OJK: Bank Digital Jangan Hanya Fokus Customer Experience, Tapi Juga Edukasi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan ( OJK ) mengingatkan, kepada bank digital maupun perbankan yang menggenjot layanan digital agar tidak sekedar berpacu memanjakan nasabah atau customer experience, tapi juga harus mengedukasinya.
Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Anung Herlianto mengingatkan, hal ini sangat krusial karena hacker atau pelaku kejahatan digital akan mengincar pihak terlemah dalam ekosistem perbankan digital yaitu nasabah.
"Bank jangan hanya fokus pada customer experience, tapi juga harus mengedukasi. Karena nasabah adalah jantung dalam ekosistem perbankan sekaligus jadi sisi terlemah. Nasabah yang diincar oleh hacker," ujar Anung dalam live Economic Outlook 2022 di IDX Channel, Kamis (16/12/2021).
Dia mengingatkan kembali mengenai risiko kejahatan siber yang saat ini kian mengancam ekosistem keuangan negara-negara dunia.
"Bahkan IMF juga mengatakan serangan siber masuk dalam risiko sistem keuangan. Karena itu bank harus memiliki cyber risk management, adjustment, melakukan excercise kehandalan sistem keamanan, serta harus mau melaporkan bila terjadi masalah. Ini untuk bahan pelajaran buat kita semua di industri keuangan," terangnya.
Sambung Anung menjelaskan OJK sudah memiliki kebijakan yang dituangkan dalam blueprint transformasi digital. Pertama, menyangkut prinsip proteksi data dan kebijakan data transfer. Kedua, kebijakan data governance, kebijakan tata kelola dan arsitektur teknologi informasi.
Selain itu ada kebijakan cyber security yang mengacu pada standard internasional. Kemudian, kebijakan outsourcing atau standar kerjasama bank dan pihak ketiga.
Dia menekankan, blue print tersebut dibuat karena perkembangan digital banking dengan seluruh infrastruktur yang menyertainya tentu akan memicu tantangan sendiri ke depan.
"Saat ini kita masih dalam masa bulan madu atau euforia bank digital. Karena kita belum mengetahui dengan jelas apa saja risiko yang akan timbul di masa depan," katanya.
Direktur Eksekutif Penelitian dan Pengaturan Perbankan OJK, Anung Herlianto mengingatkan, hal ini sangat krusial karena hacker atau pelaku kejahatan digital akan mengincar pihak terlemah dalam ekosistem perbankan digital yaitu nasabah.
"Bank jangan hanya fokus pada customer experience, tapi juga harus mengedukasi. Karena nasabah adalah jantung dalam ekosistem perbankan sekaligus jadi sisi terlemah. Nasabah yang diincar oleh hacker," ujar Anung dalam live Economic Outlook 2022 di IDX Channel, Kamis (16/12/2021).
Dia mengingatkan kembali mengenai risiko kejahatan siber yang saat ini kian mengancam ekosistem keuangan negara-negara dunia.
"Bahkan IMF juga mengatakan serangan siber masuk dalam risiko sistem keuangan. Karena itu bank harus memiliki cyber risk management, adjustment, melakukan excercise kehandalan sistem keamanan, serta harus mau melaporkan bila terjadi masalah. Ini untuk bahan pelajaran buat kita semua di industri keuangan," terangnya.
Sambung Anung menjelaskan OJK sudah memiliki kebijakan yang dituangkan dalam blueprint transformasi digital. Pertama, menyangkut prinsip proteksi data dan kebijakan data transfer. Kedua, kebijakan data governance, kebijakan tata kelola dan arsitektur teknologi informasi.
Selain itu ada kebijakan cyber security yang mengacu pada standard internasional. Kemudian, kebijakan outsourcing atau standar kerjasama bank dan pihak ketiga.
Dia menekankan, blue print tersebut dibuat karena perkembangan digital banking dengan seluruh infrastruktur yang menyertainya tentu akan memicu tantangan sendiri ke depan.
"Saat ini kita masih dalam masa bulan madu atau euforia bank digital. Karena kita belum mengetahui dengan jelas apa saja risiko yang akan timbul di masa depan," katanya.