CEO Shell Minta Maaf Usai Ketahuan Diam-diam Beli Minyak Mentah Rusia
loading...
A
A
A
TEXAS - Shell meminta maaf usai ketahuan membeli minyak mentah Rusia karena tergiur dengan harga murah pada akhir pekan kemarin. Perusahaan raksasa migas itu juga berjanji bakal berhenti membeli minyak mentah dari Rusia.
Shell juga mengungkapkan, bakal akan menutup semua stasiun layanan pengisian bahan bakar di negara itu dan menghentikan semua aktivitas bisnis di Rusia saat ini. Sebelumnya Shell mendapatkan kecaman usai membeli kargo minyak mentah Rusia dengan harga diskon.
Chief Executive Officer Shell, Ben van Beurden mengakui, apapun alasan membeli minyak Rusia merupakan tindakan yang salah. "Kami sangat menyadari bahwa keputusan kami minggu lalu untuk membeli kargo minyak mentah Rusia. Itu bukanlah tindakan yang benar dan kami minta maaf," kata van Beurden.
Pihak perusahaan juga mengungkapkan, bakal segera berhenti membeli minyak mentah Rusia dan menutup sekitar 500 stasiun pengisian bahan bakar di sana, serta menghentikan operasional pengiriman bahan bakar untuk penerbangan dan pelumas di negara itu.
Sisanya terkait keputusan cabut dari perusahaan patungan minyak dan gas dengan Rusia diperkirakan akan memakan waktu. Sementara itu Menteri luar negeri Ukraina sempat mengecam tindakan perusahaan di media sosial setelah mengetahui Shell membeli minyak mentah dari Rusia.
"Bukankah minyak Rusia tercium bau darah Ukraina untuk Anda?" tanya Dmytro Kuleba.
Tantangan Kompleks
Ben van Beurden mengutarakan, bahwa keluar dari pasar minyak Rusia menjadi tantangan yang kompleks. "Mengubah bagian sistem energi ini akan membutuhkan tindakan bersama oleh pemerintah, pemasok energi dan pelanggan, dan transisi ke pasokan energi lainnya akan memakan waktu lebih lama," paparnya.
Ketika Shell dipaksa untuk tetap melakukan pembelian minyak mentah Rusia selama akhir pekan, ia bersikeras bahwa mereka 'tidak memiliki alternatif' untuk menjaga pasokan bahan bakar sampai tepat waktu ke Eropa.
Minyak mentah Rusia saat ini membentuk sekitar 8% dari pasokan Shell. Salah satu kilang perusahaan, yang memproduksi diesel dan bensin dan produk lainnya, juga termasuk yang terbesar di Eropa.
Kargo dari sumber lain diterangkan tidak akan tiba tepat waktu dan langkah itu diambil untuk menghindari gangguan pasokan pasar, katanya.
Namun, masih belum jelas bagaimana langkah rinci Shell untuk menggantikan pasokan minyak yang dihasilkan oleh Rusia. "Tantangan ini menyoroti dilema antara menekan pemerintah Rusia atas kekejamannya di Ukraina dan memastikan pasokan energi yang stabil dan aman di seluruh Eropa," kata van Beurden.
"Tapi pada akhirnya, jalan bagi pemerintah adalah dengan memutuskan trade-off yang sangat sulit yang harus dilakukan selama perang di Ukraina," jelasnya.
Dia menambahkan bahwa perusahaan akan terus bekerja dengan pemerintah tentang bagaimana mengelola dampak potensial pada pasokan energi.
Shell juga mengungkapkan, bakal akan menutup semua stasiun layanan pengisian bahan bakar di negara itu dan menghentikan semua aktivitas bisnis di Rusia saat ini. Sebelumnya Shell mendapatkan kecaman usai membeli kargo minyak mentah Rusia dengan harga diskon.
Chief Executive Officer Shell, Ben van Beurden mengakui, apapun alasan membeli minyak Rusia merupakan tindakan yang salah. "Kami sangat menyadari bahwa keputusan kami minggu lalu untuk membeli kargo minyak mentah Rusia. Itu bukanlah tindakan yang benar dan kami minta maaf," kata van Beurden.
Pihak perusahaan juga mengungkapkan, bakal segera berhenti membeli minyak mentah Rusia dan menutup sekitar 500 stasiun pengisian bahan bakar di sana, serta menghentikan operasional pengiriman bahan bakar untuk penerbangan dan pelumas di negara itu.
Sisanya terkait keputusan cabut dari perusahaan patungan minyak dan gas dengan Rusia diperkirakan akan memakan waktu. Sementara itu Menteri luar negeri Ukraina sempat mengecam tindakan perusahaan di media sosial setelah mengetahui Shell membeli minyak mentah dari Rusia.
"Bukankah minyak Rusia tercium bau darah Ukraina untuk Anda?" tanya Dmytro Kuleba.
Tantangan Kompleks
Ben van Beurden mengutarakan, bahwa keluar dari pasar minyak Rusia menjadi tantangan yang kompleks. "Mengubah bagian sistem energi ini akan membutuhkan tindakan bersama oleh pemerintah, pemasok energi dan pelanggan, dan transisi ke pasokan energi lainnya akan memakan waktu lebih lama," paparnya.
Ketika Shell dipaksa untuk tetap melakukan pembelian minyak mentah Rusia selama akhir pekan, ia bersikeras bahwa mereka 'tidak memiliki alternatif' untuk menjaga pasokan bahan bakar sampai tepat waktu ke Eropa.
Baca Juga
Minyak mentah Rusia saat ini membentuk sekitar 8% dari pasokan Shell. Salah satu kilang perusahaan, yang memproduksi diesel dan bensin dan produk lainnya, juga termasuk yang terbesar di Eropa.
Kargo dari sumber lain diterangkan tidak akan tiba tepat waktu dan langkah itu diambil untuk menghindari gangguan pasokan pasar, katanya.
Namun, masih belum jelas bagaimana langkah rinci Shell untuk menggantikan pasokan minyak yang dihasilkan oleh Rusia. "Tantangan ini menyoroti dilema antara menekan pemerintah Rusia atas kekejamannya di Ukraina dan memastikan pasokan energi yang stabil dan aman di seluruh Eropa," kata van Beurden.
"Tapi pada akhirnya, jalan bagi pemerintah adalah dengan memutuskan trade-off yang sangat sulit yang harus dilakukan selama perang di Ukraina," jelasnya.
Dia menambahkan bahwa perusahaan akan terus bekerja dengan pemerintah tentang bagaimana mengelola dampak potensial pada pasokan energi.
(akr)