Miliarder Bicara Soal Kedatangan Resesi Ekonomi AS, Ada Elon Musk hingga Bill Gates

Minggu, 26 Juni 2022 - 15:17 WIB
loading...
Miliarder Bicara Soal...
Beberapa miliarder dunia memprediksi resesi akan datang di dalam ekonomi Amerika Serikat (AS) sebelum akhir tahun depan. Foto/Dok
A A A
NEW YORK - Beberapa miliarder dunia memprediksi resesi akan datang di dalam ekonomi Amerika Serikat (AS) sebelum akhir tahun depan. Pernyataan deretan orang terkaya di dunia ini semakin menggemakan alarm yang lebih dulu dibunyikan oleh beragam lembaga keuangan dan CEO.

Kekhawatiran ini muncul saat Federal Reserve atau bank sentral bergerak untuk mengatasi inflasi tinggi dengan kenaikan suku bunga yang lebih curam dari perkiraan. Peringatan tentang resesi yang akan datang telah meningkat sejak keputusan Federal Reserve atau Bank Sentral AS minggu lalu yang menaikkan suku bunga sebesar 75 basis poin ke kisaran target 1,5% hingga 1,75%.



Hal itu menjadi kenaikan suku bunga paling curam sejak 1994. Keputusan The Fed datang setelah Departemen Tenaga Kerja merilis data awal bulan ini yang menunjukkan angka inflasi tahunan yang lebih tinggi dari perkiraan sebesar 8,6% pada bulan Mei 2022.

Ini adalah kenaikan harga konsumen terbesar selama 12 bulan yang telah disaksikan Negeri Paman Sam -julukan AS- dalam lebih dari 40 tahun. Kondisi tersebut juga membuat sejumlah miliarder dunia berbicara tentang potensi resesi yang bakal menimpa AS:

- Elon Musk: Orang terkaya di dunia dalam sebuah wawancara pada hari Selasa mengatakan resesi "tidak dapat dihindari di beberapa titik. Kemungkinan besar terjadi, meski tidak dalam waktu dekat".

- Bill Gates: Salah satu pendiri Microsoft itu berbagi sentimen serupa dalam sebuah wawancara dengan Fareed Zakaria bulan lalu. Di mana dia mengatakan, setuju dengan "bears atau pasar turun" dan bahwa dunia sedang menuju perlambatan ekonomi dalam "waktu dekat" di tengah dampak pandemi dan invasi Rusia ke Ukraina.

- Jamie Dimon: CEO JP Morgan memperingatkan 'badai' ekonomi bakal datang yang dipicu oleh konflik di Ukraina dan inflasi tinggi. Ia juga mengatakan, banknya sedang mempersiapkan "hasil buruk" di awal bulan ini.

- Carl Icahn: Investor aktivis itu juga memperingatkan kedatangan resesi "atau bahkan lebih buruk," dalam sebuah wawancara dengan CNBC pada bulan Maret. Ia menyalahkan inflasi tinggi dan menyatakan keraguan apakah Fed dapat meredamnya.

- Ken Griffin: Pendiri dan CEO Citadel, mengatakan pada bulan Mei bahwa jika tingkat inflasi tetap sekitar 8,5% seperti saat ini, maka The Fed perlu "menginjak rem cukup keras" agar tidak mendorong ekonomi ke dalam resesi.

- Gary Friedman: CEO peritel perabot rumah tangga RH, merujuk film "The Big Short" dan mengatakan ekonomi AS menghadapi salah satu periode tersulit sejak Resesi Hebat 2008, terlihat dalan pendapatan triwulanan perusahaannya pada bulan Maret.

Sementara itu dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, Presiden AS Joe Biden bersikeras bahwa resesi tidak "tak terhindarkan,". Dimana Ia menambahkan bahwa orang-orang seharusnya tidak hanya "mempercayai peringatan" dan sebaliknya menunggu dan melihat prediksi siapa yang benar.

Presiden menunjuk pada jumlah pengangguran yang rendah dan juga bahwa AS berada dalam posisi yang lebih kuat daripada negara-negara lain untuk memerangi inflasi yang tinggi.

Menteri Keuangan (Menkeu) Janet Yellen juga membuat komentar serupa yang mengatakan resesi sama sekali "tidak bisa dihindari,". Tetapi Ia memperkirakan ekonomi akan melambat. Ditambahkan juga bahwa menurunkan "inflasi tinggi" adalah prioritas utama pemerintahan Biden.

Selain miliarder, beberapa lembaga keuangan besar dan pemimpin bisnis juga telah memperingatkan tentang resesi yang akan datang baik pada akhir tahun ini atau sekitar tahun depan.

Goldman Sachs memperbarui perkiraannya soal peluang terjadinya resesi selama 12 bulan ke depan menjadi 30% atau naik dari 15% pada bulan April. Sehari sebelumnya, bank investasi Jepang, Nomura memperingatkan bahwa "resesi ringan" sekitar akhir 2022 sekarang lebih "mungkin" terjadi.



Deutsche Bank —bank pertama yang memproyeksikan resesi selanjutnya bakal hadir pada akhir 2023— merevisi perkiraannya dengan menyatakan, bahwa mereka sekarang memperkirakan "resesi lebih awal dan sedikit lebih parah."

Bank investasi Jerman itu sekarang memperkirakan kontraksi 3,1% dari PDB pada kuartal ketiga 2023. Dalam sebuah catatan baru-baru ini, kepala ekonom di Moody's Analytics memperingatkan risiko resesi sangat tinggi dan "meningkat."

Baik CEO Morgan Stanley, James Gorman dan CEO Wells Fargo, Charles Scharf meramalkan, resesi yang akan datang tidak terlalu dalam atau panjang. Namun James Gorman melihat peluang terjadinya 50-50, sedangkan Charles Scharf menyatakan, akan sulit untuk dihindari."

CEO Ark Capital Cathy Wood dengan tajam mengkritik kenaikan suku bunga curam Fed dalam cuitan Twitter selama akhir pekan dan menunjukkan AS sudah jatuh ke dalam resesi pada kuartal pertama 2022.

(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1717 seconds (0.1#10.140)