Belajar dari Sejarah, Jokowi Diminta Terbitkan Perpres Konversi LPG ke Kompor Induksi

Kamis, 02 Desember 2021 - 21:55 WIB
loading...
Belajar dari Sejarah, Jokowi Diminta Terbitkan Perpres Konversi LPG ke Kompor Induksi
Presiden Jokowi Diminta Terbitkan Perpres Konversi LPG ke Kompor Induksi. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Payung hukum perlu dihadirkan untuk memuluskan rencana konversi LPG ke kompor induksi . Seperti halnya konversi kompor minyak tanah ke kompor LPG , kebijakan setingkat Peraturan Presiden (Perpres) diperlukan untuk memuluskan program tersebut.

Pengamat Kebijakan Publik Agus Pembagio mengatakan, instruksi menggunakan kompor induksi yang datang dari Presiden Joko Widodo (Jokowi) idealnya diikuti payung hukum untuk mengawal implementasi.

"Presiden seharusnya menerbitkan aturan, sehingga bisa dilaksanakan. Kita bisa berkaca dari konversi minyak tanah, yang aturannya banyak, tapi pelaksanaannya banyak yang dievaluasi," ujarnya dalam sebuah diskusi virtual, belum lama ini.



Menurut dia penerbitan aturan konversi LPG ke kompor induksi, sebaiknya merujuk Undang-Undang No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Agus menyarankan, dalam pelaksanaan konversi ke depan, sebaiknya perlu diterapkan sanksi, sehingga lebih mengikat. "Semuanya harus disiapkan terlebih dahulu. Agar bagaimana kebijakan ini lebih sustainable," katanya.

Agus menambahkan, dalam konversi kompor LPG ke kompor induksi, pemerintah juga perlu melibatkan antropolog, riset pasar yang matang, hingga strategi implementasi di masyarakat.

Koordinator Penyiapan Program Konservasi Energi Kementerian ESDM, Qatro Romandhi mengatakan, pemanfaatan kompor induksi tidak hanya menyelamatkan keuangan negara tetapi juga mendorong perekonomian, menyerap tenaga kerja hingga menghemat biaya memasak masyarakat.

Dia mengatakan rencananya pemerintah menargetkan 19 juta pengguna kompor induksi hingga 2030. Jika target tersebut tercapai, maka negara bisa menghemat devisa Rp50,6 triliun per tahun. "Tak hanya itu, beban biaya memasak terpangkas 57 persen. Bagi PLN bisa mengoptimalisasi pemanfaatan reserve margin PLN di pagi dan sore hari sekitar 3,2 gigawatt dengan potensi pendapatan Rp1,8 triliun per tahun," tambahnya.

Sementara itu, VP Downstream Research and Technology Innovation Pertamina, Andianto Hidayat mengatakan dukungan perseroan untuk mempercepat transisi energi di Tanah Air. Salah satu strategi Pertamina memangkas impor LPG yaitu dengan pengembangan gasifikasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). "Kalau pabrik DME terbangun, kita mengurangi impor 1 juta ton pada 2024 atau sekitar 15 persen dari kebutuhan impor. Lalu pada tahun berikutnya, saat pabrik lainnya terbangun 1 juta ton impor LPG kembali terpangkas," tambahnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN, Bob Saril, mengatakan kesiapan PLN untuk menjalankan konversi LPG ke kompor induksi demi menyelamatkan anggaran negara sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

"Selain menggunakan energi domestik, lompor listrik juga sudah bisa diproduksi di Indonesia. Jadi selain menghemat devisa, program ini bisa ikut menggerakkan perekonomian dan mencetak lapangan kerja," kata Bob.



Belajar dari konversi minyak tanah ke LPG, Ia menilai untuk memuluskan konversi kompor induksi memerlukan dukungan payung hukum dari pemerintah. "Ini bukan kepentingan PLN, bukan kepentingan Pertamina tapi ini kepentingan bangsa," kata dia.

Dalam pelaksanaannya pun, Bob menilai relatif mudah. Sebab saat ini setiap rumah telah memiliki listrik sehingga PLN hanya tinggal menambah daya yang prosesnya selesai dalam 1-2 hari.

"Kalau tunggu DME lama, itu baru tahun 2024. Tunggu tiga tahun, kita impor LPG terus defisit transaksi berjalan (CAD) bisa menjadi Rp 67,8 triliun pada 2024. Kalau kita beralih ke kompor induksi, kita justru bisa segera menekan CAD," ungkap Bob.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1434 seconds (0.1#10.140)