Kinerja Makin Moncer, Erick Thohir Pamer Laba Bersih BUMN Rp61 Triliun
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri BUMN Erick Thohir mengklaim kinerja perusahaan pelat merah semakin membaik dalam kurun waktu 2 tahun belakangan. Seiring dengan itu, persepsi publik terhadap eksistensi BUMN pun disebut semakin positif.
Salah satu indikator keberhasilan BUMN dikatakan terlihat dari capaian laba bersih yang pada kuartal III 2021 mencapai Rp61 triliun. Jumlah itu naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang hanya sebesar Rp13 triliun. Keberhasilan tersebut, tegas Erick, merupakan bukti keberhasilan transformasi bisnis model hingga penempatan kalangan profesional di pucuk struktur manajemen BUMN.
"Saya yakin 2 tahun terakhir ini kita bekerja luar biasa. Buktinya apa? Kalau kita lihat persepsi publik terhadap BUMN sekarang makin positif. Hasil keuangan terlihat, dengan efisiensi dengan perubahan bisnis model, dengan mengangkat orang-orang profesional laba bersih konsolidasi BUMN tahun kemarin Rp13 triliun, hari ini kuartal III (2021) sudah Rp61 triliun," ujar Erick, Senin (29/11/2021).
Dari arsip pemberitaan MNC Portal Indonesia, kinerja BUMN di semester I 2021 memang terbilang jauh membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada periode itu laba bersih korporasi pelat merah meroket mencapai 356%.
Laba bersih BUMN pada semester I 2020 tercatat sebesar Rp5,77 triliun. Angka itu kemudian meningkat menjadi Rp26,35 triliun pada Januari-Juni 2021. Kinerja tersebut patut menjadi salah satu bukti berhasilnya program transformasi perusahaan pelat merah.
Ekonom sekaligus pengajar Perbanas Institut Piter Abdullah menilai, kenaikan laba bersih BUMN tentu bisa dibaca sebagai perbaikan. Namun, kata dia, salah satu faktor pendorong membaiknya kinerja BUMN adalah faktor eksternal yakni perubahan harga komoditas.
"Jadi juga menjadi tantangan, apakah (kinerja BUMN) akan terus mampu dipertahankan mengingat perbaikan kinerja lebih disokong perbaikan harga komoditas," cetusnya.
Dia menambahkan, tak bisa dimungkiri pula bahwa di tengah perbaikan itu masih ada beberapa BUMN yang sangat perlu diperbaiki kinerjanya.
Piter juga mengingatkan soal indikator-indikator keberhasilan BUMN lainnya, seperti penyediaan lapangan kerja dan sumbangsih BUMN terhadap kesejahteraan masyarakat.
"Mungkin yang paling bisa diapresiasi walaupun labanya tidak ada adalah program BBM Satu Harga Pertamina serta keberhasilan BUMN karya membangun berbagai infrastruktur," tuturnya.
Salah satu indikator keberhasilan BUMN dikatakan terlihat dari capaian laba bersih yang pada kuartal III 2021 mencapai Rp61 triliun. Jumlah itu naik signifikan dibandingkan periode yang sama tahun 2020 yang hanya sebesar Rp13 triliun. Keberhasilan tersebut, tegas Erick, merupakan bukti keberhasilan transformasi bisnis model hingga penempatan kalangan profesional di pucuk struktur manajemen BUMN.
"Saya yakin 2 tahun terakhir ini kita bekerja luar biasa. Buktinya apa? Kalau kita lihat persepsi publik terhadap BUMN sekarang makin positif. Hasil keuangan terlihat, dengan efisiensi dengan perubahan bisnis model, dengan mengangkat orang-orang profesional laba bersih konsolidasi BUMN tahun kemarin Rp13 triliun, hari ini kuartal III (2021) sudah Rp61 triliun," ujar Erick, Senin (29/11/2021).
Dari arsip pemberitaan MNC Portal Indonesia, kinerja BUMN di semester I 2021 memang terbilang jauh membaik dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada periode itu laba bersih korporasi pelat merah meroket mencapai 356%.
Laba bersih BUMN pada semester I 2020 tercatat sebesar Rp5,77 triliun. Angka itu kemudian meningkat menjadi Rp26,35 triliun pada Januari-Juni 2021. Kinerja tersebut patut menjadi salah satu bukti berhasilnya program transformasi perusahaan pelat merah.
Ekonom sekaligus pengajar Perbanas Institut Piter Abdullah menilai, kenaikan laba bersih BUMN tentu bisa dibaca sebagai perbaikan. Namun, kata dia, salah satu faktor pendorong membaiknya kinerja BUMN adalah faktor eksternal yakni perubahan harga komoditas.
"Jadi juga menjadi tantangan, apakah (kinerja BUMN) akan terus mampu dipertahankan mengingat perbaikan kinerja lebih disokong perbaikan harga komoditas," cetusnya.
Dia menambahkan, tak bisa dimungkiri pula bahwa di tengah perbaikan itu masih ada beberapa BUMN yang sangat perlu diperbaiki kinerjanya.
Piter juga mengingatkan soal indikator-indikator keberhasilan BUMN lainnya, seperti penyediaan lapangan kerja dan sumbangsih BUMN terhadap kesejahteraan masyarakat.
"Mungkin yang paling bisa diapresiasi walaupun labanya tidak ada adalah program BBM Satu Harga Pertamina serta keberhasilan BUMN karya membangun berbagai infrastruktur," tuturnya.
(fai)