Mengungkap Mitos dan Fakta Seputar Rokok Elektrik
loading...
A
A
A
JAKARTA - Rokok elektrik bukanlah produk tanpa risiko, namun jika dibandingkan dengan rokok konvensional, vape lebih tidak berbahaya. Bagi yang ingin berhenti kebiasaan merokok, vape dapat menjadi salah satu alternatif untuk pindah bahkan berhenti merokok. Namun jika anda bukan perokok , maka tidak disarankan untuk menggunakan vape.
Sayangnya, pemberitaan tentang rokok elektrik menimbulkan kontroversi di kalangan publik dan media. Melihat adanya beberapa kesalahpahaman paling umum seputar rokok elektrik, ada baiknya kita mengetahui beberapa mitos paling umum tentang rokok elektrik.
1. 'Paru-paru popcorn'
Secara detil istilah ini dapat dijelaskan sebagai jaringan parut pada kantung udara kecil di paru-paru yang mengakibatkan penebalan dan penyempitan saluran udara. Ini terjadi karena beberapa perasa yang digunakan dalam e-liquid untuk memberikan rasa mentega mengandung bahan kimia diacetyl, yang pada tingkat paparan yang sangat tinggi telah dikaitkan dengan penyakit paru-paru serius bronkiolitis obliterans.
Namun, diacetyl dilarang sebagai bahan dari e-rokok dan e-liquid di banyak negara di seluruh dunia, dan biasanya hanya ditemukan di vape palsu atau ilegal. Meskipun begitu, kandungan diacetyl pada tingkat ratusan kali masih berisiko lebih rendah daripada asap rokok. Bahkan pada tingkat ini, merokok bukanlah faktor risiko utama untuk penyakit langka ini.
2. Nikotin penyebab kanker
Empat dari 10 perokok dan mantan perokok salah mengira bahwa nikotin adalah penyebab kanker terbesar, padahal bukti menunjukkan nikotin sebenarnya membawa risiko bahaya yang minimal bagi kesehatan.
Dikutip dari ukhsa.blog.gov.uk, Nikotin sebenarnya adalah zat alami yang ditemukan di banyak produk termasuk dalam tomat. Meskipun nikotin adalah alasan orang menjadi kecanduan merokok, ribuan bahan kimia lain yang terkandung dalam asap rokok lah yang menyebabkan hampir semua bahaya akan kanker.
Mengutip dari laman resmi Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menyebutkan nikotin tidak menyebabkan kanker. Bahan kimia beracun lainnya dalam rokok seperti TAR dan karbon monoksida yang justru merusak kesehatan.
Sayangnya, pemberitaan tentang rokok elektrik menimbulkan kontroversi di kalangan publik dan media. Melihat adanya beberapa kesalahpahaman paling umum seputar rokok elektrik, ada baiknya kita mengetahui beberapa mitos paling umum tentang rokok elektrik.
1. 'Paru-paru popcorn'
Secara detil istilah ini dapat dijelaskan sebagai jaringan parut pada kantung udara kecil di paru-paru yang mengakibatkan penebalan dan penyempitan saluran udara. Ini terjadi karena beberapa perasa yang digunakan dalam e-liquid untuk memberikan rasa mentega mengandung bahan kimia diacetyl, yang pada tingkat paparan yang sangat tinggi telah dikaitkan dengan penyakit paru-paru serius bronkiolitis obliterans.
Namun, diacetyl dilarang sebagai bahan dari e-rokok dan e-liquid di banyak negara di seluruh dunia, dan biasanya hanya ditemukan di vape palsu atau ilegal. Meskipun begitu, kandungan diacetyl pada tingkat ratusan kali masih berisiko lebih rendah daripada asap rokok. Bahkan pada tingkat ini, merokok bukanlah faktor risiko utama untuk penyakit langka ini.
2. Nikotin penyebab kanker
Empat dari 10 perokok dan mantan perokok salah mengira bahwa nikotin adalah penyebab kanker terbesar, padahal bukti menunjukkan nikotin sebenarnya membawa risiko bahaya yang minimal bagi kesehatan.
Dikutip dari ukhsa.blog.gov.uk, Nikotin sebenarnya adalah zat alami yang ditemukan di banyak produk termasuk dalam tomat. Meskipun nikotin adalah alasan orang menjadi kecanduan merokok, ribuan bahan kimia lain yang terkandung dalam asap rokok lah yang menyebabkan hampir semua bahaya akan kanker.
Mengutip dari laman resmi Layanan Kesehatan Nasional Inggris (NHS) menyebutkan nikotin tidak menyebabkan kanker. Bahan kimia beracun lainnya dalam rokok seperti TAR dan karbon monoksida yang justru merusak kesehatan.