Dukung Pemulihan Ekonomi Program Prioritas B30 Perlu Dilanjutkan
loading...
A
A
A
Di tempat terpisah, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Gulat MP Manurung mengatakan program B30 inilah yang menyelamatkan harga tandan buah segar (TBS) petani. "Karena B30 ini harga sawit petani tertolong," katanya.
Faktanya, kata Gulat, rata-rata harga TBS sejak Februari-Mei 2020 lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Padahal di tahun ini terjadi pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan semua sendi-sendi perekonomian dunia.
Gulat mengatakan, harga TBS pada periode Februari-Mei 2020 relatif stabil di kisaran Rp1.600-Rp1.800 per kilogram (kg). Sementara itu pada periode yang sama tahun lalu harga rata-rata TBS petani hanya di kisaran Rp1.100 per kg, bahkan ada yang sampai di bawah Rp1.000.
Menurut Gulat, stabilnya harga TBS di angka yang menguntungkan petani ini dipicu oleh implementasi B30. Pasalnya, industri biodiesel per tahunnya membutuhkan sekitar 7,8 juta ton CPO. "Nah dengan terpakainya 7,8 juta ton CPO tersebut mengatrol harga TBS," jelasnya.
Selain karena adanya penambahan pasar CPO di dalam negeri sebesar itu, kata Gulat, stabilnya harga TBS di tingkat yang menguntungkan petani tersebut juga dipicu oleh kebijakan Pemerintah Malaysia yang memberlakukan lock down. Akibatnya, Malaysia sebagai produsen CPO nomor dua setelah Indonesia ini tidak bisa melakukan kegiatan ekspor.
Pemicu lainnya, kata Gulat, adanya tambahan permintaan dari industri sanitasi dunia. Sejak pandemi Covid-19 ini, permintaan dunia akan produk-produk sanitasi seperti sabun mandi, deterjen, hand sanitazer meningkat. "Data yang saya dapat dari Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) pemanfaatan CPO untuk deterjen dan produk sanitasi lainnya, meningkat 2,5%-3,5% yang dikirim ke seluruh dunia," paparnya.
Faktanya, kata Gulat, rata-rata harga TBS sejak Februari-Mei 2020 lebih tinggi jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Padahal di tahun ini terjadi pandemi Covid-19 yang meluluhlantakkan semua sendi-sendi perekonomian dunia.
Gulat mengatakan, harga TBS pada periode Februari-Mei 2020 relatif stabil di kisaran Rp1.600-Rp1.800 per kilogram (kg). Sementara itu pada periode yang sama tahun lalu harga rata-rata TBS petani hanya di kisaran Rp1.100 per kg, bahkan ada yang sampai di bawah Rp1.000.
Menurut Gulat, stabilnya harga TBS di angka yang menguntungkan petani ini dipicu oleh implementasi B30. Pasalnya, industri biodiesel per tahunnya membutuhkan sekitar 7,8 juta ton CPO. "Nah dengan terpakainya 7,8 juta ton CPO tersebut mengatrol harga TBS," jelasnya.
Selain karena adanya penambahan pasar CPO di dalam negeri sebesar itu, kata Gulat, stabilnya harga TBS di tingkat yang menguntungkan petani tersebut juga dipicu oleh kebijakan Pemerintah Malaysia yang memberlakukan lock down. Akibatnya, Malaysia sebagai produsen CPO nomor dua setelah Indonesia ini tidak bisa melakukan kegiatan ekspor.
Pemicu lainnya, kata Gulat, adanya tambahan permintaan dari industri sanitasi dunia. Sejak pandemi Covid-19 ini, permintaan dunia akan produk-produk sanitasi seperti sabun mandi, deterjen, hand sanitazer meningkat. "Data yang saya dapat dari Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) pemanfaatan CPO untuk deterjen dan produk sanitasi lainnya, meningkat 2,5%-3,5% yang dikirim ke seluruh dunia," paparnya.
(fai)