Harga Bitcoin Jatuh ke Level Terendah, Rp2.927 Triliun Raib dari Pasar Kripto
loading...
A
A
A
LONDON - Harga Bitcoin jatuh di bawah USD24.000 pada hari Senin (13/6/2022), untuk menyentuh level terendah sejak Desember 2020. Hal ini terjadi saat investor membuang kripto di tengah aksi jual yang lebih luas dalam aset berisiko.
Sementara itu sebuah perusahaan pinjaman kripto bernama Celsius telah menghentikan sementara penarikan bagi para pelanggannya, untuk memicu kekhawatiran aksi tersebut bisa menular ke pasar yang lebih luas.
Bitcoin sebagai cryptocurrency terbesar di dunia turun di bawah angka USD24.000 atau setara Rp351 juta (Rp14.635 per USD), menurut data CoinDesk dan diperdagangkan sekitar USD23.325 pada pagi tadi di Wall Street, dengan kerugian 15%.
Selama akhir pekan dan hingga Senin pagi, lebih dari USD200 miliar yang senilai Rp2,927 triliun telah dihapuskan dari seluruh pasar cryptocurrency. Kapitalisasi pasar cryptocurrency turun di bawah USD1 triliun pada hari Senin untuk pertama kalinya sejak Februari 2021, menurut data dari CoinMarketCap.
Faktor makro berkontribusi pada bearishness di pasar crypto, dengan kenaikan inflasi yang merajalela terus berlanjut dan Federal Reserve AS atau Bank Sentral Amerika diperkirakan akan menaikkan suku bunga minggu ini untuk mengendalikan kenaikan harga.
Pekan lalu, indeks AS tak berdaya, dengan Nasdaq sektor teknologi turun tajam. Bitcoin dan mata uang kripto lainnya cenderung berkorelasi dengan saham dan aset berisiko lainnya. Ketika indeks jatuh, mata uang kripto juga turun.
"Sejak Nov 2021, sentimen telah berubah drastis mengingat kenaikan suku bunga The Fed dan manajemen inflasi. Kami juga berpotensi melihat resesi mengingat The Fed mungkin perlu akhirnya mengatasi sisi permintaan untuk mengelola inflasi," kata Vijay Ayyar, wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di bursa kripto Luno, kepada CNBC.
"Semua ini menunjukkan pasar tidak sepenuhnya berada di bawah dan kecuali Fed mampu mengambil nafas, kita mungkin tidak akan melihat bullish kembali," sambungnya
Ayyar mencatat bahwa di pasar bearish sebelumnya, bitcoin telah turun sekitar 80% dari rekor tertinggi terakhirnya. Saat ini, itu turun sekitar 63% dari levek tertinggi sepanjang masa terakhirnya yang dicapai pada bulan November.
"Kita bisa melihat harga bitcoin yang jauh lebih rendah selama satu atau dua bulan ke depan," kata Ayyar.
Sementara itu sebuah perusahaan pinjaman kripto bernama Celsius telah menghentikan sementara penarikan bagi para pelanggannya, untuk memicu kekhawatiran aksi tersebut bisa menular ke pasar yang lebih luas.
Bitcoin sebagai cryptocurrency terbesar di dunia turun di bawah angka USD24.000 atau setara Rp351 juta (Rp14.635 per USD), menurut data CoinDesk dan diperdagangkan sekitar USD23.325 pada pagi tadi di Wall Street, dengan kerugian 15%.
Selama akhir pekan dan hingga Senin pagi, lebih dari USD200 miliar yang senilai Rp2,927 triliun telah dihapuskan dari seluruh pasar cryptocurrency. Kapitalisasi pasar cryptocurrency turun di bawah USD1 triliun pada hari Senin untuk pertama kalinya sejak Februari 2021, menurut data dari CoinMarketCap.
Faktor makro berkontribusi pada bearishness di pasar crypto, dengan kenaikan inflasi yang merajalela terus berlanjut dan Federal Reserve AS atau Bank Sentral Amerika diperkirakan akan menaikkan suku bunga minggu ini untuk mengendalikan kenaikan harga.
Pekan lalu, indeks AS tak berdaya, dengan Nasdaq sektor teknologi turun tajam. Bitcoin dan mata uang kripto lainnya cenderung berkorelasi dengan saham dan aset berisiko lainnya. Ketika indeks jatuh, mata uang kripto juga turun.
"Sejak Nov 2021, sentimen telah berubah drastis mengingat kenaikan suku bunga The Fed dan manajemen inflasi. Kami juga berpotensi melihat resesi mengingat The Fed mungkin perlu akhirnya mengatasi sisi permintaan untuk mengelola inflasi," kata Vijay Ayyar, wakil presiden pengembangan perusahaan dan internasional di bursa kripto Luno, kepada CNBC.
"Semua ini menunjukkan pasar tidak sepenuhnya berada di bawah dan kecuali Fed mampu mengambil nafas, kita mungkin tidak akan melihat bullish kembali," sambungnya
Ayyar mencatat bahwa di pasar bearish sebelumnya, bitcoin telah turun sekitar 80% dari rekor tertinggi terakhirnya. Saat ini, itu turun sekitar 63% dari levek tertinggi sepanjang masa terakhirnya yang dicapai pada bulan November.
"Kita bisa melihat harga bitcoin yang jauh lebih rendah selama satu atau dua bulan ke depan," kata Ayyar.
(akr)