Kirain Rusia, Justru Amerika Serikat yang di Ambang Resesi Ekonomi
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) diprediksi bakal mengalami resesi ekonomi , akibat bank sentral atau Federal Reserve (The Fed) membuat langkah agresif untuk meredam inflasi . Seperti diketahui inflasi Amerika melonjak ke level tertinggi dalam empat dekade.
Kepala Strategi Investasi Bank of America (BofA), Michael Hartnett memperingatkan bahwa lonjakan harga konsumen, dapat memicu penurunan ekonomi di AS. Ditambah sikap bank sentral yang semakin hawkish untuk melawan inflasi, yang berada pada level tertinggi sejak 1982
"'Kejutan inflasi' memburuk, 'kejutan harga' baru saja dimulai, 'kejutan resesi' datang," tulis Hartnett seperti dilansir dari Fox Business, Rabu (13/4/2022).
Para pembuat kebijakan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada bulan Maret. Bahkan, sejak itu mengisyaratkan dukungan untuk kenaikan setengah poin yang lebih cepat pada pertemuan Mei.
Meningkatnya inflasi dan rendahnya pengangguran, pandemi, masalah rantai pasokan, perang antara Rusia dan Ukraina dengan implikasi energi, ditambah gejolak pemilihan di AS dan di tempat lain -seperti Prancis- menjadi sentimen.
Para pelaku pasar memperkirakan lebih dari 80% peluang kenaikan suku bunga setengah poin yang besar dan kuat ketika pembuat kebijakan bertemu bulan depan.
"Jika kami menyimpulkan bahwa pantas untuk bergerak lebih agresif dengan menaikkan suku bunga dana federal lebih dari 25 basis poin pada pertemuan atau rapat, kami akan melakukannya," kata Ketua Federal Reserve Jerome Powell baru-baru ini.
"Dan jika kami memutuskan bahwa kami perlu melakukan pengetatan di luar tindakan netral yang umum dan menjadi sikap yang lebih membatasi, kami akan melakukannya juga,” tambahnya.
Beberapa ekonom percaya The Fed menunggu terlalu lama untuk menghadapi ledakan inflasi, sementara yang lain telah menyatakan keprihatinan bahwa bergerak terlalu cepat untuk menstabilkan harga berisiko memicu resesi ekonomi.
Kepala Strategi Investasi Bank of America (BofA), Michael Hartnett memperingatkan bahwa lonjakan harga konsumen, dapat memicu penurunan ekonomi di AS. Ditambah sikap bank sentral yang semakin hawkish untuk melawan inflasi, yang berada pada level tertinggi sejak 1982
"'Kejutan inflasi' memburuk, 'kejutan harga' baru saja dimulai, 'kejutan resesi' datang," tulis Hartnett seperti dilansir dari Fox Business, Rabu (13/4/2022).
Para pembuat kebijakan menaikkan suku bunga sebesar seperempat poin persentase pada bulan Maret. Bahkan, sejak itu mengisyaratkan dukungan untuk kenaikan setengah poin yang lebih cepat pada pertemuan Mei.
Meningkatnya inflasi dan rendahnya pengangguran, pandemi, masalah rantai pasokan, perang antara Rusia dan Ukraina dengan implikasi energi, ditambah gejolak pemilihan di AS dan di tempat lain -seperti Prancis- menjadi sentimen.
Para pelaku pasar memperkirakan lebih dari 80% peluang kenaikan suku bunga setengah poin yang besar dan kuat ketika pembuat kebijakan bertemu bulan depan.
"Jika kami menyimpulkan bahwa pantas untuk bergerak lebih agresif dengan menaikkan suku bunga dana federal lebih dari 25 basis poin pada pertemuan atau rapat, kami akan melakukannya," kata Ketua Federal Reserve Jerome Powell baru-baru ini.
"Dan jika kami memutuskan bahwa kami perlu melakukan pengetatan di luar tindakan netral yang umum dan menjadi sikap yang lebih membatasi, kami akan melakukannya juga,” tambahnya.
Beberapa ekonom percaya The Fed menunggu terlalu lama untuk menghadapi ledakan inflasi, sementara yang lain telah menyatakan keprihatinan bahwa bergerak terlalu cepat untuk menstabilkan harga berisiko memicu resesi ekonomi.