Warga Pakistan Diminta Kurangi Minum Teh Demi Selamatkan Ekonomi

Sabtu, 18 Juni 2022 - 11:41 WIB
loading...
Warga Pakistan Diminta Kurangi Minum Teh Demi Selamatkan Ekonomi
Orang-orang di Pakistan telah diminta untuk mengurangi jumlah teh yang mereka minum demi menjaga ekonomi negara itu tetap bertahan. Foto/Dok Sky News
A A A
ISLAMABAD - Orang-orang di Pakistan telah diminta untuk mengurangi jumlah teh yang mereka minum demi menjaga ekonomi negara itu tetap bertahan. Menteri Senior Ahsan Iqbal mengatakan, menyeruput lebih sedikit cangkir sehari akan memotong tagihan impor Pakistan yang tinggi.



Cadangan mata uang asing Pakistan yang rendah diterangkan cukup membiayai impor kurang lebih selama 2 bulan, hal itu membuat negara membutuhkan dana lebih banyak. Pakistan merupakan importir teh terbesar di dunia, dimana mereka membeli lebih dari USD600 juta pada tahun lalu.

"Saya mengimbau kepada negara untuk mengurangi konsumsi teh sebanyak satu hingga dua cangkir, karena kami mengimpor teh dengan pinjaman," kata Iqbal, menurut media Pakistan.

Pedagang bisnis juga disarankan menutup kios pasar mereka pada pukul 20:30 untuk menghemat listrik. Permohonan itu datang ketika cadangan mata uang asing Pakistan terus turun dengan cepat hingga menekan pemerintah untuk memotong biaya impor yang tinggi dan menyimpan dana.

Permintaan untuk mengurangi minum teh telah menjadi viral di media sosial, dimana banyak yang meragukan bahwa masalah keuangan serius di negara itu dapat diatasi dengan hanya memotong minuman berkafein.

Cadangan devisa Pakistan turun dari sekitar USD16 miliar pada Februari 2022 menjadi kurang dari USD10 miliar di minggu pertama Juni. Besaran itu hampir tidak cukup untuk menutupi biaya dua bulan dari semua impornya.

Sementara pada bulan lalu para pejabat di Islamabad membatasi impor puluhan barang mewah yang tidak penting sebagai bagian dari upaya mereka untuk melindungi ekonomi.



Krisis ekonomi menjadi ujian besar bagi pemerintah Shehbaz Sharif, yang menggantikan Imran Khan sebagai perdana menteri Pakistan dalam pemungutan suara parlemen pada bulan April.

Tak lama setelah dilantik, Sharif menuduh pemerintah Imran Khan salah dalam mengelola ekonomi dan mengatakan mengembalikannya ke jalurnya bakal menjadi tantangan besar.

Pekan lalu kabinetnya meluncurkan anggaran baru senilai USD47 miliar yang bertujuan meyakinkan Dana Moneter Internasional (IMF) untuk memulai kembali program bailout senilai USD6 miliar yang sempat terhenti.

Kesepakatan IMF dinegosiasikan pada tahun 2019 untuk meredakan krisis ekonomi yang diciptakan oleh pasokan cadangan mata uang asing yang rendah dan pertumbuhan yang stagnan selama bertahun-tahun. Tetapi kemudian dihentikan sementara setelah pemberi pinjaman mempertanyakan keuangan Pakistan.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1965 seconds (0.1#10.140)