Sri Mulyani Akui Stabilitas Rupiah Masih Hadapi Tantangan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah dalam hal ini Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mengakui bahwa stabilitas nilai tukar rupiah masih menghadapi tantangan. Namun demikian, Kemenkeu memastikan akan terus menjaga stabilitas rupiah.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan stabilitas nilai tukar juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik yang masih menghadapi tantangan.
"Lemahnya permintaan dan ekonomi global serta kurangnya daya saing ekonomi dan produk domestik telah menyebabkan timbulnya tekanan terhadap neraca perdagangan dan memperbesar defisit neraca transaksi berjalan, seperti yang telah terjadi khususnya di tahun2018," kata Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (18/6/2020).
(Baca Juga: Airlangga Mencemaskan Rupiah Terlalu Kuat, Ini Jawaban Gubernur BI)
Dia melanjutkan, lemahnya permintaan global tidak hanya menyebabkan turunnya permintaan atas produk- produk ekspor Indonesia, tetapi juga pada penurunan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia.
"Di sisi lain, perekonomian domestik yang tengah giat melakukan akselerasi pembangunan infrastruktur telah menyebabkan tingginya kebutuhan impor barang-barang modal dan kebutuhan pembangunan infrastruktur lainnya," kata Sri Mulyani.
Ke depan, perekonomian Indonesia masih menghadapitantangan belum pulihnya pertumbuhan ekonomi global dan ancaman perang dagang yang dapat mengurangi intensitas perdagangan dunia.
"Hal-hal ini tentu dapat menghambat perbaikan kinerja neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan Indonesia yang juga berimplikasi pada pelemahan nilai tukar," jelasnya.
Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengatakan stabilitas nilai tukar juga dipengaruhi oleh kondisi ekonomi domestik yang masih menghadapi tantangan.
"Lemahnya permintaan dan ekonomi global serta kurangnya daya saing ekonomi dan produk domestik telah menyebabkan timbulnya tekanan terhadap neraca perdagangan dan memperbesar defisit neraca transaksi berjalan, seperti yang telah terjadi khususnya di tahun2018," kata Sri Mulyani di Jakarta, Kamis (18/6/2020).
(Baca Juga: Airlangga Mencemaskan Rupiah Terlalu Kuat, Ini Jawaban Gubernur BI)
Dia melanjutkan, lemahnya permintaan global tidak hanya menyebabkan turunnya permintaan atas produk- produk ekspor Indonesia, tetapi juga pada penurunan harga komoditas ekspor unggulan Indonesia.
"Di sisi lain, perekonomian domestik yang tengah giat melakukan akselerasi pembangunan infrastruktur telah menyebabkan tingginya kebutuhan impor barang-barang modal dan kebutuhan pembangunan infrastruktur lainnya," kata Sri Mulyani.
Ke depan, perekonomian Indonesia masih menghadapitantangan belum pulihnya pertumbuhan ekonomi global dan ancaman perang dagang yang dapat mengurangi intensitas perdagangan dunia.
"Hal-hal ini tentu dapat menghambat perbaikan kinerja neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan Indonesia yang juga berimplikasi pada pelemahan nilai tukar," jelasnya.
(fai)