Menguat atas Greenback, Rupiah Dibanderol Rp14.348 per Dolar
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kurs rupiah pagi hari ini menguat terhadap dolar Amerika Serikat pada perdagangan awal pekan, Senin (13/12/2021). Pantauan di pasar spot Bloomberg hingga pukul 09:21 WIB, mata uang Garuda naik 22 poin atau 0,16% di harga Rp14.348 per dolar.
Selain rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia terpantau bergerak variatif terhadap dolar, ketika indeks dolar naik 0,06% di level USD96,15.
Yen Jepang turun 0,15% di 113,55, dolar Hong Kong naik stagnan di 7,79, dan ringgit Malaysia tertekan 0,20% di 4,21.
Dolar Taiwan menguat 0,34% di 27,72, Baht Thailand melesat 0,54% di 33,44, Peso Filipina terpuruk 0,10% di 50,36, dan Won Korea Selatan menanjak 0,19% di 1.178,6.
Yuan China menguat 0,10% di 6,36, sementara sisanya menurun seperti dolar Singapura turun 0,10% di 1,36, dan dolar Australia anjlok-0,05% di 0,71.
Dolar AS cukup stabil awal pekan ini lantaran pertemuan The Fed dimungkinkan dapat lebih mendongkrak pasar uang. Kendati sempat diguncang oleh kekhawatiran atas penyebaran varian Omicron, pasar tampak merespons positif.
"Yang saya inginkan untuk Natal adalah kejelasan (atas virus tersebut)," kata analis Barclays, dilansir Reuters, Senin (13/12/2021).
Selain soal varian Omicron, agenda yang cukup signifikan memengaruhi pasar mata uang pada pekan ini adalah pertemuan kebijakan bank sentral, dengan enam bank sentral negara-negara G-10 dan sejumlah bank sentral pasar berkembang akan bertemu.
"Bank-bank sentral perlu menyeimbangkan antara ketidakpastian yang disebabkan oleh Omicron dan tingkat inflasi yang meningkat," lanjutnya.
Satu hal yang juga menjadi fokus perhatian adalah pertemuan The Fed selama dua hari yang berakhir pada hari Rabu depan (15/12). Pasar masih berekspektasi The Fed dapat mengumumkan percepatan pengurangan program pembelian obligasi, yang pada akhirnya membuka jalan kenaikan suku bunga tahun depan.
Selain rupiah, sebagian besar mata uang negara Asia terpantau bergerak variatif terhadap dolar, ketika indeks dolar naik 0,06% di level USD96,15.
Yen Jepang turun 0,15% di 113,55, dolar Hong Kong naik stagnan di 7,79, dan ringgit Malaysia tertekan 0,20% di 4,21.
Dolar Taiwan menguat 0,34% di 27,72, Baht Thailand melesat 0,54% di 33,44, Peso Filipina terpuruk 0,10% di 50,36, dan Won Korea Selatan menanjak 0,19% di 1.178,6.
Yuan China menguat 0,10% di 6,36, sementara sisanya menurun seperti dolar Singapura turun 0,10% di 1,36, dan dolar Australia anjlok-0,05% di 0,71.
Dolar AS cukup stabil awal pekan ini lantaran pertemuan The Fed dimungkinkan dapat lebih mendongkrak pasar uang. Kendati sempat diguncang oleh kekhawatiran atas penyebaran varian Omicron, pasar tampak merespons positif.
"Yang saya inginkan untuk Natal adalah kejelasan (atas virus tersebut)," kata analis Barclays, dilansir Reuters, Senin (13/12/2021).
Selain soal varian Omicron, agenda yang cukup signifikan memengaruhi pasar mata uang pada pekan ini adalah pertemuan kebijakan bank sentral, dengan enam bank sentral negara-negara G-10 dan sejumlah bank sentral pasar berkembang akan bertemu.
"Bank-bank sentral perlu menyeimbangkan antara ketidakpastian yang disebabkan oleh Omicron dan tingkat inflasi yang meningkat," lanjutnya.
Satu hal yang juga menjadi fokus perhatian adalah pertemuan The Fed selama dua hari yang berakhir pada hari Rabu depan (15/12). Pasar masih berekspektasi The Fed dapat mengumumkan percepatan pengurangan program pembelian obligasi, yang pada akhirnya membuka jalan kenaikan suku bunga tahun depan.
(uka)