Diminta Bayar Gas Pakai Rubel, Pembeli Eropa Kelimpungan

Kamis, 24 Maret 2022 - 11:45 WIB
loading...
Diminta Bayar Gas Pakai Rubel, Pembeli Eropa Kelimpungan
Kebijakan baru Rusia yang meminta pembayaran dalam rubel untuk ekspor gas alamnya membuat pembeli Eropa kebingungan. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Kelompok industri gas Jerman Zukunft Gas mengaku kebingungan setelah Presiden Rusia Vladimir Putin meminta pembayaran pasokan gas alam Rusia dialihkan menggunakan rubel.

"Kami sangat bingung saat menerima pesan bahwa Rusia ingin (kami) membayar pasokan gas hanya dalam rubel," kata Direktur Jenderal Zukunft Gas Timm Kehler mengatakan kepada agen DPA, seperti dilansir RT.com, Kamis (24/3/2022). "Kami tidak dapat memprediksi saat ini implikasi spesifik apa yang akan terjadi pada perdagangan gas," sambung Kehler.



Sementara itu, OMV Austria mengatakan akan terus membayar gas Rusia dalam euro. Pasalnya, menurut pimpinan perusahaan, mereka tidak memiliki dasar kontrak lain. Presiden Putin diketahui telah menginstruksikan bank sentral dan pemerintah untuk menyiapkan mekanisme pembelian rubel di pasar domestik oleh para pembeli gas Rusia dalam waktu seminggu.

Putin sehari sebelumnya mengumumkan bahwa Rusia sekarang hanya menerima pembayaran dalam rubel untuk ekspor gas ke negara-negara yang dinilai "tidak bersahabat". Langkah ini merupakan tanggapan serius pertama dari Moskow atas sanksi yang dijatuhkan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya terhadap Rusia.

Segera setelah pengumuman tersebut, nilai tukar rubel melonjak terhadap dolar AS (USD) maupun euro. Mata uang Rusia itu naik ke level tertinggi dalam tiga minggu terakhir di 95 rubel terhadap USD. Rubel juga menguat 3,5% terhadap mata uang Uni Eropa (UE), diperdagangkan pada 110,5 rubel per euro.



Sebelumnya, akibat sanksi Barat, rubel sempat jatuh ke posisi terendah dalam sejarah awal bulan ini, ke rekor terendah 132 rubel per USD dan 147 rubel per euro pada 7 Maret. Padahal, pada pertengahan Februari nilai tukar rubel masih berada di sekitar 75 rubel per USD dan 85 rubel per euro.

Presiden Putin juga mengutarakan rencana Rusia untuk meninggalkan semua mata uang yang dinilai "terkompromikan" dalam penyelesaian pembayaran gas.

"Selama beberapa minggu terakhir, seperti yang Anda tahu, beberapa negara Barat mengadopsi keputusan yang melanggar hukum untuk membekukan aset Rusia," kata Putin dalam pertemuan pemerintah yang diadakan melalui tautan video. "Barat secara de facto telah menghancurkan sendiri kredibilitas mata uangnya," tegasnya.

Putin juga memastikan bahwa Rusia akan terus memasok gas sesuai dengan volume dan prinsip harga yang disepakati dalam kontrak. Hanya mata uang pembayaran yang akan berubah.
(fai)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5980 seconds (0.1#10.140)