dimana perlu ada komitmen dan penyerapan minyak sawit berkelanjutan yang lebih besar dari empat negara, yaitu India, China, Malaysia, dan Indonesia. Hal itu penting jika ingin mencapai visi bersama untuk membuat minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.
Selama kunjungan virtual, para peserta diajak melihat dan merasakan bagaimana perkebunan kelapa sawit dikelola secara berkelanjutan, bagaimana perusahaan dan masyarakat berkolaborasi dan saling mendukung tanpa konflik. Kemudian, pengelolaan kawasan konservasi di perkebunan kelapa sawit, dan bagaimana kawasan konservasi orangutan di Indonesia dikelola secara berkelanjutan oleh anggota RSPO.
"Dalam upaya ini, kami berkolaborasi dengan para ahli, berbagai lapisan pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati dan habitat alami, melindungi dan memulihkan layanan ekosistem bagi masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka, dan meredam dampak perubahan iklim," ujar CEO PT Bumitama Gunajaya Agro Lim Gunawan Hariyanto.
Aktivitas lain pada kunjungan virtual ini adalah pra-pelepasliaran habitat orangutan di pulau-pulau di dalam Gugus Pulau Salat. CEO BOS Foundation Jamartin Sihite menyampaikan bahwa terdapat 98 orangutan yang telah menjalani tahap rehabilitasi pra-pelepasliaran di Gugus Pulau Salat, dan dari jumlah tersebut, 34 orangutan telah dilepasliarkan kembali ke alam liar.
"Kami berterima kasih atas dukungan PT SSMS Tbk dan mitra globalnya yang telah membantu mendanai inisiatif yang sangat penting ini dan kami sangat berharap kunjungan virtual ini akan menarik lebih banyak pihak untuk bekerja sama dalam upaya menciptakan kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan dan industri minyak sawit berkelanjutan yang juga mendukung konservasi orangutan di Indonesia," tuturnya.
CEO PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk Vallauthan Subraminam mengatakan, pihaknya telah berpartisipasi dalam berbagai inisiatif lingkungan yang diprioritaskan dengan prinsip-prinsip bisnis kelapa sawit berkelanjutan. Prinsip-prinsip ini, tehas dia, menjadi landasan di setiap lini bisnis untuk memberikan hasil yang maksimal kepada seluruh pemangku kepentingan.
"Proyek konservasi Pulau Salat dikelola dengan melibatkan berbagai pihak untuk mensejahterakan dan meningkatkan nilai tambah bagi daerah dan masyarakat lokal. Bersama berbagai pihak tersebut SSMS telah menerapkan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan praktik bisnis yang berkelanjutan," ungkapnya.
ICCO mendukung kunjungan virtual melalui proyek Perkebunan Kelapa Sawit yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan di Indonesia (RESBOUND), yang berfokus untuk mempromosikan bisnis yang bertanggung jawab di perkebunan kelapa sawit, mendorong dialog multi-stakeholder dan mendukung pekerja kelapa sawit.
"Minyak sawit adalah isu yang diperdebatkan secara global, namun banyak yang tidak menyadari bahwa banyak keluarga bergantung pada tanaman ini untuk mata pencarian mereka, oleh karena itu, kami percaya bahwa terlibat dalam kemitraan publik-swasta adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang efektif dan berkelanjutan di sektor ini," kata Asia Cluster Regional Director ICCO Lenneke Braam.
Acara tersebut bertujuan untuk menjelaskan dampak positif kelapa sawit bagi manusia, planet, dan kesejahteraan, bila ditanam menurut standar RSPO. Kegiatan ini digelar RSPO bersama Interchurch Organization for Development Cooperation (ICCO), PT Bumitama Gunajaya Agro (BGA), PT Sawit Sumbermas Sarana (SSMS) Tbk dan Borneo Orangutan Survival Foundation (BOSF).
Acara tersebut juga digunakan sebagai platform untuk mengajak semua pihak dalam rantai pasokan minyak sawit untuk mengambil tanggung jawab yang lebih besar dalam mendorong transformasi pasar minyak sawit berkelanjutan.
"Kami ingin menunjukkan kepada para pemangku kepentingan bahwa budidaya kelapa sawit berkelanjutan bersertifikat adalah solusi praktis dan realistis untuk tantangan dan kekhawatiran yang dihadapi industri kelapa sawit," ujar Outreach & Engagement Manager RSPO Indonesia, Margareth Naulie Panggabean dalam siaran pers, Jumat (19/11/2021).
Namun, imbuh dia, ada dua sisi dari solusi ini dimana perlu ada komitmen dan penyerapan minyak sawit berkelanjutan yang lebih besar dari empat negara, yaitu India, China, Malaysia, dan Indonesia. Hal itu penting jika ingin mencapai visi bersama untuk membuat minyak sawit berkelanjutan sebagai norma.
Selama kunjungan virtual, para peserta diajak melihat dan merasakan bagaimana perkebunan kelapa sawit dikelola secara berkelanjutan, bagaimana perusahaan dan masyarakat berkolaborasi dan saling mendukung tanpa konflik. Kemudian, pengelolaan kawasan konservasi di perkebunan kelapa sawit, dan bagaimana kawasan konservasi orangutan di Indonesia dikelola secara berkelanjutan oleh anggota RSPO.
"Dalam upaya ini, kami berkolaborasi dengan para ahli, berbagai lapisan pemerintah, dan pemangku kepentingan lainnya untuk mengurangi hilangnya keanekaragaman hayati dan habitat alami, melindungi dan memulihkan layanan ekosistem bagi masyarakat lokal yang bergantung pada hutan untuk mata pencaharian mereka, dan meredam dampak perubahan iklim," ujar CEO PT Bumitama Gunajaya Agro Lim Gunawan Hariyanto.
Aktivitas lain pada kunjungan virtual ini adalah pra-pelepasliaran habitat orangutan di pulau-pulau di dalam Gugus Pulau Salat. CEO BOS Foundation Jamartin Sihite menyampaikan bahwa terdapat 98 orangutan yang telah menjalani tahap rehabilitasi pra-pelepasliaran di Gugus Pulau Salat, dan dari jumlah tersebut, 34 orangutan telah dilepasliarkan kembali ke alam liar.
"Kami berterima kasih atas dukungan PT SSMS Tbk dan mitra globalnya yang telah membantu mendanai inisiatif yang sangat penting ini dan kami sangat berharap kunjungan virtual ini akan menarik lebih banyak pihak untuk bekerja sama dalam upaya menciptakan kelapa sawit yang lebih ramah lingkungan dan industri minyak sawit berkelanjutan yang juga mendukung konservasi orangutan di Indonesia," tuturnya.
CEO PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk Vallauthan Subraminam mengatakan, pihaknya telah berpartisipasi dalam berbagai inisiatif lingkungan yang diprioritaskan dengan prinsip-prinsip bisnis kelapa sawit berkelanjutan. Prinsip-prinsip ini, tehas dia, menjadi landasan di setiap lini bisnis untuk memberikan hasil yang maksimal kepada seluruh pemangku kepentingan.
"Proyek konservasi Pulau Salat dikelola dengan melibatkan berbagai pihak untuk mensejahterakan dan meningkatkan nilai tambah bagi daerah dan masyarakat lokal. Bersama berbagai pihak tersebut SSMS telah menerapkan langkah-langkah strategis untuk mewujudkan praktik bisnis yang berkelanjutan," ungkapnya.
ICCO mendukung kunjungan virtual melalui proyek Perkebunan Kelapa Sawit yang Bertanggung Jawab dan Berkelanjutan di Indonesia (RESBOUND), yang berfokus untuk mempromosikan bisnis yang bertanggung jawab di perkebunan kelapa sawit, mendorong dialog multi-stakeholder dan mendukung pekerja kelapa sawit.
"Minyak sawit adalah isu yang diperdebatkan secara global, namun banyak yang tidak menyadari bahwa banyak keluarga bergantung pada tanaman ini untuk mata pencarian mereka, oleh karena itu, kami percaya bahwa terlibat dalam kemitraan publik-swasta adalah kunci untuk menciptakan perubahan yang efektif dan berkelanjutan di sektor ini," kata Asia Cluster Regional Director ICCO Lenneke Braam.
(fai)