Sri Mulyani Sebut Ekonomi Global Penyebab Penurunan Ekspor
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 mengalami surplus sekitar USD2,1 miliar. Surplus terjadi karena penurunan nilai impor yang sangat tajam, dibanding penurunan nilai ekspor.
Nilai ekspor pada Mei tercatat sebesar USD10,53 miliar atau turun 28,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai impor RI pada Mei mencapai USD8,44 miliar atau turun sebesar 42,2%.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meskipun surplus namun neraca perdagangan kita harus terus diwaspadai. Mengingat, baik ekspor maupun impor mengalami penurunan yang signifikan. ( Baca: Sri Mulyani Waspadai Dampak Penurunan Impor Terhadap Manufaktur )
"Ekspor kita mengalami pelemahan karena ekonomi global. India mengalami kontraksi double digit, Eropa double digit, AS hampir 10% di kuartal I, Jepang pun sama," ujarnya dalam telekonferensi APBN KiTA, Selasa (16/6/2020).
Khusus ekspor, penurunan terjadi akibat situasi global yang terus menurun. Bahkan, negara-negara lain pun mengalami kontraksi yang cukup besar, termasuk Amerika Serikat hingga Jepang.
Bila dilihat berdasarkan sektor, penurunan ekspor terlihat di sektor pertanian yang turun 16,97% (MoM) dan secara tahunan turun 25,48% (YoY). Kemudian untuk industri pengolahan yang turun 14,92% (Mom) atau 25,90% (YoY).
Lalu untuk sektor pertambangan dan lainnya yang terkoreksi 13,7% (MoM) atau bila secara tahunan turun 38,71% (YoY). Sementara, sektor minyak dan gas (migas) masih mengalami pertumbuhan sebesar 15,64% (MoM). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai ekspor migas Indonesia terkoreksi 42,64% yoy.
Nilai ekspor pada Mei tercatat sebesar USD10,53 miliar atau turun 28,9% jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan nilai impor RI pada Mei mencapai USD8,44 miliar atau turun sebesar 42,2%.
Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, meskipun surplus namun neraca perdagangan kita harus terus diwaspadai. Mengingat, baik ekspor maupun impor mengalami penurunan yang signifikan. ( Baca: Sri Mulyani Waspadai Dampak Penurunan Impor Terhadap Manufaktur )
"Ekspor kita mengalami pelemahan karena ekonomi global. India mengalami kontraksi double digit, Eropa double digit, AS hampir 10% di kuartal I, Jepang pun sama," ujarnya dalam telekonferensi APBN KiTA, Selasa (16/6/2020).
Khusus ekspor, penurunan terjadi akibat situasi global yang terus menurun. Bahkan, negara-negara lain pun mengalami kontraksi yang cukup besar, termasuk Amerika Serikat hingga Jepang.
Bila dilihat berdasarkan sektor, penurunan ekspor terlihat di sektor pertanian yang turun 16,97% (MoM) dan secara tahunan turun 25,48% (YoY). Kemudian untuk industri pengolahan yang turun 14,92% (Mom) atau 25,90% (YoY).
Lalu untuk sektor pertambangan dan lainnya yang terkoreksi 13,7% (MoM) atau bila secara tahunan turun 38,71% (YoY). Sementara, sektor minyak dan gas (migas) masih mengalami pertumbuhan sebesar 15,64% (MoM). Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, nilai ekspor migas Indonesia terkoreksi 42,64% yoy.
(uka)