Mentan Buka TOT Sistem Agribisnis Terintegrasi Hulu ke Hilir

Kamis, 09 Desember 2021 - 18:49 WIB
loading...
Mentan Buka TOT Sistem Agribisnis Terintegrasi Hulu ke Hilir
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo membuka TOT Intergrated Farming Berbasis Closed Loop secara virtual didampingi Sekretaris BPPSDMP Siti Munifah, Kamis (9/12/2021). (Foto: Dok. BPPSDMP)
A A A
JAKARTA - Kementerian Pertanian ( Kementan ) mendorong petani dan pelaku usaha pertanian menerapkan sistem agribisnis terintegrasi hulu ke hilir (Intergrated Farming BerbasisClosed Loop). Dengan sistem ini diharapkan bisa menjadi jembatan atau perantara dengan pasar.

Dengan demikian, pasokannya bisa lebih maksimal. Harapannya selanjutnya harga menjadi stabil. Sistem ini menekankan pada sinergi antara petani dengan BUMN dan swasta.

Langkah penting di Era Industri 4.0 dan Society 5.0 dikemukakan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpopada pembukaan Training of Trainer (ToT) bertajuk Intergrated Farming BerbasisClosed Loopbagi widyaiswara dosen, guru, dan penyuluh pertanian di Jakarta, Kamis (9/12/2021).

(Baca juga:Boot Penuh Lumpur, Airlangga Blusukan ke Sawah Tinjau Smart Farming di Klaten)

Kegiatan bagi widyaiswara dosen, guru, dan penyuluh pertanian ini, dihadiri secara luring oleh 60 orang, sekitar 10-40 orang di setiap Unit Pelaksana Teknis (UPT) BPPSDMP yang tersebar di seluruh pelosok Tanah Air, dan sebagian besar diikuti secara daring.

“Saya bahagia dengan ToT ini. Karena, saya berpikir kemajuan bangsa besok ditentukan dengan agenda intelektual dan mindset yang lebih maju,” kata Mentan Syahrul.

Mentan Syahrul menegaskan, pengembangan SDM pertanian yang profesional, berdaya saing, dan berjiwa enterpreneur tinggi adalah kunci agar sektor pertanian jadi semakin baik.

(Baca juga:Petani Milenial Gobleg Bali Padukan Organik dan Smart Farming)

“Intinya ada di SDM. Dari SDM yang baik akan hadir tata kelola yang baik, dan adaptif sesuai tantangan zaman,” kata mantan Gubernur Sulawesi Selatan dua periode ini.

Menurut Syahrul, ToT ini menjadi penting karena ke depan penyuluh, dan widyaiswara, dosen, dan guru akan disiapkan untuk menghadirkan SDM pertanian yang adaptif terhadap tantangan baru.

“Tidak ada lain, kecuali SDM pertanian harus kita cetak lebih banyak yang adaptif, memiliki inovasi yang kuat dan mampu mengimplementasikan riset, teknologi dan sains,” kata Syahrul.

Menurutnya, era yang dihadapi saat ini adalah era artificial intelligent. Maka guru, dosen, widyaiswara dituntut mengetahui artificial intelligent karena dia akan melakukan transfer of knowledge, transfer of behavior.

(Baca juga:Dukung Ketahanan Pangan, Lanal Palembang Latih Warga Sistem Urban Farming)

“Tidak ada lagi produksi tanpa artificial intelligent. Yang tidak pakai closed loop dan artificial intelligent, maka dia tidak akan laku di dunia,” katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi, mengatakan dengan menerapkan integrated farming berbasis closed loop, maka petani akan mendapatkan jaminan dari produknya.

“Petani akan mendapatkan sarana prasarana produksi pertanian dari subsistem hulu dari upstream kemudian di on farmnya juga tentu saja petani mendapatkan jaminanan pendampingan dari penyuluh, pemerintah daerah, dan juga dari kampus dan lembaga riset,” kata Dedi.

Demikian pula petani, katanya, akan mendapatkan jaminan apa yang dihasilkan bisa lanjut ke proses olahan. Bahkan petani mendapat jaminan produknya betul-betul ada yang beli dengan harga yang menggembirakan.

“Melalui ToT, widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian baik yang ada di pusat, provinsi maupun di kabupaten dan kota akan dibekali berbagai konsep dan teknologi terapan terkait dengan closed loop system,” kata Dedi.

Dedi berharap closed loop ini bisa diimplementasikan dengan baik agar petani mendapatkan jaminan sarana produksi, jaminan menghasilkan produksi tinggi di on farmnya, dan jaminan harga yang menggembirakan.

“Saya sangat berharap konsep ini dimasifkan tahun depan di seluruh pelosok tanah air utamanya di tempat-tempat food estate kita, utamanya food estate yang tidak terlalu luas, seperti di Temanggung, Wonosobo dan lain sebagainya,” harap Dedi.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2689 seconds (0.1#10.140)