Shell Tolak Bayar Gas Rusia Pakai Rubel, Gazprom Stop Pasokan

Jum'at, 03 Juni 2022 - 10:00 WIB
loading...
Shell Tolak Bayar Gas Rusia Pakai Rubel, Gazprom Stop Pasokan
Shell mengatakan bakal menjaga gas tetap mengalir ke pelanggannya di Eropa setelah perusahaan energi Rusia, Gazprom mengatakan bakal memotong pasokan pekan ini. Foto/Dok
A A A
TEXAS - Shell mengatakan bakal menjaga gas tetap mengalir ke pelanggannya di Eropa setelah perusahaan energi Rusia, Gazprom mengatakan bakal memotong pasokan gas pekan ini.

Gazprom mengutarakan, bakal menghentikan gas ke Orsted Denmark dan ke Shell meski mempunyai kontrak untuk memasok gas ke Jerman, setelah keduanya menolak melakukan pembayaran dengan mata uang Rubel, seperti dilaporkan Reuters.



Shell kepada BBC menerangkan, bahwa mereka akan terus mendapatkan gas dari sumber-sumber yang lain. Raksasa gas itu juga menekankan komitmen untuk terus menghapus bahan bakar fosil Rusia.

Langkah Gazprom itu dilakukan setelah para pemimpin Uni Eropa (UE) mengatakan, mereka akan memblokir sebagian besar impor minyak Rusia pada akhir 2022 sebagai hukuman terhadap Moskow karena menyerang Ukraina.

Menanggapi sanksi Barat, Rusia telah memutus pasokan gas ke Polandia, Bulgaria, Finlandia, dan Belanda, setelah negara-negara itu menolak mematuhi tuntutan Rusia untuk beralih ke pembayaran dalam bentuk Rubel.

Langkah terbaru memperluas pembalasan selanjutnya menyasar Jerman dan Denmark. Dekrit Vladimir Putin telah dilihat sebagai upaya untuk meningkatkan mata uang Rusia, yang telah terkena sanksi, karena lebih banyak permintaan valuta asing untuk rubel kemungkinan akan meningkatkan permintaan dan mendorong nilainya.

Shell menjelaskan, bahwa mereka belum menyetujui "persyaratan pembayaran baru yang ditetapkan oleh Gazprom", yang mencakup pembuatan rekening bank Rusia.

"Kami akan bekerja untuk terus memasok pelanggan kami di Eropa melalui portofolio pasokan gas kami yang beragam," kata seorang juru bicara.

"Shell terus bekerja soal penarikan bertahap dari hidrokarbon Rusia, sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku."

Sementara itu, Orsted mengatakan pada hari Senin, bahwa bila Gazprom menghentikan aliran gas akan membahayakan pasokan Denmark. Shell sendiri telah menerima pukulan telah usai menjual semua asetnya di Rusia, yang disinyalir kerugiannya mencapai USD5 miliar.

Apa yang dilakukan Shell dengan menjual semua SPBU-nya, jadi bagian pemutusan hubungan bisnis dengan negara tersebut. Ia juga mengonfirmasi telah berhenti dari usaha patungannya dengan Gazprom.

Perusahaan berjanji pada bulan April untuk tidak lagi membeli minyak dari Rusia, tetapi Ia mengatakan kontrak yang ditandatangani sebelum invasi ke Ukraina akan dipenuhi.

Shell juga sempat dikritik ketika membeli minyak mentah Rusia dengan harga murah, tak lama setelah perang dimulai.

Harga Tinggi

Perang di Ukraina telah mendorong negara-negara di Barat untuk menghapus pasokan energi Rusia. Eropa mendapatkan sekitar 40% gas alamnya dari Rusia, yang juga merupakan pemasok minyak utama blok itu.

Tetapi beberapa negara lebih bergantung pada bahan bakar fosil Rusia daripada yang lain, sehingga pemotongan pasokan yang tiba-tiba dapat memiliki dampak ekonomi sangat besar.



Kepala penelitian minyak dan gas di Investec, Nathan Piper mengatakan, "jelas" bahwa negara-negara dan perusahaan Eropa ingin mengurangi impor bahan bakar fosil Rusia.

Namun dia memperingatkan "risiko berkelanjutan bahwa upaya untuk mengurangi impor minyak dan gas Rusia berdampak pada harga minyak dan gas yang lebih tinggi".

"Volume Rusia secara bertahap dapat dikurangi tetapi mereka 'dikompensasi' oleh harga keseluruhan yang lebih tinggi," tambahnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1871 seconds (0.1#10.140)