Turis Asing di RI Cuma Rogoh Rp1,7 Juta/Malam, Luhut: Kalah dari Malaysia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, pengeluaran turis asing di Bali masih lebih rendah dibandingkan dengan pengeluaran turis di negara lain.
Menko luhut menyebutkan, pengeluaran turis di Kuala Lumpur misalnya lebih besar, dibandingkan Bali. Diterangkan olehnya, Bali merupakan satu wilayah dengan sebaran wisatawan paling tinggi baik dari mancanegara maupun domestik.
"Pada tahun 2018, pengeluaran turis per malam di Indonesia masih lebih kecil dibandingkan negara lain di Asia. Bisa dilihat dari tabel, kalau Indonesia masih di bawah Malaysia," kata Menko Luhut dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dikutip, Kamis (2/12/2021).
Dalam paparannya, Menko Luhut menyampaikan berdasarkan data Mastercard 2018, pengeluaran turis per malam di Bali sekitar USD125 atau setara Rp1,7 Juta (Kurs Rp14,295/USD), di bawah Kuala Lumpur, Malaysia yakni sebesar USD142 senilai Rp2,02 Juta.
Sementara itu, pengeluaran turis per malam di Osaka (Jepang) sebesar USD223 atau Rp3,18 Juta, di Phuket (Thailand) sebesar USD247 setara Rp3,53 juta dan Singapura sebesar USD272 yakni senilai Rp3,88 Juta.
Menurut Luhut, pandemi Covid-19 telah menyebabkan pergeseran paradigma dari pariwisata berbasis kuantitas menjadi pariwisata berkualitas.
“Paradigma tersebut membuat wisatawan berpengeluaran tinggi lebih diutamakan dibandingkan tingginya jumlah wisatawan berpengeluaran rendah. Maka kita harus buat yang berkualitas," katanya.
Menko Luhut juga menyebut terkonsentrasinya sebaran wisatawan mancanegara di Bali menjadi perhatian.
“Sejak 2015-2019, kunjungan wisman ke Bali terus mengalami peningkatan dengan kontribusi 63,4 persen terhadap total kunjungan wisman ke Indonesia,” pungkasnya.
Menko luhut menyebutkan, pengeluaran turis di Kuala Lumpur misalnya lebih besar, dibandingkan Bali. Diterangkan olehnya, Bali merupakan satu wilayah dengan sebaran wisatawan paling tinggi baik dari mancanegara maupun domestik.
"Pada tahun 2018, pengeluaran turis per malam di Indonesia masih lebih kecil dibandingkan negara lain di Asia. Bisa dilihat dari tabel, kalau Indonesia masih di bawah Malaysia," kata Menko Luhut dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengembangan 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dikutip, Kamis (2/12/2021).
Dalam paparannya, Menko Luhut menyampaikan berdasarkan data Mastercard 2018, pengeluaran turis per malam di Bali sekitar USD125 atau setara Rp1,7 Juta (Kurs Rp14,295/USD), di bawah Kuala Lumpur, Malaysia yakni sebesar USD142 senilai Rp2,02 Juta.
Sementara itu, pengeluaran turis per malam di Osaka (Jepang) sebesar USD223 atau Rp3,18 Juta, di Phuket (Thailand) sebesar USD247 setara Rp3,53 juta dan Singapura sebesar USD272 yakni senilai Rp3,88 Juta.
Menurut Luhut, pandemi Covid-19 telah menyebabkan pergeseran paradigma dari pariwisata berbasis kuantitas menjadi pariwisata berkualitas.
“Paradigma tersebut membuat wisatawan berpengeluaran tinggi lebih diutamakan dibandingkan tingginya jumlah wisatawan berpengeluaran rendah. Maka kita harus buat yang berkualitas," katanya.
Menko Luhut juga menyebut terkonsentrasinya sebaran wisatawan mancanegara di Bali menjadi perhatian.
“Sejak 2015-2019, kunjungan wisman ke Bali terus mengalami peningkatan dengan kontribusi 63,4 persen terhadap total kunjungan wisman ke Indonesia,” pungkasnya.
(akr)