Bank Dunia Pangkas Perkiraan Pertumbuhan Global Jadi 2,9%: Resesi Sulit Terhindarkan

Rabu, 08 Juni 2022 - 15:25 WIB
loading...
Bank Dunia Pangkas Perkiraan...
Pertumbuhan ekonomi tahun ini yang akan terpangkas signifikan akan mamicu resesi global. Foto/Ilustrasi/kafkades.org
A A A
JAKARTA - Bank Dunia memangkas prediksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi 2,9% pada 2022. Keputusan itu memperingatkan bahwa banyak negara dapat jatuh ke dalam resesi karena ekonomi tergelincir ke dalam periode stagflasi yang mengingatkan pada era 1970-an.



Ekspansi ekonomi global diperkirakan turun menjadi 2,9% tahun ini dari 5,7% pada 2021. Proyeksi tahun ini 1,2 poin persentase lebih rendah dari perkiraan pada pada Januari yang sebesar 4,1%, pernyataan ini tersemat dalam laporan terbaru Bank Dunia yang bertajuk Global Economic Prospects.

Pertumbuhan diperkirakan akan melayang di sekitar level itu hingga 2023 dan 2024. Sementara inflasi tetap di atas target di sebagian besar ekonomi dunia, kata laporan itu, menunjuk pada risiko stagflasi, sebuah kondisi yang kontradiktif ketika pertumbuhan ekonomi lambat serta angka pengangguran tinggi.

Invasi Rusia ke Ukraina yang mengakibatkan lonjakan harga komoditas telah memperparah kerusakan ekonomi global usai pandemi Covid-19. Bank Dunia menyebut kondisi sekarang memasuki situasi yang mungkin menjadi “periode pertumbuhan lemah yang berlarut-larut dan inflasi yang meningkat.”



“Perang di Ukraina, penguncian di China, gangguan rantai pasokan, dan risiko stagflasi memukul pertumbuhan. Bagi banyak negara, resesi akan sulit dihindari,” kata Presiden Bank Dunia David Malpass, seperti dilansir dari CNBC, Rabu (8/6/2022).

Pertumbuhan di negara-negara maju diproyeksikan melambat tajam dari 5,1% pada 2021 menjadi 2,6% pada 2022, dan akan melambat lebih lanjut menjadi 2,2% pada 2023, kata laporan itu.

Sementara itu, ekspansi di pasar dan ekonomi negara berkembang diproyeksikan turun menjadi 3,4% pada tahun 2022 dari 6,6% pada tahun 2021, jauh di bawah rata-rata tahunan sebesar 4,8% dari tahun 2011 hingga 2019.



Pasalnya, inflasi yang terus meningkat baik di negara maju dan berkembang, mendorong bank sentral untuk memperketat kebijakan moneter dan menaikkan suku bunga untuk menahan lonjakan harga.
(uka)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1974 seconds (0.1#10.140)