Konflik Rusia-Ukraina Pengaruhi Aktivitas Ekspor Sulsel
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Indonesia khususnya Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) memiliki hubungan dagang yang cukup erat dengan Rusia dan Ukraina. Terdapat sejumlah komoditas yang diekspor Sulsel ke kedua negara tersebut.
Konflik Rusia dan Ukraina yang semakin memanas sejak 24 Februari 2022 yang ditandai dengan invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, turut berdampak terhadap aktivitas ekspor Sulsel.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina
Rusia merupakan pintu masuk perdagangan Indonesia ke negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) yang meliputi Rusia, Armenia, Belarusia, Kirgistan, dan Kazakhstan.
"Indonesia juga mengimpor pupuk non organik, bahan kimia, tembaga dari Rusia. Ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi CPO dan turunannya, kopra, karet alam, mentega, cocoa, dan lainnya," urai Ashari, Senin (7/3/2022).
Dia melanjutkan, Ukraina juga memiliki hubungan dagang yang erat dengan Indonesia, meskipun merupakan mitra dagang non-tradisional. Indonesia adalah salah satu importir utama gandum di dunia. Posisinya melampaui Turki dan Mesir, dua negara yang menjadikan gandum sebagai makanan pokok.
Baca Juga: Badan Pusat Statistik (BPS)
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Sulsel, Dewa Nyoman Mahendra menambahkan, ekspor Sulsel ke Ukraina pada tahun 2021 lalu mencapai 365 ribu Dollar AS.
"Komoditas yang diekspor utamanya ikan (2021), dan pada tahun 2020 berupa saps dan ekstrak sayuran," sebut Nyoman.
Sedangkan ke negara Rusia, Sulsel berhasil mengekspor senilai 20,8 juta Dollar AS. Angka itu mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 41,05 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020 lalu.
Baca Juga: Rusia dengan Ukraina
Berbeda dengan Rusia, ekspor komoditas Sulsel ke Ukraina terhambat sejak hari pertama invasi karena wilayah pengiriman barang dikuasai oleh Rusia.
"Selama ini masih bisa masuk ke Rusia karena pelabuhan jauh dari konflik perang. Yang bermasalah ke Ukraina, barang susah masuk karena dikuasai oleh Rusia," jelas Nyoman.
Baca Juga: Rusia
"Saat ini transaksi masih lancar, tapi ada sanksi internasional terhadap Rusia. Jadi potensi ke depan, bahwa transaksi akan terhambat," pungkas Nyoman.
Konflik Rusia dan Ukraina yang semakin memanas sejak 24 Februari 2022 yang ditandai dengan invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina, turut berdampak terhadap aktivitas ekspor Sulsel.
Baca Juga: Rusia dan Ukraina
Rusia merupakan pintu masuk perdagangan Indonesia ke negara-negara anggota Uni Ekonomi Eurasia (EAEU) yang meliputi Rusia, Armenia, Belarusia, Kirgistan, dan Kazakhstan.
"Indonesia juga mengimpor pupuk non organik, bahan kimia, tembaga dari Rusia. Ekspor utama Indonesia ke Rusia meliputi CPO dan turunannya, kopra, karet alam, mentega, cocoa, dan lainnya," urai Ashari, Senin (7/3/2022).
Dia melanjutkan, Ukraina juga memiliki hubungan dagang yang erat dengan Indonesia, meskipun merupakan mitra dagang non-tradisional. Indonesia adalah salah satu importir utama gandum di dunia. Posisinya melampaui Turki dan Mesir, dua negara yang menjadikan gandum sebagai makanan pokok.
Baca Juga: Badan Pusat Statistik (BPS)
Kepala Bidang Pengembangan Perdagangan Luar Negeri Dinas Perdagangan Sulsel, Dewa Nyoman Mahendra menambahkan, ekspor Sulsel ke Ukraina pada tahun 2021 lalu mencapai 365 ribu Dollar AS.
"Komoditas yang diekspor utamanya ikan (2021), dan pada tahun 2020 berupa saps dan ekstrak sayuran," sebut Nyoman.
Sedangkan ke negara Rusia, Sulsel berhasil mengekspor senilai 20,8 juta Dollar AS. Angka itu mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 41,05 persen jika dibandingkan dengan tahun 2020 lalu.
Baca Juga: Rusia dengan Ukraina
Berbeda dengan Rusia, ekspor komoditas Sulsel ke Ukraina terhambat sejak hari pertama invasi karena wilayah pengiriman barang dikuasai oleh Rusia.
"Selama ini masih bisa masuk ke Rusia karena pelabuhan jauh dari konflik perang. Yang bermasalah ke Ukraina, barang susah masuk karena dikuasai oleh Rusia," jelas Nyoman.
Baca Juga: Rusia
"Saat ini transaksi masih lancar, tapi ada sanksi internasional terhadap Rusia. Jadi potensi ke depan, bahwa transaksi akan terhambat," pungkas Nyoman.
(luq)