Setoran Pertamina Cetak Rekor, Legislator: Ke Depan Maksimalkan Potensi Hulu
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kinerja PT Pertamina (Persero) sepanjang 2019 mendapatkan pujian dari Anggota Komisi VII DPR Abdul Wahid, dimana perusahaan migas milik negara itu kembali mencetak rekor terbarunya berupa setoran pajak dan dividen yang menembus Rp136,6 triliun pada 2019. Meski begitu Ia memberikan catatan ke depannya, potensi hulu haru mampu dikembangkan oleh Pertamina.
“It’s okay. Kinerja sudah baik. Dan ke depan, harus lebih memaksimalkan potensi-potensi yang ada,” jelas Wahid di Jakarta.
( )
Salah satunya, lanjut Wahid, adalah mengoptimalkan potensi hulu. Terlebih, beberapa wilayah kerja yang sebelumnya dikelola asing juga telah diberikan Pemerintah ke Pertamina untuk dikelola lebih lanjut. “Itu juga menjadi sebuah peluang yang harus dimainkan Pertamina,” lanjutnya.
“Selain itu, Pertamina juga bisa mengoptimalkan dukungan yang diberikan Pemerintah,” kata dia.
Secara keseluruhan, Wahid tetap menilai positif kinerja Pertamina. Bahkan menurutnya, kinerja tersebut sudah membanggakan. Termasuk di antaranya, ketika Pertamina tidak hanya mampu mencetak keuntungan dan berkontribusi terhadap setoran negara. Lebih dari itu, karena Pertamina dinilai mampu menekan tingkat pengangguran.
“Menurut saya, itu membanggakan. Saya sangat mengapresiasi ketika orang berprestasi. Salah satu prestasinya adalah, kontribusi dunia usaha terhadap negara. Karena negara membuat badan usaha demi tujuan mencetak aset, keuntungan, dan memberi peluang kerja,” sambungnya.
( )
Begitu pula dengan upaya Pertamina yang sudah menghentikan impor Solar dan Avtur pada 2019. Menurut Wahid, dirinya sangat mengapresiasi dan terus mendorong penghentian impor. Caranya, dengan memaksimalkan CPO nabati.
Mengenai kinerja Pertamina, sebelumnya tersaji melalui Laporan Keuangan 2019. Dalam laporannya, Pertamina menyampaikan bahwa perolehan laba bersih perseroan, sebesar USD2,53 miliar atau setara Rp35,8 triliun.
Capaian tersebut sama seperti tahun sebelumnya, meski pada 2019 Pertamina menghadapi dinamika dan tantangan bisnis yang cukup besar. Selain itu, pada 2019 Pertamina mencetak rekor baru dengan setoran pajak dan dividen sebesar Rp136,6 Triliun. Capaian ini meningkat dibandingkan 2018 sebesar Rp120,8 Triliun.
“It’s okay. Kinerja sudah baik. Dan ke depan, harus lebih memaksimalkan potensi-potensi yang ada,” jelas Wahid di Jakarta.
( )
Salah satunya, lanjut Wahid, adalah mengoptimalkan potensi hulu. Terlebih, beberapa wilayah kerja yang sebelumnya dikelola asing juga telah diberikan Pemerintah ke Pertamina untuk dikelola lebih lanjut. “Itu juga menjadi sebuah peluang yang harus dimainkan Pertamina,” lanjutnya.
“Selain itu, Pertamina juga bisa mengoptimalkan dukungan yang diberikan Pemerintah,” kata dia.
Secara keseluruhan, Wahid tetap menilai positif kinerja Pertamina. Bahkan menurutnya, kinerja tersebut sudah membanggakan. Termasuk di antaranya, ketika Pertamina tidak hanya mampu mencetak keuntungan dan berkontribusi terhadap setoran negara. Lebih dari itu, karena Pertamina dinilai mampu menekan tingkat pengangguran.
“Menurut saya, itu membanggakan. Saya sangat mengapresiasi ketika orang berprestasi. Salah satu prestasinya adalah, kontribusi dunia usaha terhadap negara. Karena negara membuat badan usaha demi tujuan mencetak aset, keuntungan, dan memberi peluang kerja,” sambungnya.
( )
Begitu pula dengan upaya Pertamina yang sudah menghentikan impor Solar dan Avtur pada 2019. Menurut Wahid, dirinya sangat mengapresiasi dan terus mendorong penghentian impor. Caranya, dengan memaksimalkan CPO nabati.
Mengenai kinerja Pertamina, sebelumnya tersaji melalui Laporan Keuangan 2019. Dalam laporannya, Pertamina menyampaikan bahwa perolehan laba bersih perseroan, sebesar USD2,53 miliar atau setara Rp35,8 triliun.
Capaian tersebut sama seperti tahun sebelumnya, meski pada 2019 Pertamina menghadapi dinamika dan tantangan bisnis yang cukup besar. Selain itu, pada 2019 Pertamina mencetak rekor baru dengan setoran pajak dan dividen sebesar Rp136,6 Triliun. Capaian ini meningkat dibandingkan 2018 sebesar Rp120,8 Triliun.
(akr)