Ngotot Tak Mau Bayar Gas Pakai Rubel, Pemimpin UE: Ini Pelanggaran Kontrak!

Jum'at, 25 Maret 2022 - 15:23 WIB
loading...
Ngotot Tak Mau Bayar...
Sejumlah pemimpin negara Uni Eropa menyebut keputusan Putin meminta rubel untuk pembayaran gas Rusia sebagai pelanggaran kontrak. Foto/Ilustrasi/Reuters
A A A
JAKARTA - Para pemimpin dari sejumlah negara anggota Uni Eropa (UE) pada Kamis (24/3) mengatakan bahwa keputusan Rusia yang memaksa negara-negara "tidak bersahabat" menggunakan rubel untuk membeli minyak dan gasnya berarti pelanggaran kontrak pasokan.

Pernyataan Presiden Vladimir Putin Rabu (23/3) lalu yang meminta pembayaran dalam rubel untuk pengiriman gasnya ke Eropa telah mengerek harga dan menimbulkan kekhawatiran di Eropa memperoleh sekitar 40% gasnya dari Rusia.



Jerman dan Italia mengatakan bahwa langkah itu mungkin melanggar kontrak pasokan energi. Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan, mata uang yang harus dibayar perusahaan Jerman untuk bahan bakar fosil Rusia telah ditetapkan dalam kontrak mereka.

"Ada kontrak tetap di mana-mana, dengan mata uang di mana pengiriman harus dibayar menjadi bagian dari kontrak ini yang dalam banyak kasus adalah dalam euro atau dolar," kata Scholz di sela pertemuan puncak Uni Eropa di Brussels Kamis lalu, seperti dilansir Reuters, Jumat (25/3/2022).

Hal itu diamini oleh Perdana Menteri Italia Mario Draghi. "Ini pada dasarnya adalah pelanggaran kontrak, ini penting untuk dipahami," tegasnya.

Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen juga menyatakan persetujuannya, dan mengatakan bahwa keputusan Kremlin itu merupakan upaya untuk menghindari sanksi Uni Eropa terhadap Rusia. "Kami tidak akan membiarkan sanksi kami dielakkan. Waktu di mana energi dapat digunakan untuk memeras kami sudah berakhir," cetusnya.

Pembayaran dalam rubel akan menopang mata uang Rusia yang telah anjlok sejak invasi 24 Februari. Pidato Putin soal pembayaran gas dengan rubel berhasil mengangkat mata uang Rusia itu 9% terhadap dolar pada Rabu lalu.



Analis mengatakan, pembayaran rubel akan dimungkinkan tanpa melanggar sanksi UE, yang tidak secara langsung mengenai pasokan minyak dan gas tetapi menargetkan bank yang dapat terlibat dalam transaksi rubel.

Pengekspor gas utama Rusia, Gazprom, memiliki lebih dari 40 perjanjian gas jangka panjang dengan mitra Eropa, di mana Eropa membayar ratusan juta euro per hari ke Moskow untuk bahan bakar fosil. Menurut Gazprom, sekitar 97% dari penjualan gasnya ke Eropa dan negara-negara lain pada 27 Januari diselesaikan dalam euro atau dolar AS.

Gangguan terhadap impor minyak dan gas Rusia akan memukul beberapa negara Uni Eropa lebih keras daripada yang lainnya. Jerman misalnya, adalah konsumen energi dan ekonomi terbesar di Eropa yang menerima 18% dari ekspor gas Rusia dan 11% dari minyaknya.

Di bagian lain, Presiden Lithuania Gitanas NausÄ—da mengatakan dia tidak takut dengan permintaan Putin, karena Latvia tidak mengimpor minyak mentah Rusia dan dapat mengganti gas Rusia dengan gas alam cair dari tempat lain. "Tidak ada yang akan membayar dalam rubel," kata Perdana Menteri Slovenia Janez Jansa.
(fai)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3270 seconds (0.1#10.140)