Harga CPO Diramal Masih Tinggi hingga 2022, Petani Harus Untung
loading...
A
A
A
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) memproyeksi harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) masih akan tinggi hingga semester I tahun depan.
Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang memprediksi harga CPO hingga akhir tahun 2021 masih tetap tinggi. Sementara pada tahun 2022, harga CPO akan berkisar antara USD1.000-1.250 per ton.
"Harga CPO masih akan tinggi pada kisaran USD1.000 hingga USD1.250 per ton hingga semester I/2022," ujarnya dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, Kamis (2/12/2021).
Menurut dia, harga yang tinggi tersebut akan memberikan dampak positif terhadap ekspor produk sawit. Namun, bagi konsumen dalam negeri, harga CPO yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga minyak goreng. "Kenaikan harga ini harus memberikan manfaat terutama bagi pendapatan petani kecil dan pendapatan negara dari devisa ekspor," ungkapnya.
Togar memprediksi produksi CPO di tahun 2022 akan mencapai 48 juta ton atau naik 2,95% dari tahun sebelumnya. Sementara permintaan sawit dalam negeri tahun depan diperkirakan mencapai 20,1 juta ton atau naik 7,13% dari tahun 2021.
Untuk biodiesel diperkirakan akan meningkat 13,96% dari 7,31 juta ton menjadi 8,34 juta ton. "Sementara permintaan oleokimia diperkirakan naik tipis 1,98% dibanding tahun 2021," jelasnya.
Adapun untuk ekspor tahun 2022 diprediksi mencapai 34,4 juta ton atau naik 3,18% dari tahun 2021. "Ini yang perlu diperhatikan pada akhir tahun 2022 adalah sisa stok sawit kemungkinan di bawah 2 juta ton," bebernya.
Wakil Ketua Gapki Togar Sitanggang memprediksi harga CPO hingga akhir tahun 2021 masih tetap tinggi. Sementara pada tahun 2022, harga CPO akan berkisar antara USD1.000-1.250 per ton.
"Harga CPO masih akan tinggi pada kisaran USD1.000 hingga USD1.250 per ton hingga semester I/2022," ujarnya dalam 17th Indonesian Palm Oil Conference and 2022 Price Outlook, Kamis (2/12/2021).
Menurut dia, harga yang tinggi tersebut akan memberikan dampak positif terhadap ekspor produk sawit. Namun, bagi konsumen dalam negeri, harga CPO yang tinggi akan berdampak pada kenaikan harga minyak goreng. "Kenaikan harga ini harus memberikan manfaat terutama bagi pendapatan petani kecil dan pendapatan negara dari devisa ekspor," ungkapnya.
Togar memprediksi produksi CPO di tahun 2022 akan mencapai 48 juta ton atau naik 2,95% dari tahun sebelumnya. Sementara permintaan sawit dalam negeri tahun depan diperkirakan mencapai 20,1 juta ton atau naik 7,13% dari tahun 2021.
Untuk biodiesel diperkirakan akan meningkat 13,96% dari 7,31 juta ton menjadi 8,34 juta ton. "Sementara permintaan oleokimia diperkirakan naik tipis 1,98% dibanding tahun 2021," jelasnya.
Adapun untuk ekspor tahun 2022 diprediksi mencapai 34,4 juta ton atau naik 3,18% dari tahun 2021. "Ini yang perlu diperhatikan pada akhir tahun 2022 adalah sisa stok sawit kemungkinan di bawah 2 juta ton," bebernya.
(ind)