Usaha Terdampak Corona, Saatnya Memburu Asa dan Peluang dari Rumah

Sabtu, 25 April 2020 - 11:39 WIB
loading...
Usaha Terdampak Corona, Saatnya Memburu Asa dan Peluang dari Rumah
Bosan saat harus Work From Home (WFH), Putri Maelata Paska (30) mulai menekuni hobi lamanya, yakni membuat kue dan cemilan. Foto/Koran SINDO
A A A
JAKARTA - Bosan saat harus Work From Home (WFH), Putri Maelata Paska (30) mulai menekuni hobi lamanya, yakni membuat kue dan cemilan. Pegawai outsourcing di Badan Pengelolaan Pendapatan Daerah (BAPPENDA) Kabupaten Bogor, Jawa Barat, ini memutuskan membuka resep-resep lamanya dan menjajal kembali keahliannya. Beragam makanan seperti prol tape panggang, brownies, pie brownies, pudding, macaroni schotel, pun diproduksinya dan siap dijual.

Pada 2015 silam, dengan modal menonton Youtube dan membaca buku resep, Paska belajar membuat kue hingga akhirnya membuka pesanan. Bosan di rumah pun terobati dengan aktivitasnya di dapur. Begitu juga, penghasilan tambahan dari aktivitas barunya itu turut mengalir. Bahkan, dia turut memberdayakan para ojek online di sekitar rumahnya untuk membantunya mengantar pesanan kue ke tempat pelanggan.

"Senangnya beda untuk kali ini karena bisa membantu tetangga yang berprofesi sebagai ojek online. Mereka sepi orderan akibat penyebaran virus corona," ungkap ibu satu anak ini.

Kini saat Ramadhan, pesanan makin meningkat. Jika pada hari biasa hanya melayani 5 pesanan, saat Ramadhan ini bisa dua hingga tiga lipat.

Menurut Paska, apa yang dikerjakannya merupakan peluang usaha yang menjanjikan saat Ramadan dan pandemi Covid-19. Bahkan, itu bukan hanya untuk dirinya, juga unjuk orang lain. Para ojek online itu dengan sigap menunggu di depan rumahnya untuk bersiap mendapat orderan. Paska mengaku kini lebih menikmati menjadi wirausaha makanan kecil.

"Kelamaan WFH, jadi bikin-bikin kue. Malah sekarang ketagihan untuk terus seperti ini. Menghasilkan uang dari rumah, meski repot sambil urus anak, tapi saya sangat menikmatinya," cerita Paska.

Pandemi Covid-19 ini memang sangat berdampak. Bagi para wirausahawan, kondisi ini sangat dilematis karena mereka harus merumahkan karyawannya setelah tidak adanya pemasukan.

Adam Askar (28) pemilik dua kedai kopi di wilayah Bekasi turut terkana dampak. Kedai kopinya harus tutup karena berada di dalam mal yang memang diwajibkan tutup saat masa darurat Covid-19. Adam menyerah dengan merumahkan karyawannya. Namun, semangatnya tidak padam demi membayar sewa toko dan biaya hidupnya sehari-hari.

Berjualan secara online menjadi pilihan. E-commerce memang tidak ada matinya, semua kini dipaksa harus berbelanja online karena banyak toko yang tutup.

"Cari produk yang disukai yang simpel untuk berpuasa. Untuk jualannnya, saya manfaatkan media sosial dan marketplace," ujar Adam.

Biji kopi dan kopi yang sudah digiling hingga kentang mustofa, serundeng bikinan sang ibu pun menjadi produk unggulan yang dijualnya. Tidak ketinggalan makanan yang dibekukan kini siap dipasarkan.

"Freezer di coffee shop saya mau dibawa ke rumah, nanti akan stok cemilan frozen," ungkapnya.

Pelanggan kopinya kini dapat membeli kopi yang belum diseduh. Rencana jangka panjangnya juga adalah menyajikan kopi yang sudah diseduh dalam bentuk literan. Namun, tentu ini membutuhkan percobaan dan pengujian dari segi kemasan dan pengantaran terlebih dahulu.

Pandemi Covid-19 ini memang entah kapan akan berakhir, para wirausahawan dituntut untuk cepat berpikir panjang untuk nasib usahanya.

Pakar Marketing Yuswohady mengatakan, bagi usaha yang model bisnisnya sudah mengandalkan penjualan layanan antar akan terus bertahan di tengah pandemi seperti saat ini. Meskipun tetap mengalami penurunan, penjualan mereka masih bias mencapai 80%.

"Berbeda jika restoran atau kafe yang tidak pernah mengandalkan pesanan online, branding untuk delivery saja tidak ada. Pembayaran saja masih cash, butuh waktu untuk bisa beradaptasi. Mau tidak mau semua kini harus dengan online," ungkapnya.

Bagi mereka yang karyawan juga kini tengah dirundung kekhawatiran terkena pemutusan hubungan kerja (PHK). Makanya, semakin lama masyarakat akan terus berusaha bagaimana caranya mendapat penghasilan.

Para pekerja swasta ataupun yang masih honorer di pemerintahan akan ambil peluang terutama saat Ramadan dan lebaran ini. Diuntungkan dengan momentumnya pas untuk geliat perekonomian tumbuh kembali.

Managing Partner Inventure ini menambahkan, potensi usaha besar saat momen Ramadan dan Idul Fitri ini masih tetap dipegang makanan dan fashion muslim. Tidak adanya mudik membuat beberapa orang memesan kue dan baju lebaran secara online untuk dikirimkan langsung ke kampung halaman.

Menurut Yuswohady, meskipun banyak orang yang belum ahli meng-upgrade media sosial mereka khususnya bisnis, itu tidak masalah bagi para pemula. "Pendekatan komunitas yang harus dilakukan. Jual ke berbagai kumpulan teman yang dimilikinya. Grup WhatsApp itu nantinya akan ramai dengan mereka yang berjualan," ujarnya.

Usaha dadakan di e-commerce untuk sementara waktu, bagi para pemula tidak mungkin akan langsung belajar mengenai google analictic. Tampilan foto produk yang menarik juga belum dapat dilakukan karena para pengusaha dadakan ini masih dalam situasi darurat. Kuncinya kini terus berpromosi kepada rekan-rekan menggunakan media sosial hingga aplikasi pesan dan tahu kebutuhan pasar. (Ananda Nararya)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3752 seconds (0.1#10.140)