Konsolidasi dan Perampingan Dukung Kinerja Pertamina Makin Solid
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Pertamina (Persero) menjadi satu-satunya perusahaan Indonesia yang masuk daftar Top 500 Fortune Global 2019. Peringkat Pertamina melonjak dari posisi 253 tahun 2018 menjadi 175 tahun lalu, atau naik 78 peringkat.
Pertamina bahkan mengalahkan raksasa e-commerce asal China, Alibaba Grup milik Jack Ma dan raksasa AS, Facebook milik Mark Zuckerberg. Penyebabnya karena peringkat Pertamina melonjak dari posisi 253 tahun 2018 menjadi 175 tahun lalu, atau naik 78 peringkat. Alibaba Grup berada di posisi 182 dan Facebook di peringkat 184.
Pencapaian tersebut dinilai membuktikan bahwa perusahaan BUMN mampu menjadi perusahaan bergengsi dan disegani, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Ekonom senior Piter Abdullah yang juga dosen Perbanas menyampaikan, capaian yang diperoleh Pertamina sangat layak diapreasi karena merupakan BUMN dengan nilai kapitalisasi terbesar, yang punya sejarah panjang bisnis migas.
"Pertamina adalah BUMN dengan nilai yang terbesar. Tentunya kita harus apresiasi prestasi ini," ucap Piter kepada media, baru-baru ini.
(Baca Juga: Siap Bangun Kilang, Indonesia Targetkan Tidak Lagi Impor BBM Tahun 2026)
Saat ini, kata dia, Pertamina tengah mengalami tantangan untuk memindahkan subsidi BBM tepat sasaran, dimana premium tidak lagi dikonsumsi untuk kendaraan pribadi. Dengan menggunakan BBM non subsidi, selain menciptakan udara bersih, juga agar subsidi BBM tidak dibakar orang kaya. Subsidi juga dapat dialihkan untuk sektor kesehatan masyarakat yang terdampak Covid-19, juga untuk pekerja yang terkena PHK.
Yang pasti, tegas Piter, sesungguhnya kinerja Pertamina masih jauh di bawah potensinya. Dengan diberi kepercayaan lebih besar, segala potensi dapat dioptimalkan. Karena itu, Pertamina seharusnya juga tidak dinilai dengan membandingkannya dengan BUMN lain tetapi dengan perusahaan sejenis khususnya di kawasan. Bahkan, kalau dibandingkan dengan Petronas, apalagi dengan pengalaman, usia, dan potensi yang dimiliki, seharusnya Pertamina adalah yang terbesar dan terbaik di ASEAN.
Apa yang diraih Pertamina, merupakan bagian penting dari perbaikan yang sudah dijalankan. Karena itu, harus terus diberi peran agar makin besar berkontribusi pada negara dan pertumbuhan ekonomi.
Piter menambahkan, perbaikan pengelolaan BUMN sangat diperlukan bila ingin meningkatkan kinerja BUMN. Pasalnya, diakui, saat ini BUMN masih mendua, antara pelayanan publik dan bisnis murni yang berorientasi keuntungan.
"Nah, selama masih mendua seperti ini sangat sulit untuk optimal. Di sisi lain, mengubah BUMN untuk menjadi entity bisnis murni juga tidak mudah. Tantangan nya akan sangat banyak. Amanah konstitusi tentang pengelolaan kekayaan negara untuk rakyat Indonesia menyebabkan sulit untuk mengubah peran BUMN. Karena itu, langkah konsolidasi, perampingan yang dijalankan Pertamina tepat dan perlu diperkuat agar semakin maksimal," ujarnya.
Pengamat energi Mamit Setiawan mengatakan, masuknya Basuki Tjahja Purnama atau Ahok dan melesatnya peringkat di Forune 500 menunjukan bahwa kinerja Pertamina diakui oleh banyak pihak. "Terkait dengan masuknya Pertamina dalam Top 500 Fortune bahkan peringkatnya naik, saya sangat mengapresiasi hal ini. Berarti kinerja Pertamina sudah berhasil dan diakui oleh pihak lain," kata Mamit.
Mamit juga berpendapat bahwa Pertamina sebagai entitas energi nasional yang bisnis unitnya dari hulu dan hilir migas sangat berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Untuk sektor hulu, misalnya, banyak produksi migas Pertamina sudah sangat membantu terkait dengan PNBP dalam APBN. Belum lagi dari kegiatan pengeboran, pembuatan fasilitas produksi, perawatan sumur dan kegiatan hulu migas, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.
"Kehidupan ekonomi bisa tumbuh dengan hadirnya Pertamina. Disektor hilir lebih banyak lagi. Dengan fungsi sebagai PSO Pertamina jelas membantu sekali dalam pertumbuhan perekonomian. Dari mulai BBM satu harga, subsidi LPG ukuran 3 kg, harga BBM murah," jelas Mamit.
Belum lagi, lanjut Mamit, distribusi BBM yang disalurkan ke seluruh wilayah Indonesia. Itu semua, merupakan bentuk upaya Pertamina dalam meningkatkan ekonomi. "Belum lagi dengan pembangunan yang dilakukan Pertamina seperti kilang, fasilitas produksi jelas menciptakan lapangan pekerjaan," kata dia.
Mamit pun sepakat pemerintah perlu melakukan perampingan, sehingga BUMN bisa lebih efisien dalam bergerak. Mamit melanjutkan, dengan konsolidasi, perampingan usaha merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kinerja BUMN. Selain itu, pemerintah dalam menunjuk jajaran direksi maupun komisaris bila bisa merupakan orang yang berkompeten.
Pertamina bahkan mengalahkan raksasa e-commerce asal China, Alibaba Grup milik Jack Ma dan raksasa AS, Facebook milik Mark Zuckerberg. Penyebabnya karena peringkat Pertamina melonjak dari posisi 253 tahun 2018 menjadi 175 tahun lalu, atau naik 78 peringkat. Alibaba Grup berada di posisi 182 dan Facebook di peringkat 184.
Pencapaian tersebut dinilai membuktikan bahwa perusahaan BUMN mampu menjadi perusahaan bergengsi dan disegani, tidak hanya di dalam negeri tetapi juga di mancanegara. Ekonom senior Piter Abdullah yang juga dosen Perbanas menyampaikan, capaian yang diperoleh Pertamina sangat layak diapreasi karena merupakan BUMN dengan nilai kapitalisasi terbesar, yang punya sejarah panjang bisnis migas.
"Pertamina adalah BUMN dengan nilai yang terbesar. Tentunya kita harus apresiasi prestasi ini," ucap Piter kepada media, baru-baru ini.
(Baca Juga: Siap Bangun Kilang, Indonesia Targetkan Tidak Lagi Impor BBM Tahun 2026)
Saat ini, kata dia, Pertamina tengah mengalami tantangan untuk memindahkan subsidi BBM tepat sasaran, dimana premium tidak lagi dikonsumsi untuk kendaraan pribadi. Dengan menggunakan BBM non subsidi, selain menciptakan udara bersih, juga agar subsidi BBM tidak dibakar orang kaya. Subsidi juga dapat dialihkan untuk sektor kesehatan masyarakat yang terdampak Covid-19, juga untuk pekerja yang terkena PHK.
Yang pasti, tegas Piter, sesungguhnya kinerja Pertamina masih jauh di bawah potensinya. Dengan diberi kepercayaan lebih besar, segala potensi dapat dioptimalkan. Karena itu, Pertamina seharusnya juga tidak dinilai dengan membandingkannya dengan BUMN lain tetapi dengan perusahaan sejenis khususnya di kawasan. Bahkan, kalau dibandingkan dengan Petronas, apalagi dengan pengalaman, usia, dan potensi yang dimiliki, seharusnya Pertamina adalah yang terbesar dan terbaik di ASEAN.
Apa yang diraih Pertamina, merupakan bagian penting dari perbaikan yang sudah dijalankan. Karena itu, harus terus diberi peran agar makin besar berkontribusi pada negara dan pertumbuhan ekonomi.
Piter menambahkan, perbaikan pengelolaan BUMN sangat diperlukan bila ingin meningkatkan kinerja BUMN. Pasalnya, diakui, saat ini BUMN masih mendua, antara pelayanan publik dan bisnis murni yang berorientasi keuntungan.
"Nah, selama masih mendua seperti ini sangat sulit untuk optimal. Di sisi lain, mengubah BUMN untuk menjadi entity bisnis murni juga tidak mudah. Tantangan nya akan sangat banyak. Amanah konstitusi tentang pengelolaan kekayaan negara untuk rakyat Indonesia menyebabkan sulit untuk mengubah peran BUMN. Karena itu, langkah konsolidasi, perampingan yang dijalankan Pertamina tepat dan perlu diperkuat agar semakin maksimal," ujarnya.
Pengamat energi Mamit Setiawan mengatakan, masuknya Basuki Tjahja Purnama atau Ahok dan melesatnya peringkat di Forune 500 menunjukan bahwa kinerja Pertamina diakui oleh banyak pihak. "Terkait dengan masuknya Pertamina dalam Top 500 Fortune bahkan peringkatnya naik, saya sangat mengapresiasi hal ini. Berarti kinerja Pertamina sudah berhasil dan diakui oleh pihak lain," kata Mamit.
Mamit juga berpendapat bahwa Pertamina sebagai entitas energi nasional yang bisnis unitnya dari hulu dan hilir migas sangat berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Untuk sektor hulu, misalnya, banyak produksi migas Pertamina sudah sangat membantu terkait dengan PNBP dalam APBN. Belum lagi dari kegiatan pengeboran, pembuatan fasilitas produksi, perawatan sumur dan kegiatan hulu migas, menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal.
"Kehidupan ekonomi bisa tumbuh dengan hadirnya Pertamina. Disektor hilir lebih banyak lagi. Dengan fungsi sebagai PSO Pertamina jelas membantu sekali dalam pertumbuhan perekonomian. Dari mulai BBM satu harga, subsidi LPG ukuran 3 kg, harga BBM murah," jelas Mamit.
Belum lagi, lanjut Mamit, distribusi BBM yang disalurkan ke seluruh wilayah Indonesia. Itu semua, merupakan bentuk upaya Pertamina dalam meningkatkan ekonomi. "Belum lagi dengan pembangunan yang dilakukan Pertamina seperti kilang, fasilitas produksi jelas menciptakan lapangan pekerjaan," kata dia.
Mamit pun sepakat pemerintah perlu melakukan perampingan, sehingga BUMN bisa lebih efisien dalam bergerak. Mamit melanjutkan, dengan konsolidasi, perampingan usaha merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kinerja BUMN. Selain itu, pemerintah dalam menunjuk jajaran direksi maupun komisaris bila bisa merupakan orang yang berkompeten.
(fjo)