Mitratel Siap Tancap Gas Sambut New Journey Tahun 2022
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL) siap tancap gas menyambut tahun 2022 dengan New Journey sebagai perusahaan publik dan optimistis mampu memberikan hasil terbaik sebagaimana dalam prospektus Initial Public Offering 22 November 2021. Keyakinan tersebut seiring kemampuan MTEL untuk tumbuh secara organik lebih kencang lagi.
Potensi pertumbuhan organik Mitratel sangatlah besar dalam jangka panjang karena masih tingginya peluang bisnis penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia. Saat ini, Mitratel tercatat sebagai perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi di Tanah Air yang memiliki sekitar 28.030 menara yang tersebar di seluruh Indonesia pada lokasi-lokasi strategis dan 42.016 penyewa.
Menara Mitratel tersebar di seluruh wilayah Indonesia dimana sekitar 57% di antaranya berada di luar Jawa. Luasnya cakupan wilayah Menara Mitratel membuat Perseroan mampu mengelola kerja sama tambahan dari para penyewa menara telekomunikasi . Selain itu, Mitratel dianggap paling siap melayani ekspansi operator di luar Jawa yang meningkatkan portofolio kolokasi.
Mitratel merupakan leading dalam pengembangan bisnis organik yakni built-to-suit (B2S) dan kolokasi baru dari operator jaringan seluler (MNO) dengan menambah kapasitas dan coverage. Mitratel memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan perusahaan sejenis, diantaranya adalah kemampuan Perseroan dalam eksekusi B2S yang lebih baik. Selain itu, Mitratel juga mampu memanfaatkan sebaran menara di seluruh Indonesia untuk kolokasi tenan baru, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Permintaan pembangunan menara (Built to Suit) dan kolokasi dari Mobile Operator yang tinggi di dukung oleh tersedianya ruang pertumbuhan In-Organik melalui akuisisi yang jelas baik konsolidasi menara dalam group maupun dari potensi konsolidasi industri di Indonesia. Pertumbuhan In-Organik Mitratel didukung kemampuan pendanaan pasca IPO dimana Perseroan mendapatkan suntikan dana lebih dari Rp.18 Triliun.
“Kami sangat siap menghadapi New Journey sebagai Perusahaan Publik, bukan hanya transparan dan menjaga Good Corporate Governance tetapi juga professional, independen dan efisien memanfaatkan hasil IPO untuk tumbuh agressif menjadi The Leading Digital Infrastructure di Regional. Kami akan selalu berusaha keras menjadi emiten favorit bagi para investor dengan mampu mendeliver value optimal bagi shareholder," ujar Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko “Teddy”
Sambung Theodorus Ardi Hartoko atau yang akrab disapa Teddy mengutarakan, pencapaian di Q3 2021 sesuai dengan ekspektasi dan tumbuh di atas industri, Revenue YoY tumbuh 14.6% menjadi Rp.5 triliun, Ebitda tumbuh 28.3% mencapai Rp.3,8 triliun dan Net Income tumbuh 246.4% menjadi lebih dari Rp.1 triliun.
Di Q3 tercatat menambah portfolio menara melalui inorganic dari Telkomsel 4.000 menara dan Telkom 798 menara sehingga total portfolio menara menjadi 28.079 sites atau tumbuh 72,9% dengan 42.137 tenant atau tenancy ratio 1.5x.
Teddy menambahkan, Tenancy Ratio yang masih rendah ini terjadi akibat pembelian menara yang sebelumnya terbatas untuk 1 operator. Namun, saat ini terbuka peluang luas untuk menarik kolokasi dari semua operator karena sebaran lokasinya yang atraktif, ditambah lagi dengan rencana Mitratel untuk mendukung layanan penyewaan menara dengan fiberisasi. Sehingga, akan semakin menunjang operator telekomunikasi dalam memberikan layanan digital tak terbatas bagi pelanggannya.
Potensi pertumbuhan organik Mitratel sangatlah besar dalam jangka panjang karena masih tingginya peluang bisnis penyewaan menara telekomunikasi di Indonesia. Saat ini, Mitratel tercatat sebagai perusahaan penyedia infrastruktur menara telekomunikasi di Tanah Air yang memiliki sekitar 28.030 menara yang tersebar di seluruh Indonesia pada lokasi-lokasi strategis dan 42.016 penyewa.
Menara Mitratel tersebar di seluruh wilayah Indonesia dimana sekitar 57% di antaranya berada di luar Jawa. Luasnya cakupan wilayah Menara Mitratel membuat Perseroan mampu mengelola kerja sama tambahan dari para penyewa menara telekomunikasi . Selain itu, Mitratel dianggap paling siap melayani ekspansi operator di luar Jawa yang meningkatkan portofolio kolokasi.
Mitratel merupakan leading dalam pengembangan bisnis organik yakni built-to-suit (B2S) dan kolokasi baru dari operator jaringan seluler (MNO) dengan menambah kapasitas dan coverage. Mitratel memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan dengan perusahaan sejenis, diantaranya adalah kemampuan Perseroan dalam eksekusi B2S yang lebih baik. Selain itu, Mitratel juga mampu memanfaatkan sebaran menara di seluruh Indonesia untuk kolokasi tenan baru, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan.
Permintaan pembangunan menara (Built to Suit) dan kolokasi dari Mobile Operator yang tinggi di dukung oleh tersedianya ruang pertumbuhan In-Organik melalui akuisisi yang jelas baik konsolidasi menara dalam group maupun dari potensi konsolidasi industri di Indonesia. Pertumbuhan In-Organik Mitratel didukung kemampuan pendanaan pasca IPO dimana Perseroan mendapatkan suntikan dana lebih dari Rp.18 Triliun.
“Kami sangat siap menghadapi New Journey sebagai Perusahaan Publik, bukan hanya transparan dan menjaga Good Corporate Governance tetapi juga professional, independen dan efisien memanfaatkan hasil IPO untuk tumbuh agressif menjadi The Leading Digital Infrastructure di Regional. Kami akan selalu berusaha keras menjadi emiten favorit bagi para investor dengan mampu mendeliver value optimal bagi shareholder," ujar Direktur Utama Mitratel, Theodorus Ardi Hartoko “Teddy”
Sambung Theodorus Ardi Hartoko atau yang akrab disapa Teddy mengutarakan, pencapaian di Q3 2021 sesuai dengan ekspektasi dan tumbuh di atas industri, Revenue YoY tumbuh 14.6% menjadi Rp.5 triliun, Ebitda tumbuh 28.3% mencapai Rp.3,8 triliun dan Net Income tumbuh 246.4% menjadi lebih dari Rp.1 triliun.
Di Q3 tercatat menambah portfolio menara melalui inorganic dari Telkomsel 4.000 menara dan Telkom 798 menara sehingga total portfolio menara menjadi 28.079 sites atau tumbuh 72,9% dengan 42.137 tenant atau tenancy ratio 1.5x.
Teddy menambahkan, Tenancy Ratio yang masih rendah ini terjadi akibat pembelian menara yang sebelumnya terbatas untuk 1 operator. Namun, saat ini terbuka peluang luas untuk menarik kolokasi dari semua operator karena sebaran lokasinya yang atraktif, ditambah lagi dengan rencana Mitratel untuk mendukung layanan penyewaan menara dengan fiberisasi. Sehingga, akan semakin menunjang operator telekomunikasi dalam memberikan layanan digital tak terbatas bagi pelanggannya.