Dua Sentimen Negatif ini Bikin Rupiah Loyo
loading...
A
A
A
JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini diprediksi akan kembali melemah. Sebelumnya pada perdagangan kemarin Senin (22/6), rupiah ditutup pada level Rp14.150 per dolar AS atau melemah 50 poin sebesar 0,35% dibandingkan penutupan sebelumnya Rp14.100 per dolar AS.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi bahwa rupiah akan kembali melemah. Hal ini dikarenakan sebagian pelaku pasar masih khawatir mengenai peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 di dunia dan gelombang kedua di beberapa negara yang sudah membuka kembali perekonomiannya.
"Sentimen ini masih berpeluang menekan harga aset-aset berisiko di jam pasar Asia hari ini. Rupiah masih berpeluang tertekan karena sentimen tersebut," kata Ariston di Jakarta, Selasa (23/6/2020). (Baca juga : Tahun Depan, Bos BI Patok Rupiah di Rp13.700 per USD )
Selain itu, pagi ini pasar mendapatkan kabar terbaru yang memberikan sentimen negatif dari hasil wawancara penasehat perdagangan pemerintah AS Peter Navarro dengan Fox News. Dalam wawancara itu menyatakan bahwa perjanjian dagang dengan China telah "berakhir".
"Wawancara ini menunjukkan hubungan AS dengan China masih memanas dan mengancam pelaksanaan perjanjian dagang yang telah disepakati," terangnya. (baca : Ancaman Perang Dingin AS-China Lebih Besar Ketimbang Virus )
Dari kedua sentimen negatif tersebut, Ariston memperkirakan rupiah bisa akan bergerak pada ke area Rp14.200, dan support di kisaran Rp14.050 per dolar AS.
Analis sekaligus Kepala Riset Monex Investindo Ariston Tjendra memprediksi bahwa rupiah akan kembali melemah. Hal ini dikarenakan sebagian pelaku pasar masih khawatir mengenai peningkatan jumlah kasus positif Covid-19 di dunia dan gelombang kedua di beberapa negara yang sudah membuka kembali perekonomiannya.
"Sentimen ini masih berpeluang menekan harga aset-aset berisiko di jam pasar Asia hari ini. Rupiah masih berpeluang tertekan karena sentimen tersebut," kata Ariston di Jakarta, Selasa (23/6/2020). (Baca juga : Tahun Depan, Bos BI Patok Rupiah di Rp13.700 per USD )
Selain itu, pagi ini pasar mendapatkan kabar terbaru yang memberikan sentimen negatif dari hasil wawancara penasehat perdagangan pemerintah AS Peter Navarro dengan Fox News. Dalam wawancara itu menyatakan bahwa perjanjian dagang dengan China telah "berakhir".
"Wawancara ini menunjukkan hubungan AS dengan China masih memanas dan mengancam pelaksanaan perjanjian dagang yang telah disepakati," terangnya. (baca : Ancaman Perang Dingin AS-China Lebih Besar Ketimbang Virus )
Dari kedua sentimen negatif tersebut, Ariston memperkirakan rupiah bisa akan bergerak pada ke area Rp14.200, dan support di kisaran Rp14.050 per dolar AS.
(ind)