Kinerja Unggul Pertamina pada Tahun Kedua Pandemi
loading...
A
A
A
Go Green
Go Green merupakan komitmen Pertamina menjalankan program strategis transisi energi untuk mewujudkan energi ramah lingkungan berbasis EBT. Untuk mencapai target besar tersebut, Pertamina telah 8 inisiatif EBT.
Pertama, meningkatkan kapasitas pembangkit geothermal dari 672 MW pada 2020 menjadi 1.128 MW pada 2026. Kedua, memulai inisiatif pemanfaatan green hydrogen di Indonesia yang akan menggunakan listrik dari lapangan panas bumi Pertamina dengan total potensi 8.600 kilogram hidrogen per hari.
Ketiga, berpartisipasi dalam JV Indonesian battery company dengan memproduksi baterai 140 GWh pada 2029 dan mengembangkan ekosistem baterai EV termasuk swapping dan charging business. Pertamina juga telah melakuan pilot project pembangunan 6 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum di 6 wilayah di DKI Jakarta dan Tangerang.
Keempat, meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit EBT dari 1,9 MW di tahun 2021 menjadi 10 Gigawatt (GW) di tahun 2026. Kelima, melakukan gasification 1.000 kilo tonnes per annum (KTPA) melalui pembangunan pabrik metanol yang rencana on stream pada 2025 serta pengembangan DME dengan kapasitas 5.200 KTPA.
Keenam, membangun green refinery atau kilang ramah lingkungan yang menghasilkan produk-produk energi hijau berbasis kelapa sawit. Kapasitas produksi Green Diesel D100 ditingkatkan menjadi 3.000 barel per hari di tahun 2022 dan 26.000 barel di tahun 2024. Ketujuh, pengembangan bioenergy hingga tahun 2026 terdiri dari biomassa atau biogas sebesar 153 MW, bio blending gasoil & gasoline, dan minyak mentah nabati dari alga dan etanol 1.000 KTPA dengan target on stream pada 2025.
Kedelapan, menerapkan circular carbon economy di beberapa daerah di antaranya dengan melakukan recycle untuk biomass dan biogas, reduce lewat solar PV, EV, LNG bunkering, serta reuse melalui CO2 untuk EOR dan methanol yang telah berhasil menurunkan emisi karbon 6 juta ton pada tahun 2020.
Sejak pertengahan 2020, Pertamina juga menjalankan Program Langit Biru (PLB) yang berhasil menurunkan emisi karbon 12 juta ton. Sementara untuk sektor rumah tangga, pada tahun 2021 Pertamina berhasil menyelesaikan 107 ribu sambungan gas rumah tangga di 21 kabupaten/kota. Saat ini pelanggan gas rumah tangga mencapai 590 ribu pelanggan yang tersebar di 67 kabupaten/kota di 17 provinsi.
Go Collaborative
Go Collaborative merupakan upaya dan komitmen Pertamina untuk terus berinovasi dan berkolaborasi sebagai lokomotif perekonomian dan industri nasional.
Kolaborasi penyediaan energi dilakukan Pertamina dengan berbagai perusahaan migas global seperti ExxonMobil untuk Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Pertamina juga menjalin kerja sama dengan Masdar dan ACWA untuk pengembangan renewable energy power plant di wilayah kerja Hulu dan Kilang.
Pertamina melakukan sinergi BUMN dengan PLN untuk penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG di 56 lokasi. Selain itu, Pertamina bersama PLN dan Pupuk Kujang juga terus meningkatkan keandalan dan penyaluran pasokan gas sebesar 200 BBTUD untuk sektor listrik dan 25 BBTUD untuk sektor pupuk.
Go Green merupakan komitmen Pertamina menjalankan program strategis transisi energi untuk mewujudkan energi ramah lingkungan berbasis EBT. Untuk mencapai target besar tersebut, Pertamina telah 8 inisiatif EBT.
Pertama, meningkatkan kapasitas pembangkit geothermal dari 672 MW pada 2020 menjadi 1.128 MW pada 2026. Kedua, memulai inisiatif pemanfaatan green hydrogen di Indonesia yang akan menggunakan listrik dari lapangan panas bumi Pertamina dengan total potensi 8.600 kilogram hidrogen per hari.
Ketiga, berpartisipasi dalam JV Indonesian battery company dengan memproduksi baterai 140 GWh pada 2029 dan mengembangkan ekosistem baterai EV termasuk swapping dan charging business. Pertamina juga telah melakuan pilot project pembangunan 6 Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum di 6 wilayah di DKI Jakarta dan Tangerang.
Keempat, meningkatkan kapasitas terpasang pembangkit EBT dari 1,9 MW di tahun 2021 menjadi 10 Gigawatt (GW) di tahun 2026. Kelima, melakukan gasification 1.000 kilo tonnes per annum (KTPA) melalui pembangunan pabrik metanol yang rencana on stream pada 2025 serta pengembangan DME dengan kapasitas 5.200 KTPA.
Keenam, membangun green refinery atau kilang ramah lingkungan yang menghasilkan produk-produk energi hijau berbasis kelapa sawit. Kapasitas produksi Green Diesel D100 ditingkatkan menjadi 3.000 barel per hari di tahun 2022 dan 26.000 barel di tahun 2024. Ketujuh, pengembangan bioenergy hingga tahun 2026 terdiri dari biomassa atau biogas sebesar 153 MW, bio blending gasoil & gasoline, dan minyak mentah nabati dari alga dan etanol 1.000 KTPA dengan target on stream pada 2025.
Kedelapan, menerapkan circular carbon economy di beberapa daerah di antaranya dengan melakukan recycle untuk biomass dan biogas, reduce lewat solar PV, EV, LNG bunkering, serta reuse melalui CO2 untuk EOR dan methanol yang telah berhasil menurunkan emisi karbon 6 juta ton pada tahun 2020.
Sejak pertengahan 2020, Pertamina juga menjalankan Program Langit Biru (PLB) yang berhasil menurunkan emisi karbon 12 juta ton. Sementara untuk sektor rumah tangga, pada tahun 2021 Pertamina berhasil menyelesaikan 107 ribu sambungan gas rumah tangga di 21 kabupaten/kota. Saat ini pelanggan gas rumah tangga mencapai 590 ribu pelanggan yang tersebar di 67 kabupaten/kota di 17 provinsi.
Go Collaborative
Go Collaborative merupakan upaya dan komitmen Pertamina untuk terus berinovasi dan berkolaborasi sebagai lokomotif perekonomian dan industri nasional.
Kolaborasi penyediaan energi dilakukan Pertamina dengan berbagai perusahaan migas global seperti ExxonMobil untuk Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS). Pertamina juga menjalin kerja sama dengan Masdar dan ACWA untuk pengembangan renewable energy power plant di wilayah kerja Hulu dan Kilang.
Pertamina melakukan sinergi BUMN dengan PLN untuk penyediaan pasokan dan pembangunan infrastruktur LNG di 56 lokasi. Selain itu, Pertamina bersama PLN dan Pupuk Kujang juga terus meningkatkan keandalan dan penyaluran pasokan gas sebesar 200 BBTUD untuk sektor listrik dan 25 BBTUD untuk sektor pupuk.