Negaranya Bangkrut, Ribuan Warga Tinggalkan Sri Lanka

Kamis, 23 Juni 2022 - 11:44 WIB
loading...
Negaranya Bangkrut,...
Pengemudi becak mengantre pada hari Sabtu di sebuah pompa bensin di Kolombo. FOTO/Shutterstock/Chamila Karunarathne
A A A
NEW DELHI - Sekolah-sekolah dan kantor pemerintah di kota besar Sri Lanka ditutup karena krisis energi yang parah. Kekurangan bahan pangan dan bahan bakar minyak (BBM) kini menghantui negara itu.

Krisis ekonomi telah menyebabkan gejolak poltik diwarnai dengan protes di mana-mana. Polisi bersenjata terlihat berjaga-jaga dengan laras panjang menjaga objek vital seperi SPBU.

Melansir dari The Washington Post, konfrontasi terus terjadi antara aparat keamanan dengan warga karena dilarang membeli bahan bakar di SPBU akibat pasokan menipis. Bahkan jalan-jalan Ibu Kota Kolombo yang biasanya ramai kini sepi seperti kota mati.



Menteri Energi Sri Lanka meminta agar warganya bersabar untuk tidak mengantre di pom bensin dalam waktu tiga hari. Bahan bakar hanya dikhususkan untuk fasilitas pennting seperti rumah sakit.

Chandima Madusanka, seorang pengemudi becak di Kolombo, mengatakan dia menunggu dua hari untuk mendapatkan tujuh liter bensin, yang dia perkirakan hanya akan bertahan sehari. Dia mengatakan menjadi tidak mungkin untuk memberi makan keluarganya. "Bagaimana kita bisa hidup seperti ini?” dia bertanya dengan marah.

Ratusan ribu warga Sri Lanka dilaporkan angkat kaki dari negara itu. Melansir dari Reuters, dalam lima bulan pertama tahun 2022, pihak imigrasi dilaporkan telah mengeluarkan 288.645 paspor, dibandingkan dengan 91.331 pada periode yang sama tahun lalu.



Departemen imigrasi setmpat melaporkan sampai kewalahan meladeni warga yang membuat paspor. Sementara itu, pemerintah Sri Lanka dengan IMF baru akan membicarakan bailout pekan ini di Kolombo. Pada bulan April, negara itu menangguhkan pembayaran utang luar negerinya, yang mencapai USD51 miliar.

Sri Lanka terjebak krisis pangan dan energi akibat kurangnya cadangan devisa yang dimiliki negara itu. Inflasi telah melonjak hingga 33%. Krisis devisa salah satunya disebabkan untuk membayar utang luar negeri.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1968 seconds (0.1#10.140)