Kenaikan Suku Bunga The Fed Bakal Ngaruh ke Indonesia, Bos BI Siapkan Mitigasi

Kamis, 27 Januari 2022 - 11:49 WIB
loading...
Kenaikan Suku Bunga The Fed Bakal Ngaruh ke Indonesia, Bos BI Siapkan Mitigasi
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo. Foto/Dok SINDO
A A A
JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo terus memantau perkembangan terkini terkait arah kebijakan bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau The Fed yang diperkirakan akan menaikkan suku bunga acuan pada Maret mendatang.

"Kami memproyeksikan The Fed akan mulai menaikkan suku bunga acuan mulai bulan Maret, dengan baseline skenario akan menaikkan suku bunga sebanyak 4 kali," kata Perry dalam acara Annual Investment Forum 2022 secara virtual, Kamis (27/1/2022).



Menurut dia, secara rutin setiap minggu dan juga setiap bulannya BI akan memantau langkah The Fed dalam menormalisasi kebijakan moneternya.

"Walaupun begitu, normalisasi kebijakan moneter The Fed akan memberikan dampak bagi pasar keuangan negara berkembang, termasuk Indonesia," tukasnya.

Sebagai langkah mitigasi, BI telah membuat beragam strategi untuk menjaga stabilitas pasar keuangan dengan memperkuat sisi stabilitas eksternal.

"Dampak kenaikan suku bunga the Fed, apabila selisih yield obligasi AS dengan yield surat utang pemerintah semakin menipis, maka arus modal akan bergerak ke luar (capital outflow), sehingga berpotensi memberikan tekanan pada sisi nilai tukar rupiah," urainya.



Perry menilai proses pemulihan ekonomi nasional di Indonesia akan terus berlangsung kuat. Meski demikian, dia memastikan BI tidak akan abai dalam mencermati berbagai perkembangan global dan tantangan ke depan.

"Kita harus tetap optimistis, selalu ada peluang, dan peluang terbaik sedang kita cari untuk menumbuhkan ekonomi, dan pastinya untuk manajemen risiko suku bunga dan valuta asing, baik secara global maupun domestik," bebernya.

Lebih lanjut, Perry optimistis prospek pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan lebih seimbang. Tak hanya dikuasai oleh sejumlah negara besar saja tapi diikuti pemulihan ekonomi di beberapa negara kawasan.

"Bukan hanya didorong oleh Amerika dan Tiongkok, tapi juga dengan adanya pemulihan ekonomi di Eropa, Jepang dan India. Itu jelas akan meningkatkan volume perdagangan global dan harga komoditas," tandasnya.
(ind)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1912 seconds (0.1#10.140)