Dibayangi Invasi Rusia, Pelaku Usaha di Kota Kedua Ukraina Merasakan Deja Vu
loading...
A
A
A
KHARKIV - Apa yang terjadi ketika negara Anda menghadapi invasi, dan Anda hanya ingin menjalankan bisnis Anda? Di Ukraina , ada perasaan deja vu yang dirasakan oleh pelaku usaha kecil dan menengah atas situasi yang mereka hadapi sekarang.
Khususnya di kota kedua Ukraina, Kharkiv yang terletak hanya 26 mil (46 km) dari perbatasan. Lebih dari 100.000 tentara Rusia berkumpul di beberapa titik strategis di sepanjang perbatasan, tetapi Rusia menyangkal bahwa pihaknya merencanakan serangan.
Sebagian besar pengusaha Kharkiv dengan jelas mengingat tantangan besar yang mereka hadapi untuk membuat roda bisnis tetap berjalan setelah konflik bersenjata di Ukraina timur pecah pada tahun 2014.
"Klien kami sangat prihatin," kata Roman Shekin, selaku Chief Operating Officer dari perusahaan perangkat lunak Zfort, di Kharkiv.
"Apa yang kami coba sampaikan kepada mereka adalah, kami siap untuk hal-hal yang tidak terduga, karena kami telah berperang selama beberapa tahun," paparnya.
Pada tahun 2014, Rusia merebut Krimea yang kemudian pertempuran pecah pada wilayah Donbas di Ukraina timur, yang sebagiannya sekarang dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.
Selama beberapa bulan, bisnis di Ukraina kehilangan sebagian besar pelanggan dan pemasok mereka di Rusia. Dalam semalam, konflik memutuskan hubungan lintas batas lama yang sudah mapan. Banyak perusahaan runtuh dan banyak lagi yang harus memulai dari nol.
Bagi banyak orang telah merasakan bagaimana sulitnya membangun kembali bisnis yang telah hancur.
Zfort adalah satu dari ribuan perusahaan IT Ukraina yang berkembang sejak 2014, membuat aplikasi dan situs web untuk klien di AS dan Eropa Barat. Shekin berusaha meyakinkan kliennya yang khawatir, tetapi beberapa katanya, telah menunda kontrak menunggu kejelasan lebih lanjut.
Dia berharap bisa menenangkan para klien dengan menjelaskan rencana darurat Zfort. "Semua infrastruktur kami berbasis cloud dan dihosting di server Eropa. Kami dapat melanjutkan operasi bahkan jika sesuatu terjadi pada kantor kami di sini... karyawan kami hanya akan pindah ke tempat yang aman dan terhubung dari jarak jauh," jelasnya.
Tetapi untuk industri berat tradisional Kharkiv, mensetting laptop dari jarak jauh bukanlah suatu pilihan. Tepat di pusat kota ada Kharkiv State Aircraft Manufacturer, di mana pesawat unggulan Antonov diproduksi.
Tapi tidak ada pesawat yang dibangun di sini selama delapan tahun, karena 70% komponen yang dibutuhkan berasal dari Rusia. Perusahaan itu sekarang berhutang USD170 juta, dan telah berusaha menarik investor asing untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan.
Managing Director, Oleksandr Kryvokon mengatakan, minat investasi dari negara-negara Barat telah mengering. Tetapi karena peningkatan tekanan terbaru dari Rusia di perbatasan, dia melihat peluang potensial.
Kryvokon ingin perusahaan Ukraina berkolaborasi dengannya dalam memproduksi pesawat untuk mempertahankan tanah air mereka. "Banyak pabrik mulai berpikir, jika ada konflik, apa yang akan kita lakukan untuk membantu Ukraina?" ucapnya.
Sementara itu di seberang kota menjadi tempat pasar besar Barabashovo. Menopang pertahanan Ukraina juga menjadi tema besar bagi pengusaha di sini. Ini adalah pasar terbesar di Eropa timur, dengan 15.000 toko dan 60.000 karyawan.
Salah satunya adalah Viktor Kuzmenko, yang menjual sistem pemanas untuk bangunan. Ketika konflik dengan Rusia dimulai pada 2014, Kuzmenko kehilangan 70% bisnisnya dalam beberapa bulan - termasuk hampir semua pelanggan setianya di Rusia. Dia hampir berhasil mempertahankan bisnisnya, sebagian besar melalui penjualan online.
Januari biasanya cukup lambat, tapi sebulan terakhir ini dia merugi. "Saya bergantung pada orang-orang dengan banyak uang yang siap berinvestasi dalam konstruksi, namun tidak ada yang akan berinvestasi dalam konstruksi di tempat di mana ada ancaman sekecil sekalipun," katanya.
Seperti banyak rekan pengusaha lainnya, Kuzmenko telah menggali tabungannya untuk mendukung pasukan Ukraina di garis depan. "Negara saya sedang dalam kondisi genting, saya tidak bisa berdiri di pinggir lapangan," katanya. Dengan uang yang mereka kumpulkan, mereka membeli makanan kaleng, kaus kaki, dan sabun yang dikirim ke pasukan.
Kuzmenko dan banyak pemilik bisnis lainnya sebagian besar pasrah dengan ancaman yang dihadapi negara mereka dan ke sektor bisnis, menurut Peter Dickinson, penerbit majalah Business Ukraina.
"Salah satu narasi utama (Rusia) adalah bahwa Ukraina gagal -tempat yang kacau, tanpa hukum, disfungsional- jadi, jelas merusak ekonomi adalah bagian besar dari (strategi) itu," jelasnya.
Dampak langsungnya adalah penarikan investasi Barat. "Itu membuat Ukraina beracun, karena Ukraina tiba-tiba menjadi berisiko tinggi," tambahnya.
Ketua Forum Ukraina, Orysia Lutsevych di Chatham House setuju ada strategi yang disengaja untuk melemahkan modernisasi Ukraina…. "Rusia akan melakukan segalanya agar Ukraina menjadi zona penyangga abu-abu ini, di mana Rusia akan mengambil alih. Sementara Barat akan terlalu menghindari risiko untuk terlibat dengan Ukraina."'
Lutsevych mengatakan, Ukraina membutuhkan dukungan ekonomi eksternal untuk menopang perekonomiannya, dan khususnya untuk membantu usaha kecil dan menengah. Ini bisa datang, katanya, dari tempat-tempat seperti Dana Moneter Internasional, Bank Investasi Eropa, atau Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan.
Dia ingin melihat penciptaan "instrumen (keuangan) baru untuk mendukung usaha kecil dan menengah karena mereka menjadi korban terbesar dari penderitaan, di atas Covid"
"Ukraina telah melakukannya dengan sangat baik selama delapan tahun terakhir untuk membangun kembali ekonomi dari guncangan tahun 2014, ketika perang dimulai. Ini merupakan pukulan bagi mereka dan memang disengaja," kata Dickinson.
Yang lain berharap akan ada periode regenerasi pada akhirnya, terutama untuk industri seperti desain dan teknik - mencerminkan tahun-tahun setelah 2014. "Setelah periode krisis, industri kreatif dan baru yang berkembang," kata Dr Olga Onuch, profesor di Politik, Universitas Manchester.
Namun untuk saat ini, kembali ke Zfort, Roman Shekin berharap situasi tersebut dapat segera teratasi. Untuk saat ini, dia mengatakan kepada kliennya untuk menahan diri.
"Kami mungkin akan mendirikan kantor di luar Ukraina di negara-negara seperti Polandia atau Slovakia. Kami harus menunjukkan kepada klien kami bahwa kami dapat menjaga proyek mereka aman dan terlindungi, apa pun yang terjadi," terangnya.
Khususnya di kota kedua Ukraina, Kharkiv yang terletak hanya 26 mil (46 km) dari perbatasan. Lebih dari 100.000 tentara Rusia berkumpul di beberapa titik strategis di sepanjang perbatasan, tetapi Rusia menyangkal bahwa pihaknya merencanakan serangan.
Sebagian besar pengusaha Kharkiv dengan jelas mengingat tantangan besar yang mereka hadapi untuk membuat roda bisnis tetap berjalan setelah konflik bersenjata di Ukraina timur pecah pada tahun 2014.
"Klien kami sangat prihatin," kata Roman Shekin, selaku Chief Operating Officer dari perusahaan perangkat lunak Zfort, di Kharkiv.
"Apa yang kami coba sampaikan kepada mereka adalah, kami siap untuk hal-hal yang tidak terduga, karena kami telah berperang selama beberapa tahun," paparnya.
Pada tahun 2014, Rusia merebut Krimea yang kemudian pertempuran pecah pada wilayah Donbas di Ukraina timur, yang sebagiannya sekarang dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.
Selama beberapa bulan, bisnis di Ukraina kehilangan sebagian besar pelanggan dan pemasok mereka di Rusia. Dalam semalam, konflik memutuskan hubungan lintas batas lama yang sudah mapan. Banyak perusahaan runtuh dan banyak lagi yang harus memulai dari nol.
Bagi banyak orang telah merasakan bagaimana sulitnya membangun kembali bisnis yang telah hancur.
Zfort adalah satu dari ribuan perusahaan IT Ukraina yang berkembang sejak 2014, membuat aplikasi dan situs web untuk klien di AS dan Eropa Barat. Shekin berusaha meyakinkan kliennya yang khawatir, tetapi beberapa katanya, telah menunda kontrak menunggu kejelasan lebih lanjut.
Dia berharap bisa menenangkan para klien dengan menjelaskan rencana darurat Zfort. "Semua infrastruktur kami berbasis cloud dan dihosting di server Eropa. Kami dapat melanjutkan operasi bahkan jika sesuatu terjadi pada kantor kami di sini... karyawan kami hanya akan pindah ke tempat yang aman dan terhubung dari jarak jauh," jelasnya.
Tetapi untuk industri berat tradisional Kharkiv, mensetting laptop dari jarak jauh bukanlah suatu pilihan. Tepat di pusat kota ada Kharkiv State Aircraft Manufacturer, di mana pesawat unggulan Antonov diproduksi.
Tapi tidak ada pesawat yang dibangun di sini selama delapan tahun, karena 70% komponen yang dibutuhkan berasal dari Rusia. Perusahaan itu sekarang berhutang USD170 juta, dan telah berusaha menarik investor asing untuk menyelamatkannya dari kebangkrutan.
Managing Director, Oleksandr Kryvokon mengatakan, minat investasi dari negara-negara Barat telah mengering. Tetapi karena peningkatan tekanan terbaru dari Rusia di perbatasan, dia melihat peluang potensial.
Kryvokon ingin perusahaan Ukraina berkolaborasi dengannya dalam memproduksi pesawat untuk mempertahankan tanah air mereka. "Banyak pabrik mulai berpikir, jika ada konflik, apa yang akan kita lakukan untuk membantu Ukraina?" ucapnya.
Sementara itu di seberang kota menjadi tempat pasar besar Barabashovo. Menopang pertahanan Ukraina juga menjadi tema besar bagi pengusaha di sini. Ini adalah pasar terbesar di Eropa timur, dengan 15.000 toko dan 60.000 karyawan.
Salah satunya adalah Viktor Kuzmenko, yang menjual sistem pemanas untuk bangunan. Ketika konflik dengan Rusia dimulai pada 2014, Kuzmenko kehilangan 70% bisnisnya dalam beberapa bulan - termasuk hampir semua pelanggan setianya di Rusia. Dia hampir berhasil mempertahankan bisnisnya, sebagian besar melalui penjualan online.
Januari biasanya cukup lambat, tapi sebulan terakhir ini dia merugi. "Saya bergantung pada orang-orang dengan banyak uang yang siap berinvestasi dalam konstruksi, namun tidak ada yang akan berinvestasi dalam konstruksi di tempat di mana ada ancaman sekecil sekalipun," katanya.
Seperti banyak rekan pengusaha lainnya, Kuzmenko telah menggali tabungannya untuk mendukung pasukan Ukraina di garis depan. "Negara saya sedang dalam kondisi genting, saya tidak bisa berdiri di pinggir lapangan," katanya. Dengan uang yang mereka kumpulkan, mereka membeli makanan kaleng, kaus kaki, dan sabun yang dikirim ke pasukan.
Kuzmenko dan banyak pemilik bisnis lainnya sebagian besar pasrah dengan ancaman yang dihadapi negara mereka dan ke sektor bisnis, menurut Peter Dickinson, penerbit majalah Business Ukraina.
"Salah satu narasi utama (Rusia) adalah bahwa Ukraina gagal -tempat yang kacau, tanpa hukum, disfungsional- jadi, jelas merusak ekonomi adalah bagian besar dari (strategi) itu," jelasnya.
Dampak langsungnya adalah penarikan investasi Barat. "Itu membuat Ukraina beracun, karena Ukraina tiba-tiba menjadi berisiko tinggi," tambahnya.
Ketua Forum Ukraina, Orysia Lutsevych di Chatham House setuju ada strategi yang disengaja untuk melemahkan modernisasi Ukraina…. "Rusia akan melakukan segalanya agar Ukraina menjadi zona penyangga abu-abu ini, di mana Rusia akan mengambil alih. Sementara Barat akan terlalu menghindari risiko untuk terlibat dengan Ukraina."'
Lutsevych mengatakan, Ukraina membutuhkan dukungan ekonomi eksternal untuk menopang perekonomiannya, dan khususnya untuk membantu usaha kecil dan menengah. Ini bisa datang, katanya, dari tempat-tempat seperti Dana Moneter Internasional, Bank Investasi Eropa, atau Bank Eropa untuk Rekonstruksi dan Pembangunan.
Dia ingin melihat penciptaan "instrumen (keuangan) baru untuk mendukung usaha kecil dan menengah karena mereka menjadi korban terbesar dari penderitaan, di atas Covid"
"Ukraina telah melakukannya dengan sangat baik selama delapan tahun terakhir untuk membangun kembali ekonomi dari guncangan tahun 2014, ketika perang dimulai. Ini merupakan pukulan bagi mereka dan memang disengaja," kata Dickinson.
Yang lain berharap akan ada periode regenerasi pada akhirnya, terutama untuk industri seperti desain dan teknik - mencerminkan tahun-tahun setelah 2014. "Setelah periode krisis, industri kreatif dan baru yang berkembang," kata Dr Olga Onuch, profesor di Politik, Universitas Manchester.
Namun untuk saat ini, kembali ke Zfort, Roman Shekin berharap situasi tersebut dapat segera teratasi. Untuk saat ini, dia mengatakan kepada kliennya untuk menahan diri.
"Kami mungkin akan mendirikan kantor di luar Ukraina di negara-negara seperti Polandia atau Slovakia. Kami harus menunjukkan kepada klien kami bahwa kami dapat menjaga proyek mereka aman dan terlindungi, apa pun yang terjadi," terangnya.
(akr)