Putin Balas Dendam, Sita Aset Perusahaan Barat yang Eksodus dari Rusia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Serangkaian sanksi barat telah mendorong perusahaan asing eksodus dari Rusia. Semakin banyak daftar perusahaan meninggalkan negara itu setelah invasi ke Ukraina. Raksasa teknologi sepertiAppledanSamsungtelah menarik produk mereka dari negara tersebut, sementara jaringan makanan cepat saji termasukMcDonaldsdanStarbucksjuga telah bergabung bersama Ikeauntuk menutup semua lokasi, toko, dan pabrik mereka di negara tersebut.
Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya tak terima dan melakukan perlawanan. Berbicara dengan pejabat pemerintah secara virtual Kamis kemarin, Putin mengatakan akan mencari solusi hukum yang memungkinkan menyita aset perusahaan barat yang kabur dari Rusia.
Aset-aset tersebut akan digunakan untuk kepentingan bisnis Rusia. Langkah tersebut diyakini akan melindungi industri di dalam negeri. "Kami tidak akan membiarkan kerusakan apa pun terhadap industri lokal Rusia," tegas Putin.
Sementara itu, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan undang-undang telah dirancang untuk mengambil kendali kepemilikan asing di atas 25 persen. Berdasarkan laporan Bloomberg, Kementerian Keuangan Rusia berencana melelang aset yang disita daripada menasionalisasi di bawah negara.
Meski barat masih memiliki aset dan lokasi fisik di Rusia, tapi tidak satupun dari mereka melakukan aktivitas produksi sabagai upaya meminimalkan potensi kerugian bisnis. Apple, misalnya, tidak memproduksi produk apa pun di Rusia sebelum invasi, dan perusahaan telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan semua penjualan dan pengiriman barangnya ke Rusia. Jadi apabila Rusia ingin merebut kembali Apple Store, itu akan kosong.
Putin kemungkinan akan menghadapi masalah serupa saat mencoba menciptakan nilai aset milik asing lainnya yang masih tersisa di Rusia. Pedagang pengecer seperti Nike, Zara, dan Levi's semuanya telah mengumumkan rencana untuk meninggalkan negara itu.
Tak hanya itu, pemerintah Rusia juga berencana menyita pesawat jet senilai USD20 miliar yang disewa oleh perusahaan asing ke Aeroflot, maskapai nasional Rusia,menurutThe Guardian. Langkah itu merupakan salah satu serangan balasan pertama yang dilancarkan Putin.
Balasan Putin terhadap sanksi dengan merebut aset barat memicu reaksi Gedung Putih. "Jika mereka mengambil tindakan itu, saya yakin akan ada langkah yang akan kami ambil," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
Presiden Rusia Vladimir Putin tampaknya tak terima dan melakukan perlawanan. Berbicara dengan pejabat pemerintah secara virtual Kamis kemarin, Putin mengatakan akan mencari solusi hukum yang memungkinkan menyita aset perusahaan barat yang kabur dari Rusia.
Aset-aset tersebut akan digunakan untuk kepentingan bisnis Rusia. Langkah tersebut diyakini akan melindungi industri di dalam negeri. "Kami tidak akan membiarkan kerusakan apa pun terhadap industri lokal Rusia," tegas Putin.
Sementara itu, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengatakan undang-undang telah dirancang untuk mengambil kendali kepemilikan asing di atas 25 persen. Berdasarkan laporan Bloomberg, Kementerian Keuangan Rusia berencana melelang aset yang disita daripada menasionalisasi di bawah negara.
Meski barat masih memiliki aset dan lokasi fisik di Rusia, tapi tidak satupun dari mereka melakukan aktivitas produksi sabagai upaya meminimalkan potensi kerugian bisnis. Apple, misalnya, tidak memproduksi produk apa pun di Rusia sebelum invasi, dan perusahaan telah mengumumkan bahwa mereka akan menghentikan semua penjualan dan pengiriman barangnya ke Rusia. Jadi apabila Rusia ingin merebut kembali Apple Store, itu akan kosong.
Putin kemungkinan akan menghadapi masalah serupa saat mencoba menciptakan nilai aset milik asing lainnya yang masih tersisa di Rusia. Pedagang pengecer seperti Nike, Zara, dan Levi's semuanya telah mengumumkan rencana untuk meninggalkan negara itu.
Tak hanya itu, pemerintah Rusia juga berencana menyita pesawat jet senilai USD20 miliar yang disewa oleh perusahaan asing ke Aeroflot, maskapai nasional Rusia,menurutThe Guardian. Langkah itu merupakan salah satu serangan balasan pertama yang dilancarkan Putin.
Balasan Putin terhadap sanksi dengan merebut aset barat memicu reaksi Gedung Putih. "Jika mereka mengambil tindakan itu, saya yakin akan ada langkah yang akan kami ambil," kata Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki.
(nng)