Harga Minyak Bakal Mendidih Seiring Memanasnya Eropa Timur dan Timur Tengah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Mengawali pekan ini, harga minyak terpantau bergerak bullish didukung oleh tanda-tanda memanasnya tensi di Eropa Timur dan Timur Tengah yang berpotensi mengganggu sisi pasokan. Selain itu, indikasi kesulitan OPEC + dalam memenuhi target produksinya juga turut mendukung pergerakan harga lebih lanjut.
"Memanasnya ketegangan geopolitik antara Rusia dengan Ukraina membuat Pemerintah AS pada hari Minggu memerintahkan duta besar beserta keluarga staf untuk segera meninggalkan Ukraina. Langkah AS tersebut menunjukkan sinyal keadaan darurat sewaktu-waktu di Ukraina, terlebih Rusia dilaporkan telah mengumpulkan pasukan dekat perbatasan Ukraina, yang sekaligus memicu kekhawatiran akan terjadinya gangguan pasokan di Eropa Timur," ujar Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Girta Yoga dalam laporannya, Senin (24/1/2022).
Selain Eropa Timur, ketegangan geopolitik juga terlihat di Timur Tengah, ketika Uni Emirat Arab (UEA) secara resmi melarang operasi penerbangan bagi sebagian besar drone pribadi dan pesawat olahraga pribadi selama sebulan yang berlaku mulai hari Sabtu. Keputusan tersebut dibuat menyusul serangan melalui drone yang dilakukan oleh milisi Houthi Yaman pada pekan lalu.
Masih dari Timur Tengah, kepatuhan produksi negara produsen minyak OPEC beserta sekutunya dilaporkan naik menjadi sekitar 122% pada bulan Desember. Data tersebut mengindikasikan bahwa beberapa negara anggota OPEC+ seperti Nigeria dan Angola masih terus berjuang untuk meningkatkan produksinya.
Berita itu yang sekaligus menguatkan pernyataan yang dilontarkan sebelumnya dari International Energy Agency (IEA) bahwa produksi yang dicapai OPEC+ pada bulan Desember lebih rendah 790.000 bph dari kuota yang disepakati.
"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di Rp1.240.000 - Rp1.260.000 per barel serta kisaran support di Rp1.200.000 - Rp1.180.000 per barel," jelas Girta.
"Memanasnya ketegangan geopolitik antara Rusia dengan Ukraina membuat Pemerintah AS pada hari Minggu memerintahkan duta besar beserta keluarga staf untuk segera meninggalkan Ukraina. Langkah AS tersebut menunjukkan sinyal keadaan darurat sewaktu-waktu di Ukraina, terlebih Rusia dilaporkan telah mengumpulkan pasukan dekat perbatasan Ukraina, yang sekaligus memicu kekhawatiran akan terjadinya gangguan pasokan di Eropa Timur," ujar Research & Development Indonesia Commodity & Derivatives Exchange (ICDX) Girta Yoga dalam laporannya, Senin (24/1/2022).
Selain Eropa Timur, ketegangan geopolitik juga terlihat di Timur Tengah, ketika Uni Emirat Arab (UEA) secara resmi melarang operasi penerbangan bagi sebagian besar drone pribadi dan pesawat olahraga pribadi selama sebulan yang berlaku mulai hari Sabtu. Keputusan tersebut dibuat menyusul serangan melalui drone yang dilakukan oleh milisi Houthi Yaman pada pekan lalu.
Masih dari Timur Tengah, kepatuhan produksi negara produsen minyak OPEC beserta sekutunya dilaporkan naik menjadi sekitar 122% pada bulan Desember. Data tersebut mengindikasikan bahwa beberapa negara anggota OPEC+ seperti Nigeria dan Angola masih terus berjuang untuk meningkatkan produksinya.
Berita itu yang sekaligus menguatkan pernyataan yang dilontarkan sebelumnya dari International Energy Agency (IEA) bahwa produksi yang dicapai OPEC+ pada bulan Desember lebih rendah 790.000 bph dari kuota yang disepakati.
"Melihat dari sudut pandang teknis, harga minyak akan berada dalam kisaran resistance di Rp1.240.000 - Rp1.260.000 per barel serta kisaran support di Rp1.200.000 - Rp1.180.000 per barel," jelas Girta.
(uka)