Satu Dekade BUMN Pupuk: Sukses Lakukan Transformasi Bisnis
loading...
A
A
A
Secara umum, kinerja Pupuk Indonesia Grup di tahun 2021 dapat dikatakan cukup memuaskan. Total produksi, baik pupuk maupun nonpupuk, total mencapai 19,52 juta ton, atau 100,7% dari RKAP. Produksi ini dibarengi juga dengan tingkat efisiensi yang baik, karena consumption rate untuk urea sebesar 27,45 MMBTU/ton dan untuk amoniak sebesar 35,51 MMBTUN/ton. Keduanya 99% dari RKAP. Total penjualan, baik pupuk maupun non pupuk, mencapai 14,19 juta ton atau 100,8% dari RKAP.
“Kami juga sudah menyalurkan 7,92 juta ton pupuk bersubsidi di tahun 2021”, kata Bakir.
Lebih lanjut Bakir menjelaskan bahwa proses transformasi yang dilakukan Pupuk Indonesia telah menunjukan hasil yang nyata, karena terjadi EBITDA uplift sampai sebesar Rp1,03 triliun. Faktor yang berperan dalam EBITDA uplift ini antara lain meningkatnya penjualan sektor retail, baik melalui Retail Management maupun Program Makmur. Kemudian dari proses Inbound dan Outbound Supply Chain sebagai hasil dari pengadaan bersama, sentralisasi pemasaran, dan juga dari hasil optimalisasi asset.
“Untuk Program Makmur, sebagaimana telah dicanangkan Menteri BUMN, kami mentargetkan program ini bisa menjangkau luas tanam 250 ribu hektare dengan beberapa komiditi prioritas seperti padi, jagung, tebu dan juga kopi,” kata Bakir.
Pupuk Indonesia juga terus mengembangkan diri melalui sejumlah proyek strategis. Di tahun 2022, beberapa proyek strategis yang akan dilaksanakan antara lain, proyek pabrik urea, amoniak dan methanol di Papua Barat, Proyek Pusri 3B di Pusri Palembang, proyek Katalis Merah Putih di Cikampek, serta penyelesaian Proyek NPK di PT PIM.
Peningkatan kinerja Pupuk Indonesia juga tak luput dari upaya restrukturisasi di anak-anak perusahaan. “Kami juga melakukan penajaman bisnis bagi beberapa anak perusahaan. Misalnya, PT Mega Eltra yang fokus pada bisnis trading, kemudian PT PI Energi yang berganti nama menjadi PI Utilitas sehingga bisa berbisnis pada layanan utilitas pabrik,”kata Bakir.
Digitalisasi juga tak luput dari perhatian. Perusahaan telah mengembangkan Distribution Control and Planning System (DPCS) untuk memonitor distribusi pupuk dari pabrik hingga ke gudang-gudang distributor di daerah. Dan untuk memudahkan kios dan pendataan penebusan pupuk baik subsidi dan non subsidi, telah dikembangkan RMS atau Retail Management System.
Perusahaan juga telah melakukan perubahan struktur organisasi sehingga menjadi lebih agile menghadapi tantangan bisnis ke depan. “Kami berusaha menciptakan kultur perusahaan yang kolaboratif dan high performing, dengan pengelolaan talenta dan penguatan organisasi,” kata Bakir.
“Kami juga sudah menyalurkan 7,92 juta ton pupuk bersubsidi di tahun 2021”, kata Bakir.
Lebih lanjut Bakir menjelaskan bahwa proses transformasi yang dilakukan Pupuk Indonesia telah menunjukan hasil yang nyata, karena terjadi EBITDA uplift sampai sebesar Rp1,03 triliun. Faktor yang berperan dalam EBITDA uplift ini antara lain meningkatnya penjualan sektor retail, baik melalui Retail Management maupun Program Makmur. Kemudian dari proses Inbound dan Outbound Supply Chain sebagai hasil dari pengadaan bersama, sentralisasi pemasaran, dan juga dari hasil optimalisasi asset.
“Untuk Program Makmur, sebagaimana telah dicanangkan Menteri BUMN, kami mentargetkan program ini bisa menjangkau luas tanam 250 ribu hektare dengan beberapa komiditi prioritas seperti padi, jagung, tebu dan juga kopi,” kata Bakir.
Pupuk Indonesia juga terus mengembangkan diri melalui sejumlah proyek strategis. Di tahun 2022, beberapa proyek strategis yang akan dilaksanakan antara lain, proyek pabrik urea, amoniak dan methanol di Papua Barat, Proyek Pusri 3B di Pusri Palembang, proyek Katalis Merah Putih di Cikampek, serta penyelesaian Proyek NPK di PT PIM.
Peningkatan kinerja Pupuk Indonesia juga tak luput dari upaya restrukturisasi di anak-anak perusahaan. “Kami juga melakukan penajaman bisnis bagi beberapa anak perusahaan. Misalnya, PT Mega Eltra yang fokus pada bisnis trading, kemudian PT PI Energi yang berganti nama menjadi PI Utilitas sehingga bisa berbisnis pada layanan utilitas pabrik,”kata Bakir.
Digitalisasi juga tak luput dari perhatian. Perusahaan telah mengembangkan Distribution Control and Planning System (DPCS) untuk memonitor distribusi pupuk dari pabrik hingga ke gudang-gudang distributor di daerah. Dan untuk memudahkan kios dan pendataan penebusan pupuk baik subsidi dan non subsidi, telah dikembangkan RMS atau Retail Management System.
Perusahaan juga telah melakukan perubahan struktur organisasi sehingga menjadi lebih agile menghadapi tantangan bisnis ke depan. “Kami berusaha menciptakan kultur perusahaan yang kolaboratif dan high performing, dengan pengelolaan talenta dan penguatan organisasi,” kata Bakir.