Saat Ramadhan Harga Jual Gas LPG Nonsubsidi Dinilai Tak Terkendali
loading...
A
A
A
Tak terkendalinya harga jual gas LPG non-subsidi di tingkat pengecer jelas memberatkan masyarakat. Para pedagang dengan seenaknya mematok harga, apalagi di saat Ramadhan dan jelang Lebaran saat ini, karena memang tak ada ketentuan harga jual.
"Kami belum menetapkan toleransi (harga) di level pengecer," kata Irto Ginting, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga SH C&T, kepada SINDOnews, Sabtu (16/4/2022).
Menurut Irto, umumnya pangkalan atau pengecer menaikkan karena mungkin ada layanan tambahan seperti antar-pasang. Masalahnya harga Rp100 ribu tadi belum termasuk layanan itu atau yang lainnya.
Masyarakat terpaksa berhadapan dengan harga jual gas LPG non-subsidi yang tak terkendali itu lantaran tempat-tempat terdekat untuk mendapatkannya terbatas. Memang Pertamina menyediakan harga sesuai ketetapan mereka di tempat-tempat yang menjadi agen resmi, seperti SPBU.
Pertanyaannya, selain lokasi yang dekat apakah stoknya bakal tetap tersedia karena sangat diburu masyarakat. Biasanya barang-barang yang harganya dipatok resmi dan lebih murah menjadi susah ditemukan, seperti gula.
Jika harga gas LPG non-subsidi di tingkat pengecer tak dikendalikan maka akan menjadi bumerang buat Pertamina sendiri. Banyak masyarakat yang akan migrasi ke gas subsidi.
Ujungnya, kuota gas subsidi akan membengkak dan menjadi terbatas. Di sisi lain pembayaran ganti subsidi oleh pemerintah ke Pertamina kerap kali tersendat.
"Betul (menjadi bumerang), tapi kalo (mengatur harga) pengecer memang terlalu jauh," bela Irto.
"Kami belum menetapkan toleransi (harga) di level pengecer," kata Irto Ginting, Corporate Secretary Pertamina Patra Niaga SH C&T, kepada SINDOnews, Sabtu (16/4/2022).
Menurut Irto, umumnya pangkalan atau pengecer menaikkan karena mungkin ada layanan tambahan seperti antar-pasang. Masalahnya harga Rp100 ribu tadi belum termasuk layanan itu atau yang lainnya.
Masyarakat terpaksa berhadapan dengan harga jual gas LPG non-subsidi yang tak terkendali itu lantaran tempat-tempat terdekat untuk mendapatkannya terbatas. Memang Pertamina menyediakan harga sesuai ketetapan mereka di tempat-tempat yang menjadi agen resmi, seperti SPBU.
Pertanyaannya, selain lokasi yang dekat apakah stoknya bakal tetap tersedia karena sangat diburu masyarakat. Biasanya barang-barang yang harganya dipatok resmi dan lebih murah menjadi susah ditemukan, seperti gula.
Jika harga gas LPG non-subsidi di tingkat pengecer tak dikendalikan maka akan menjadi bumerang buat Pertamina sendiri. Banyak masyarakat yang akan migrasi ke gas subsidi.
Ujungnya, kuota gas subsidi akan membengkak dan menjadi terbatas. Di sisi lain pembayaran ganti subsidi oleh pemerintah ke Pertamina kerap kali tersendat.
"Betul (menjadi bumerang), tapi kalo (mengatur harga) pengecer memang terlalu jauh," bela Irto.
(uka)